Enam Bocah jadi Yatim-Piatu dalam Sehari di Balikpapan

Paling Besar Berusia 11 Tahun dan Paling Kecil 1 Bulan

Enam Anak Yatim-Piatu di Balikpapan

TRANSKEPRI.COM.BALIKPAPANBegini kondisi enam bocah yatim piatu di Balikpapan pasca-kedua orangtuanya meninggal dunia

Kisah enam orang bocah di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur terbilang cukup pedih sekaligus mengharukan.

Keenam bocah tersebut yang paling tua berusia 11 tahun dan paling muda berusia 1 bulan 7 hari.

Tak bisa dipungkiri, bocah dengan usia seperti ini tentu saja masih sangat haus akan pemberian belaian tangan dan kasih sayang dari kedua orangtuanya.

Namun takdir justru berkata lain, kedua orangtua para bocah tersebut justru telah lebih dulu memenuhi panggilan Ilahi.

Ayah para bocah itu bernama Yahya Hardani (33) dan ibunya bernama Siti Hardiyanti Ode (26).

Keduanya meninggal dunia di hari yang sama dan hanya berselang beberapa jam saja pada Minggu (23/2/2020) siang lalu.

Tidak diketahui secara jelas apa penyakit yang diderita oleh kedua orangtua bocah malang itu, meski keluarga sempat menyebut tekanan darah tinggi.

Sementara itu, ke enam bocah yang kini menjadi yatim piatu itu saat ini rawat oleh nenek dan kakeknya yang tidak lain merupakan orangtua kandung dari almarhumah ibunda para bocah itu.

Saat disambangi wartawan Tribunkaltim.co di kediamannya yang terletak di RT 20, Kelurahan Sepinggan Raya Kecamatan Balikpapan Selatan pada Selasa (25/2).

Keenam bocah tersebut tampak terlihat jelas wajahnya mereka yang masih terlihat sangat polos, seolah kebingungan lantaran melihat banyak orang yang datang silih berganti sambil membawa oleh-oleh dan memeluk bahkan menggendong mereka sambil menangis tersedu-sedu.

Tak satupun di antara enam bocah itu yang terlihat murung, begitupula dengan balita yang berusia 1 bulan 7 hari tampak tenang-tenang saja saat digendong oleh banyak orang.

Para bocah ini tinggal di rumah kakeknya yang berukuran kurang lebih 8 x 5 dan terhimpit ditengah bangunan rumah warga lainnya.

Sementara para bocah tersebut terlihat mengenakan pakaian sangat sederhana dan terus mepet ke kakek dan neneknya.

Wajah sedih akibat kehilangan anak semata wayangnya tak bisa disembunyikan oleh Mustafa (53) dan Wa Ode Rusdiana (52), yang merupakan kakek nenek dari para bocah malang ini.

Air mata keduanya terus mengalir saat menceritakan kisah anak kesayangannya itu sebelum meninggal dunia.

Kondisi para cucunya menjadi hal yang paling menyedihkan bagi nenek dan kakek para bocah itu.

"Tidak sakit, dia kan belum lama melahirkan anaknya yang paling kecil ini yang baru berusia 1 bulan 7 hari ini.

Dari situ dia juga sering periksa di puskesmas katanya tensinya itu tidak stabil. Tapi pas hari Minggu kemarin itu dia mengeluh katanya pusing," kata Wa Ode Rusdiana, Ibu kandung almarhumah Siti Hardyanti.

Sementara itu, Mustafa ayah kandung almarhumah Siti Hardyanti juga menceritakan dirinya sempat berupaya melakukan pertolongan kepada putrinya, dengan cara berlari menghubungi pihak puskesmas untuk melihat kondisi putrinya.

"Kemarin itu saya sempat lari-lari ke puskesmas itu minta mobil ambulan untuk mengantar putri saya ke rumah sakit."

"Tapi dari sekian puskesmas malah tanya saya usianya berapa dan marah-marah di sana."

"Anak saya ini sudah sekarat jangan tanya usia lagi segera kita tolong bawa anak saya ke rumah sakit," jelasnya sambil menangis.

Tak banyak hal yang diceritakan oleh kakek dan nenek para bocah tersebut.

Mereka hanya terus menangis dan terus menangis sambil memeluk para cucunya itu.

Sementara warga yang berdatangan terlihat tak sedikit di antaranya memberikan dukungan moril dan memberikan bantuan berupa sembako, uang santunan maupun pakaian dan pampers untuk kebutuhan para bocah tersebut. (tm)


[Ikuti TransKepri.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar