Kesaktian Sultan Agung, Mampu Kendalikan Makhluk Gaib Jadi Abdi Dalem

Sultan Agung memerintah Kerajaan Mataram pada 1613-1645. Foto/kebudayaan.jogjakota.go.id

TRANSKEPRI.COM, Sultan Agung merupakan raja ketiga Kerajaan Mataram yang memiliki kesaktian tinggi hingga mampu mengendalikan makhluk gaib menjadi abdi dalem setia. Kesaktian, kepintaran dan wibawa Sultan Agung sangat ditakuti penjajah Belanda.

Memerintah pada 1613-1645, raja yang memiliki nama lengkap Sultan Agung Hanyokrokusumo ini mampu menjadikan Mataram kerajaan terbesar dan berpengaruh di Jawa dan Nusantara pada kurun waktu itu.
Tercatat dalam sejarah, Sultan Agung dengan gagah berani menyerang penjajah Belanda (VOC) yang menguasai Batavia (Jakarta) sebanyak dua kali, yakni pada 1928 dan 1929.
Sultan Agung yang lahir di Kotagede, Jogja pada 14 November 1593 silam juga mempunyai kisah mistis yang menarik. Sebelum menjadi raja, Sultan Agung memiliki nama Raden Mas Jatmika, dan terkenal pula dengan sebutan Raden Mas Rangsang.
Sosok yang menggetarkan Tanah Jawa itu merupakan putra dari pasangan Prabu Hanyokrowati dan Ratu Mas Adi Dyah Banowati (putri dari Prabu Wijaya). Sultan Agung naik takhta pada tahun 1613 dalam usia 20 tahun.

Dengan pengaruh dan kesaktiannya, Sultan Agung berusaha mengembangkan Islam di Pulau Jawa dan daerah yang ditaklukkannya.

Sesuai Babad Tanah Jawi, saat menjadi raja Sultan Agung mempunyai seorang abdi bernama Juru Taman. Abdi dalem ini konon dulunya adalah manusia, namun akhirnya berubah wujud menjadi siluman dan mempunyai kesaktian mandraguna yang istimewa dan sulit dikalahkan.
Tempat tinggal abdi dalem istimewa Sultan Agung ini berada di tengah hutan belantara, tepatnya di kawasan Tunjungbang, wilayah Kasultanan Mataram.

Juru Taman itu dulu adalah abdi dalem Kanjeng Panembahan Senopati, kakek Sultan Agung.
Dikisahkan bahwa Panembahan Senopati saat itu mendapat telur Lungsung Jagat dari Kanjeng Ratu Kidul atau Nyi Roro Kidul untuk dimakan.
Telur Lungsung Jagat itu berkhasiat membuat tubuh kuat dan panjang umur. Namun, Panembahan Senopati tidak langsung memakan telur pemberian Ratu Kidul.

Penguasa pertama Kasultanan Mataram ini justru membawa telur itu pulang istana. Sesampainya di kediamannya telur itu diberikan kepada Ki Juru Taman, abdi dalem yang sangat setia dan saat itu dalam keadaan sakit keras.

Panembahan Senopati menyuruh Ki Juru Taman memakannya agar sembuh dari penyakitnya. Begitu memakan telur Lungsung Jagat, Ki Juru Taman langsung sembuh dari penyakit yang diderita.

Namun ada yang aneh, karena Ki Juru Taman berubah menjadi raksasa dan memiliki kesaktian yang hebat dan berumur panjang. Selanjutnya dia berubah menjadi makhluk gaib abdi abdi dalem Sultan Agung yang sangat sakti, setia dan diandalkan.

Ketika terjadi peperangan di Pajang, Juru Taman berhasil membunuh Sultan Pajang. Itulah sebabnya Kanjeng Panembahan Senopati sangat senang kepadanya. Lalu Ki Juru Taman diwasiatkan untuk membantu cucunya, Sultan Agung.
Karena kesaktiannya itu, Juru Taman selalu mendapat kepercayaan dari Sultan Agung untuk melaksanakan tugas penting.

Suatu ketika, Sultan Agung bermaksud akan pergi ke Banten, kerajaan yang belum ditaklukannya. Dia ingin melihat dari dekat wilayah bakal medan perangnya ini.

Karena itu, kepergiannya haruslah diam-diam, tidak diketahui orang. Sultan Agung memanggil Juru Taman dan bermaksud menggunakan kesaktian abdi setianya ini untuk tugas rahasia itu.

Setelah sembah hormat, dengan cekatan Juru Taman mengangkat singgasana lalu membumbungkannya ke angkasa, sementara Sultan Agung masih duduk di atasnya.

Dengan masih bersinggasana ini, Sultan Agung melesat ke angkasa secepat kilat menuju Kerajaan Banten.

Sungguh takjub Sultan Agung dengan kesaktian abdi gaibnya ini karena dalam waktu sekejap saja telah sampai di angkasa Kerajaan Banten.

Dari atas, Sultan Agung dapat dengan jelas melihat keadaan kerajaan di jauh sebelah barat Mataram ini, tanpa diketahui oleh siapa pun. Ketika itu, di istana Banten sedang berlangsung pertunjukan wayang kulit dengan meriahnya.

"Turunkan aku ke bawah, Ki Juru Taman," perintah Sultan Agung tiba-tiba. "Aku ingin melihat wayang Banten apakah sama dengan wayang Mataram," begitu titah raja yang agung ini.

Kemudian Sultan Agung diturunkan Ki Juru Taman di pendopo istana itu. Sultan Agung masih tetap duduk di singgasananya. Sementara Juru Taman dengan wujud gaibnya berjaga demi keselamatan sang raja junjungannya.

Mendapati seorang priyayi yang hadir tiba-tiba di tengah pertunjukan wayang, orang-orang yang ada di pendapa itu terkejut dibuatnya.
Mereka heran bagaimana cara datangnya priyayi ini. Apalagi kedatangannya disertai bau harum bagai wangi gunung bunga.

Dan yang lebih mengherankan lagi, priyayi ini masih duduk di singgasananya dengan segala kebesaran seorang raja.

Serta merta yang hadir menundukkan muka kena pengaruh wibawa dari wajah Sultan Agung yang bersinar bak rembulan.

Raja Banten pun datang dengan sikap sangat hormat dan serta merta menyatakan baktinya. Sehingga Sultan Agung menaklukan kerajaan Banten tanpa peperangan.

Karena merasa rajanya akan aman di tempat itu, Juru Taman pergi menemui teman-temannya, bangsa siluman di negeri Banten.

Sepeninggal Juru Taman, Sultan Agung berpamitan kepada raja Banten. Segera Sultan Agung turun dari singgasananya dan memangil Juru Taman.

Yang dipanggil tentu saja tidak datang, karena memang sudah tidak ada di tempat itu. Sultan Agung merasa khawatir, meski sudah memutari pendopo itu, Juru Taman tetap ditemukan.

Sesudah menemui teman-temannya, Juru Taman segera kembali ke pendopo. Juru Taman terkejut melihat junjungannya tidak berada di tempatnya lagi, kecuali tinggal singgasananya saja.

Dia mengira Sultan Agung telah kembali ke Mataram seorang diri dengan cepat. Segera saja, Juru Taman menyusul rajanya ke Mataram dengan menjunjung singgasana itu.

Melihat singgasana Sultan Agung tiba-tiba hilang lenyap dalam sekejap mata, Sultan Banten beserta rakyatnya terkesima.
Seakan tak habis pikir, Sultan Banten dan rakyatnya, merasa heran, bagaimana seorang raja mampu datang secara tiba-tiba dengan singgasananya. dan pulang dengan sekejap pula.

Sejak itu Kesultananan Banten menyatakan takluk atas kelebihan dan kesaktian Sultan Agung.

Sebelum wapat Sultan Agung meminta Juru Taman untuk menjaga menjaga Gunung Merapi agar kawula keturunan Mataram terhindar dari ancaman gunung api tersebut.

Wallahu'alam bissawab.

Diadaptasi dari Babad Sultan Agung, duniapusaka.com, jogjakota.go.id, dan diolah dari berbagai sumber
(net)
 


[Ikuti TransKepri.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar