Derap langkah pasukan upacara dan lantunan lagu kebangsaan menambah kekhidmatan suasana pagi itu. Dua puluh lima tahun perjalanan DPRD Batam bukan sekadar angka, melainkan cerminan kedewasaan politik, integritas, dan komitmen terhadap rakyat.
Menurut Amsakar, sinergi dan keharmonisan antara eksekutif dan legislatif saat ini menjadi fondasi penting dalam menciptakan suasana politik yang stabil dan produktif.
“Periode kali ini, DPRD Batam menunjukkan kekompakan luar biasa. Inilah modal sosial yang harus dijaga. Tanpa kedamaian politik, tidak mungkin ada pembangunan yang bermakna,” tambahnya.
Ia menegaskan, kolaborasi dan harmoni antara pemerintah, DPRD, dan masyarakat merupakan kunci dalam mewujudkan visi Batam sebagai Bandar Dunia Madani yang inovatif, berbudaya, dan berkelanjutan.
Kamaluddin: Pengabdian Tak Pernah Berhenti
Sementara itu, Ketua DPRD Kota Batam, H. Muhammad Kamaluddin, menegaskan bahwa perjalanan 25 tahun DPRD adalah momentum untuk memperkokoh semangat pengabdian kepada rakyat.
“Dua puluh lima tahun bukan sekadar perayaan, melainkan refleksi tentang bagaimana kami menjaga marwah, kepercayaan, dan amanah rakyat,” ucap Kamaluddin dalam sesi ramah tamah usai upacara.
Ia menegaskan, DPRD bukan hanya pembuat kebijakan, melainkan penanggung jawab nurani publik.
“Suara rakyat bukan hanya untuk didengar, tapi harus dijemput, dirasakan, dan diperjuangkan,” ujarnya penuh makna.
Kamaluddin juga mengutip pepatah Melayu,
“Kalau asal benih yang baik, jatuh ke laut menjadi pulau, jatuh ke darat menjadi gunung.”
Ia menegaskan, lembaga legislatif harus menjadi sumber manfaat di mana pun ia berdiri.
Transparansi Jadi Fondasi Kepercayaan Publik
Kamaluddin menyoroti pentingnya transparansi dan keterbukaan DPRD kepada masyarakat.
“Transparansi bukan sekadar soal data, tapi soal membangun kepercayaan. Jika rakyat percaya, demokrasi akan tumbuh dengan sehat,” tegasnya.
Menurutnya, DPRD adalah “rumah besar” yang menampung berbagai pandangan politik namun disatukan oleh satu kompas moral: Batam harus maju tanpa meninggalkan rakyatnya.
“Sebagaimana pepatah Melayu, berat sama dipikul ringan sama dijinjing. DPRD hadir untuk menyeimbangkan kepentingan pembangunan dengan kesejahteraan rakyat,” katanya.
Mengawal Pembangunan dengan Nurani
Kamaluddin menegaskan, pembangunan sejati bukan hanya soal megahnya infrastruktur, melainkan pemerataan kesejahteraan masyarakat.
“Kita ingin Batam tumbuh bukan hanya ke atas, tapi juga ke dalam. Tidak hanya membangun gedung, tapi membangun keadilan,” tuturnya.
Ia menambahkan, DPRD akan terus bersikap kritis namun santun, tegas namun beradab.
“Pepatah Melayu bilang, air tenang jangan disangka tiada buaya. Kritik kami adalah bentuk kasih sayang terhadap negeri,” ujarnya sambil tersenyum.
Yunus: Dari 30 ke 50 Anggota, DPRD Tumbuh Bersama Zaman
Anggota Komisi IV DPRD Batam, Muhammad Yunus, turut membacakan sejarah perjalanan DPRD.
“DPRD Kota Batam terbentuk pada 31 Oktober 2000 dengan 30 anggota di Gedung Beringin Sekupang. Kini, hasil Pemilu 2024, jumlahnya menjadi 50 anggota,” ungkapnya.
Ia menegaskan, meski zaman berubah, semangat pengabdian DPRD terhadap rakyat tetap sama.
“DPRD tumbuh bersama perubahan, tapi nilai-nilai pengabdian tidak pernah pudar,” tuturnya.
Refleksi Kamaluddin: Dari Amanah Menuju Marwah
Menutup perbincangan, Kamaluddin menyampaikan refleksi mendalam tentang politik dan amanah.
“Politik bukan sekadar perebutan kursi, tapi cara kita menunaikan tanggung jawab dengan adab,” ujarnya pelan.
Ia kembali mengutip petuah Melayu,
“Kalau tidak dipecahkan ruyung, manakan dapat sagunya.”
“Setiap hasil besar lahir dari perjuangan. Maka tugas kami adalah berjuang dengan niat yang lurus dan budi yang dijunjung tinggi,” tambahnya.
Kamaluddin menatap ke arah halaman kantor dewan dan menutup dengan kalimat yang mencerminkan filosofi pengabdiannya:
“Selama marwah dijaga dan budi dijunjung, DPRD Batam akan tetap menjadi benteng kepercayaan rakyat.”
Tulis Komentar