"Seperti yang diperkirakan, Tuan Lavrov meninggalkan Bali pada akhir hari pertama KTT G20," kantor berita negara Rusia RIA Novosti melaporkan Selasa (15/11) malam, seperti diberitakan AFP.
"Rusia akan diwakili Menteri Keuangan (Anton) Siluanov," kata sumber tersebut.
Pertukaran 'pemain' tersebut berlangsung kurang dari satu hari sebelum para pemimpin G20 mendeklarasikan kesepakatan mereka.
"Deklarasi terakhir akan disepakati besok setelah pertemuan tentang digitalisasi."
Sebelumnya, beredar dokumen yang diduga merupakan deklarasi para pemimpin G20 dalam KTT di Nusa Dua, Bali. Dokumen tersebut menyebutkan para pemimpin kompak mengecam keras invasi Rusia di Ukraina.
Dalam dokumen 16 halaman yang beredar di kalangan wartawan, 20 negara anggota mengatakan operasi militer Presiden Vladimir Putin ke Ukraina menyebabkan penderitaan manusia yang sangat besar dan memperburuk kerapuhan ekonomi global.
"Tahun ini, kami menyaksikan perang di Ukraina berdampak lebih buruk terhadap ekonomi global," bunyi dokumen bertuliskan rahasia itu yang tersebar di kalangan wartawan peliput G20.
"Sebagian besar anggota (G20) mengecam keras perang di Ukraina dan menekankan (perang) menyebabkan penderitaan manusia yang luar biasa serta memperburuk ekonomi global, menghambat pertumbuhan, meningkatkan inflasi, mengganggu rantai pasokan pangan hingga energi dan stabilitas keuangan.
Sementara itu, pertemuan terbesar para pemimpin dunia sejak awal pandemi diadakan tanpa Presiden Rusia Vladimir Putin di Bali. Sejumlah pengamat menganggap Putin takut dimusuhi seperti KTT G20 2014, saat Rusia baru mencaplok Crimea.
Alexei Malashenko, kepala peneliti di Dialogue of Civilizations Institute, mengatakan Putin tidak ingin dipermalukan di depan umum lagi seperti pada KTT G20 di Brisbane, Australia, pada 2014 lalu.
Saat foto bersama para pemimpin di KTT G20 2014 itu, Putin ditempatkan di paling pojok. Putin pun memutuskan untuk pulang lebih cepat dari jadwal sebelumnya.
Jika datang ke KTT G20 tahun ini, ia diperkirakan bakal kembali "diserbu" dari berbagai arah karena keputusannya untuk menginvasi di Ukraina.
KTT G20 di Bali digelar hampir sembilan bulan setelah serangan Rusia di Ukraina dimulai dan telah membuat harga energi dan pangan melonjak dan melihat ancaman nuklir menjadi sorotan. **
Tulis Komentar