TRANSKEPRI.COM.JAKARTA- Jumlah kasus yang dikonfirmasi laboratorium terkait virus Marburg bertambah enam kasus di Guinea Khatulistiwa, tempat virus pertama kali merebak di Afrika 13 Februari. Total kasus yang terkonfirmasi saat ini mencapai 15 kasus, menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada Sabtu (15/4/2023).
WHO mewanti-wanti risiko kematian akibat virus Marburg berada di angka 88 hingga 90 persen. Virus Marburg bisa menyebar melalui penularan antarmanusia dengan kontak langsung melalui kulit yang rusak atau selaput lendir dengan darah, sekresi, organ, cairan tubuh dari orang yang terinfeksi.
Serta kontaminasi di permukaan benda dan bahan, contohnya tempat tidur hingga pakaian.
"Konfirmasi kasus-kasus baru ini merupakan sinyal penting untuk meningkatkan upaya respons guna menghentikan rantai penularan dengan cepat dan mencegah potensi wabah skala besar dan kematian," kata Dr Matshidiso Moeti, Direktur Regional World Health Organization (WHO) untuk Afrika.
"Marburg sangat ganas tetapi dapat dikendalikan dan dihentikan secara efektif dengan segera menerapkan berbagai tindakan tanggap wabah," lanjut dia.
WHO bekerja sama dengan otoritas nasional untuk meningkatkan tindakan tanggap darurat dengan melakukan pengawasan penyakit, pengujian, perawatan klinis, pencegahan dan pengendalian infeksi, serta penyelidikan epidemiologis lebih lanjut dan memperkuat kesadaran publik demi mengekang penyebaran infeksi.
Pakar tambahan di bidang epidemiologi, logistik, operasi kesehatan, serta pencegahan dan pengendalian infeksi dari WHO akan dikerahkan dalam beberapa hari mendatang. Organisasi tersebut juga mendukung otoritas kesehatan di negara tetangga Kamerun dan Gabon untuk meningkatkan kesiapan dan tanggapan wabah.
Sampai saat ini tidak ada vaksin atau perawatan antivirus yang disetujui untuk mengobati virus. Namun, perawatan suportif, rehidrasi dengan cairan oral atau intravena dan pengobatan gejala spesifik, meningkatkan kelangsungan hidup.
Indonesia sebelumnya juga mewaspadai risiko penularan virus Marburg dari pelaku perjalanan Afrika, sehingga surveilans dilakukan secara ketat termasuk di pintu kedatangan. (dtc)
Tulis Komentar