TRANSKEPRI.COM.MEDAN- Industri hulu migas tidak hanya fokus pada produksi minyak dan gas bumi, tetapi juga memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di wilayah operasinya.
SKK Migas Wilayah Sumbagut bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) menggelar Rapat Kerja Kehumasan, Kelembagaan & Tanggung Jawab Sosial 2024 di Medan, mengusung tema “Multiplier Effect Industri Hulu Migas Sebagai Penguat Strategi Komunikasi dan Dukungan Sosial Bagi Kelancaran Operasi (Social License to Operate)”.
Tema tersebut menyoroti pentingnya komunikasi efektif dalam menciptakan hubungan harmonis antara industri hulu migas dan masyarakat untuk mendukung kelancaran operasional.
“Industri hulu migas memiliki dampak luas bagi ekonomi daerah, seperti penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan daerah. Namun, keberlanjutannya sangat bergantung pada dukungan masyarakat. Oleh sebab itu, komunikasi yang efektif menjadi kunci utama dalam membangun social license to operate,” kata Kepala Perwakilan SKK Migas Sumbagut, Rikky Rahmat Firdaus.
Rikky juga menekankan bahwa industri hulu migas adalah penyumbang penerimaan negara terbesar kedua setelah pajak, dengan kontribusi mencapai Rp 5.045 triliun. Pada tahun 2024, wilayah Sumbagut akan melaksanakan pemboran 636 sumur, setara dengan 61% target nasional, demi mewujudkan target produksi 1 juta BOPD minyak dan 12 BSCFD gas.
Konsep multiplier effect yang menjadi fokus utama dalam rapat ini menunjukkan bahwa setiap investasi dalam hulu migas memberikan nilai tambah signifikan bagi ekonomi daerah, seperti peningkatan daya beli masyarakat, pengembangan infrastruktur, dan penciptaan peluang usaha lokal.
Dalam agenda ini, peserta mendapatkan penjelasan mendalam tentang kontrak bagi hasil (PSC), dana bagi hasil migas (DBH), pajak bumi dan bangunan (PBB) migas, dan participating interest (PI) 10%. Pemaparan ini disampaikan oleh narasumber dari Universitas Pertamina, Kementerian Keuangan, Kementerian ESDM, BUMD PT Riau Petroleum, dan fungsi teknis SKK Migas Pusat.
Salah satu poin penting yang diangkat adalah perlunya kolaborasi antara SKK Migas, KKKS, dan pemangku kepentingan lainnya untuk menciptakan sinergi dalam membangun industri hulu migas yang berkelanjutan dan membawa manfaat bagi masyarakat luas.
“Melalui rapat kerja ini, kami berharap dapat memperkuat komitmen dalam membangun industri hulu migas yang berdampak positif bagi masyarakat. Terima kasih kepada 18 KKKS di wilayah Sumbagut yang turut berpartisipasi,” tambah Rikky.
Adapun KKKS yang terlibat antara lain PT PHR WK Rokan, Harbour Energy, Medco E&P Natuna Ltd, PT Pertamina Hulu Energi, dan sejumlah mitra lainnya. Rapat ini menjadi momentum untuk memperkuat kontribusi hulu migas dalam mendorong ekonomi daerah dan memperbaiki kualitas hidup masyarakat sekitar. (yd)
Tulis Komentar