Pemprov Kepri Setop Bantuan ke Quran Center, Sejumlah Santri Terpaksa Keluar

Lembaga pendidikan Quran Center di Batam

TRANSKEPRI.COM.BATAM- Lembaga pendidikan Quran Centre yang berada di Sekupang Batam, tahun 2021 ini tidak lagi mendapatkan kucuran anggaran dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kepri. Akibatnya, beberapa santri keluar karena diharuskan membayar iuran sebesar Rp 1,5 juta per bulan. Sedangkan bagi santri yang berprestasi cukup membayar Rp 900 ribu per bulan.

“Anak saya dua. Juara tahfidz. Harus bayar Rp 900 ribu, dikali dua orang, jadi Rp 1,8 juta sebulan. Biasanya dapat bantuan dari pemerintah. Sekarang tidak ada, makanya keluar,” ungkap Syahrul ditemui di Tanjungpinang, Kamis (1/7/2021).

Syahrul adalah salah satu orang tua santri yang anaknya tidak bisa melanjutkan pendidikan lagi di Quran Centre karena tidak memiliki biaya. Ada banyak teman anaknya yang keluar karena tidak mampu, padahal hafalan qurannya ada yang sudah 4 juz lebih.

“Kami berharap bantuan pemerintah itu masih ada. Sehingga anak-anak kami masih bisa belajar di sana,” harapnya.

Kata Syahrul, kebanyakan santri yang keluar itu adalah juara Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ) baik tingkat kota maupun provinsi.

Menanggapi hal itu, Anggota DPRD Kepri Komisi IV, Tedi Jun Askara berjanji segera berkordinasi dengan Biro Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Pemrov Kepri dan pihak Quran Centre.

Dikatakan TJA (panggilan akrabnya, red), setiap tahun lembaga pendidikan itu mendapatkan dana hibah dari provinsi. Karena memang lembaga tersebut didirikan oleh Pemprov Kepri. “Nanti akan kita undang (Kesra dan Quran Centre). Kenapa sampai tidak dianggarkan,” janjinya.

TJA sangat menyayangkan jika para santri tersebut harus keluar dan tidak melanjutkan pendidikannya. Diakuinya, para santri yang belajar di lembaga tersebut memiliki potensi dalam bidang seni baca Alquran (qiro’ah) dan penghafal Alquran (tahfidz).

Santri di Quran Centre juga sudah melahirkan santri yang berprestasi di tingkat nasional bahkan international yakni juara satu lomba tilawatil Quran tingkat ASEAN di Yogyakarta tahun 2008 lalu.

“Ini (santri, red) kan aset. Banyak yang sudah mengharumkan nama Kepri di tingkat nasional dan internasional. Karena ada beberapa orang tua santri juga yang sudah mengadu ke saya soal ini. Mudah-mudahan di APBD-P nanti bisa kita masukkan,” pungkasnya. (tm)


[Ikuti TransKepri.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar