Melihat Tradisi Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Indonesia

Maulid Nabi Muhammad SAW

TRANSKEPRI.COM.BATAM- Masyarakat Indonesia secara rutin merayakan peringatan hari kelahiran atau Maulid Nabi Muhammad SAW setiap tahunnya. Ragam tradisi biasanya ikut menyemarakkan perayaan tersebut.

Bahkan, pemerintah pun sejak lama menetapkan peringatan tersebut sebagai hari libur nasional.

Mengulik di balik perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Indonesia ini, Antropolog Irfan Nugraha melihat bahwa hal itu tak lepas dari kebiasaan suatu budaya.

"Kalau dilihat dari sisi antropologi, ini hal yang universal. Setiap kebudayaan ada yang namanya seremoni ritual ataupun sosial," katanya saat dihubungi CNNIndonesia.com via telepon, Rabu (28/10).

"Ada yang bilang dari zaman Daulah Fatimiyah kemudian lanjut ke zaman Salahuddin Al-Ayyubi. Ini masih menjadi polemik," ungkapnya.Irfan kemudian mengungkapkan bahwa selama ini asal usul perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW sendiri masih menjadi polemik. Bahkan seremoni ini pun dikatakannya baru terjadi beberapa abad setelah Nabi meninggal.

"Namun satu hal yang menarik, ketika zaman Salahuddin, ada yang bilang bahwa itu upaya untuk mempererat solidaritas umat islam, yakni dengan hari perayaan itu," tambah Irfan.

Sementara, terkait perayaan yang telah mengakar menjadi tradisi di Indonesia, Irfan mengatakan bahwa itu dipengaruhi oleh akulturasi budaya masa lalu.

Menurutnya, tradisi ini mungkin dibawa oleh pendatang dari Arab berabad-abad lalu dan kemudian berkembang menjadi bagian kebudayaan Indonesia sendiri.

"Bukan hanya merayakan kelahiran Nabi tapi juga diikuti berbagai macam acara lain yang dilakukan masyarakat lokal di Indonesia. Bagaimana akhirnya tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW berakulturasi, membaur dengan kebudayaan lokal sendiri," paparnya.

Di Yogyakarta misalnya, ada tradisi Grebeg Maulid, di mana masyarakat berkumpul dan berebut mengambil makanan yang ditata atau disebut gunungan.Di Indonesia, perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW memang kerap diwarnai dengan sejumlah tradisi khas daerah tersebut.

Lalu di Madiun, terdapat memiliki tradisi Sebar Udikan atau menyebar uang koin.

Dari potret tradisi tersebut, Irfan kemudian menilai bahwa Maulid Nabi Muhammad SAW telah mempertemukan aktivitas sosial dan budaya di kehidupan sehari-hari.

"Kumpul dengan keluarga, tetangga dan buat acara di mesjid, serta berbagai macam lainnya," katanya.

"Mungkin memang kegiatan-kegiatan tersebut menyita waktu dan kemudian menjadi pertimbangan untuk jadi hari libur. Saya melihat bangsa kita memaknai Maulid Nabi dengan berbagai perayaan lokal," paparnyaHal itu juga yang kemudian dinilai Irfan menjadi pertimbangan pemerintah untuk membuat perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW sebagai hari libur nasional.

Dia lanjut memaparkan, "Saya lihat ini bentuk interaksi budaya yang berbeda dan akhirnya menciptakan ke arah yang positif, menciptakan perayaan Maulid Nabi nabi ala Indonesia. Itu yang jadi keunggulan bangsa kita. (tm)


[Ikuti TransKepri.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar