Pertempuran Piramida, Ketika Kaisar Napoleon Taklukkan Mamluk dan Kuasai Kairo

Pertempuran Piramida adalah perang antara pasukan Napoleon melawan pasukan Mamluk yang dipimpin oleh Murad Bey dan Ibrahim Bey. (Foto/Ilustrasi: Wikipedia)

Invasi Prancis ke Mesi r yang dipimpin Kaisar Napoleon Bonaparte awalnya tanpa hambatan. Napoleon bersama 36.000 tentaranya mendarat di Aleksandria pada 1 Juli 1798.

Pertempuran besar pertama antara pasukan Napoleon dan pasukan Muslim, Dinasti Mamluk, baru terjadi 20 hari kemudian, pada 21 Juli 1798. Pertempuran ini terjadi di pinggiran kota Kairo, 14 km dari Piramida.
Menurut Napoleon, jumlah pasukan Prancis 25.000 orang, melawan 78.000 orang pasukan Mamluk yang dipimpin oleh Murad Bey dan Ibrahim Bey.

Jumlah pasukan Mamluk yang tiga kali lipat jumlah pasukan Napoleon, dianggap kalangan sejarawan sebagai yang dibesar-besarkan.

Kuda Pasukan Mamluk
Sebelum pertempuran dimulai, pukul 3.00 pagi Napoleon berkata kepada prajuritnya, “prajurit, empat puluh abad memandang rendah kepada kalian.” Maksud perkataan Napoleon adalah mengacu kepada bangunan Piramida yang menjulang tinggi yang terlihat dari kejauhan.

Ia lalu mengeluarkan penghinaannya terhadap Islam. "Anda telah datang ke negara ini," kata Napoleon kepada prajuritnya lagi. "Untuk menyelamatkan penduduk dari barbarisme, dan untuk membawa peradaban ke Timur."

Para prajurit Prancis melihat di hadapan mereka kuda-kuda yang sangat bagus milik pasukan Mamluk, kuda-kuda itu berjingkrak mengancam dan mendengus di siang hari yang panas, pertanda bahwa mereka siap untuk bertempur.

Setiap pengendara kuda bersenjatakan senapan, sepasang pistol, beberapa tombak dengan ujungnya yang terbuat dari dahan palem yang ditajamkan, dan pedang pendek melengkung yang terbuat dari baja Damaskus hitam.

Sambil mengendarai kuda dengan kecepatan penuh ke medan perang, setiap prajurit Mamluk dapat melepaskan tembakan dari senapan dan pistolnya.

Ketika amunisi sudah habis, mereka menjatuhkan senapan dan pistol tersebut ke tanah, untuk diambil kemudian oleh tim khusus yang bertugas mengambil senjata yang dijatuhkan.

Setelah dekat dengan musuh, prajurit Mamluk mengganti senjatanya dengan senjata tajam.

Eamon Gearon dalam bukunya berjudul Turning Points in Middle Eastern History menyatakan pertempuran Piramida adalah bentrokan besar pertama antara pasukan modern dengan pasukan model abad pertengahan.
Formasi Kotak
Menurut Eamon Gearon, meskipun secara jumlah lebih sedikit, pasukan Napoleon sebenarnya jauh lebih unggul daripada pasukan Mamluk. Lebih dari 20.000 tentara infanteri Mesir yang dipersiapkan untuk bertempur kebanyakan terdiri dari petani yang tidak terlatih, yang dipaksa untuk berperang.

Satu-satunya kekuatan Mamluk dengan kualitas yang nyata adalah kavaleri mereka. Untuk menghadapi mereka, Napoleon mengatur pasukan infantrinya ke dalam formasi kotak pertahanan besar, memberikan perlindungan bagi prajurit, kavaleri, dan logistik tentara. Formasi ini juga melindungi artileri.

Formasi kotak menempatkan barisan prajurit di empat sisi sehingga membentuk kotak, dengan masing-masing barisan menghadap keluar kotak. Masing-masing sisinya terdiri dari dua sampai tiga baris prajurit. Dengan formasi seperti ini, masing-masing punggung prajurit akan terlindungi oleh barisan prajurit dari sisi lainnya.

Bagian tengah formasi sebagian besar kosong, biasanya hanya diisi beberapa komandan yang menunggang kuda. Fungsi lainnya dari bagian tengah kotak adalah untuk mengevakuasi prajurit yang terluka.

Dengan bentuk kotak seperti ini, pasukan infanteri terlindungi dari semua sisi dan memiliki sudut tembak sebesar 360 derajat. Formasi ini sangat efektif, masing-masing barisan seolah-olah menjadi dinding yang kokoh, yang mana dapat menangkal semua serangan pasukan kavaleri tradisional.

Artileri Napoleon dengan formasi kotaknya terbukti efektif menawarkan serangan Mamluk. Pertempuran itu dengan cepat menjadi sebuah kekalahan bagi Mamluk, karena infantri Mesir yang tidak terlatih dan kurang dipersenjatai segera melarikan diri dari medan perang yang dikuasai Prancis.

Menuru Eamon Gearon, para prajurit Mesir lari pontang-panting untuk menyelamatkan hidup mereka, sebagian besar menuju Sungai Nil. Di sana ribuan dari mereka tenggelam.

Perang yang telah lama dipersiapkan oleh tentara terbaik Eropa dengan pasukan Timur Tengah itu harus berakhir dalam waktu kurang dari satu jam. Total korban jiwa di pihak Prancis berjumlah 300 orang, sementara itu dari pihak Mamluk diperkirakan sebanyak 6.000 orang. Malam itu, pasukan Prancis memasuki Kairo tanpa perlawanan.


[Ikuti TransKepri.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar