Barmak: Memeluk Islam di Era Utsman bin Affan, Berjaya di Era Harun Al-Rasyid

Khalifah Harun Al-Rasyid: Barmak memeluk Islam di era Khalifah Utsman bin Affan dan menempati posisi penting dalam pemerinahan Harun Al-Rasyid (Ilustrasi: Ist)

Kisah keluarga al-Baramikah cukup legendaris. Kepala keluarganya, Barmak, memeluk Islam di era Khalifah Utsman bin Affan dengan diwarnai penolakan keluarga besar al-Baramikah. Dalam perjalanan sejarah, anak cucu Barmak menjadi tokoh penting di era Khalifah Harun Al-Rasyid .
Alkisah, di Persia, hiduplah keluarga besar al-Baramikah. Mereka adalah keluarga terdidik, para pejabat kerajaan Persia yang beragama Buddha. Mereka memiliki pengetahuan, penguasaan, dan minat yang tinggi terhadap pembelajaran dalam bahasa Sanskerta.

Ketika Islam membebaskan seluruh wilayah Persia, keluarga al-Baramikah pindah ke Basrah yang berada di Irak bagian selatan. Meski Persia sudah beralih kekuasaan ke kekhalifahan Islam, posisi keluarga ini sebagai tenaga administrasi kerajaan sebelumnya tidak dicopot. Padahal mereka bertahan pada agama Buddha. Ini terjadi pada era Khalifah Umar bin Khattab .

Pada saat kekhalifahan berganti ke Utsman bin Affan , Barmak yang pada waktu itu merupakan pemimpin keluarga al-Baramikah menemui Khalifah Utsman bin Affan. Menurut Eamonn Gearon dalam bukunya berjudul The History and Achievements of the Islamic Golden Age (2017), kepada Khalifah Utsman Barmak menunjukkan dihqans (semacam bukti administrasi bahwa mereka adalah pemilik lahan tertentu) sebagai jaminan pengganti uang yang akan mereka serahkan kepada negara.

Di sana Barmak kemudian menunjukkan ketertarikannya kepada Islam, dan pada akhirnya dia memeluk Islam dan mengganti namanya menjadi Abdullah. Barmak kemudian kembali ke anak-anaknya, rumahnya, dan keluarganya, tapi mereka tidak dapat menerima keislamannya.

Menanggapi respon kaumnya, Barmak menjawab, “Hanya karena pilihan, dan mengetahui keunggulannya, tanpa rasa takut atau cemas, aku telah memasuki agama ini (Islam). Aku tidak akan kembali ke agama yang jelas-jelas cacat, yang aibnya telah disingkapkan.”
Era Bani Abbasiyah
Zaman kemudian terus berganti. Era khulafaur rasyidin digantikan oleh kekhalifahanBani Umayyah. Dan ketika Umayyah sudah mendekati masa-masa akhirnya, keluarga al-Baramikah merapat ke Bani Abbasiyah .

Ketika Bani Abbasiyah melakukan pemberontakan kepada Bani Umayyah, keluarga al-Baramikah mendukung pemberontakan tersebut. Pada saat pemberontakan itu berlangsung, kepala keluarga al-Baramikah, Khalid bin Barmak, mengelola wilayah keluarga tersebut di wilayah yang di masa kini disebut Irak, mengawasi pasukan militer, dan mengumpulkan pajak tanah setempat.

Keluarga al-Baramikah dikenal karena pandangan mereka yang toleran terhadap agama dan filsafat, dan mereka kemudian dikenal lebih luas karena dukungan mereka terhadap seni dan sains yang muncul ketika Zaman Keemasan Islam berlangsung.

Setelah Bani Abbasiyah berhasil menggulingkan Dinasti Umayyah dan naik ke tampuk kekuasaan pada tahun 750, Khalid bin Barmak memainkan peran utama dalam pemerinahan dengan menjadi kepala berbagai biro kesekretariatan dan juga menjadi gubernur di beberapa provinsi.

Sementara itu Yahya, putra Khalid, menjadi guru dan pengajar ilmu-ilmu pemerintahan dan militer bagi Harun al-Rasyid yang kala itu belum menjadi khalifah.

Pada sekitar tahun 779, Harun muda — sebagai anak laki-laki yang masih berusia sekitar 14 tahun— ditunjuk untuk memimpin ekspedisi militer Abbasiyah melawan kekaisaran Kristen Bizantium.

Dalam ekspedisi itu dia ditemani oleh Yahya yang terlatih dan cakap. Yahya mengawasi dengan cermat dan memastikan agar Harun muda dapat menyukseskan misi tersebut agar pada saat dia pulang dia dapat disambut dan dielu-elukan di lingkungan istananya.

Kakak laki-laki Harun al-Rasyid, Al-Hadi, sempat naik ke tampuk kekhalifahan. Tapi dia meninggal tak lama kemudian karena sebab yang misterius. Alhasil, Harun al-Rasyid, pada saat itu berusia 20 tahun, menjadi khalifah Abbasiyah yang kelima.

Di bawah khalifah yang baru ini Yahya kemudian diangkat menjadi wazirnya. Ia diberi kuasa untuk mengendalikan administrasi kerajaan hampir secara total hingga selama 17 tahun berikutnya.

Putra Yahya, yaitu Jafar, juga memiliki peranan yang sama pentingnya selama periode ini, dia diberi kepercayaan untuk menjadi gubernur beberapa provinsi, memimpin tentara, dan mendampingi calon khalifah muda.

Berbagai catatan sejarah menekankan bahwa pada masa-masa ini keluarga Abbasiyah dan keluarga al-Baramikah secara pribadi sangat dekat, bahkan dari sejak awal.

Yahya sendiri pada periode ini menaruh minat pribadi pada karya-karya Sanskerta dan agama-agama dari India. Di bawah dorongan al-Baramikah Dinasti Abbasiyah melakukan penerjemahan buku-buku Sanskerta ke dalam bahasa Arab.
Ketika keturunan Barmak tiba-tiba dan secara paksa disingkirkan dari kekuasaan oleh Khalifah Harun al-Rasyid pada tahun 803, dan pengaruh al-Baramikah menghilang, tidak ada terjemahan lebih lanjut dari bahasa Sanskerta ke dalam bahasa Arab yang diketahui.

Penerjemahan Sanskerta ke Arab baru ada kembali dua abad kemudian di India sendiri. Hal ini dilakukan oleh cendekiawan al-Biruni dalam keadaan yang sudah benar-benar berbeda.

Laporan menyatakan bahwa penyingkiran al-Baramikah dari lingkungan istana adalah karena Yahya terlampau berkuasa. Dan selain itu Jafar bin Yahya dikabarkan melakukan perselingkuhan dengan saudara perempuan Harun aI-Rasyid, Abbasah. Harun kemudian memerintahkan Jafar untuk dibunuh.
(net)


[Ikuti TransKepri.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar