TRANSKEPRI.COM.JAKARTA- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memutuskan mundur dari ajang Pilpres AS 2024. Keputusan ini diambil setelah partainya, Demokrat kehilangan kepercayaan bahwa Biden mampu mengalahkan Donald Trump.
Mundurnya Biden mendapat respons beragam dari sejumlah investor. David Wagner, Majajer di Aptus Capital Advisors LLC mengatakan, reaksi pasar lebih fokus pada siapa pengganti Biden selanjutnya.
"Peristiwa yang lebih besar bagi pasar adalah siapa yang akan mencalonkan diri dari Demokrat," kata dia dikutip dari Reuters, Senin (22/7/2024).
Biden menyatakan dukungannya terhadap Wakilnya saat ini, Kamala Harris. Namun ia yakin banyak calon-calon potensial yang akan bersaing untuk mendapat tiket maju di Pilpres AS.
"Biden mendukung Harris, namun menurut saya akan ada banyak 'juru masak' di dapur selama dua minggu ke depan yang bersaing untuk mendapatkan posisi tersebut - saya yakin peluangnya terbuka lebar," tambah dia.
Sementara itu, Market Strategis di Raymond James, Ellis Phifer menilai keputusan Biden menimbulkan ketidakpastian terhadap pasar. Ia memprediksi pergerakan obligasi cenderung bergerak negatif ke depannya.
"Saya kira obligasi mungkin berada pada sisi negatif besok," imbuhnya.
Senada, CEO Hedge Fund Typhon Capital Management, James Koutoulas memprediksi terjadi volatilitas terhadap pasar imbas ketidakpastian. Ia juga menyoroti kinerja buruk Biden selama masa kampanye.
"Saya pikir kita akan melihat volatilitas yang lebih besar karena hal ini menambah ketidakpastian. Trump masih menjadi favorit kuat untuk menang, dan Biden sangat buruk sehingga penggantinya pun memiliki peluang lebih besar untuk mengalahkannya," sebut dia.
Rick Meckler, Mitra di Cherry Lane Investment menyebut keputusan Biden sudah diperhitungkan investor. Menurutnya yang menjadi pertanyaan adalah soal pengganti Biden untuk melawan Donald Trump.
"Ini tentu merupakan sesuatu yang sudah diperhitungkan para investor. Namun, hal ini menunjukkan adanya ketidakpastian yang sangat besar baik dalam hal siapa kandidatnya, meskipun kemungkinan besar adalah Wakil Presiden (Harris)," tuturnya.
"Tentu saja jika yang menjabat adalah Wakil Presiden, hal ini mungkin mencerminkan kelanjutan dari kebijakan ekonomi Partai Demokrat saat ini sehingga tidak banyak berubah dalam hal pandangan investor, dan bagaimana pasar akan bereaksi serta apa yang mungkin akan dihadapi," pungkasnya. (*)
Tulis Komentar