Larang Ponsel, Kim Jong-un Takut Jadi Target AS setelah Soleimani?

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. Foto/REUTERS

TRANSKEPRI.COM. SEOUL - Otoritas Korea Utara (Korut) melarang penggunaan semua ponsel di negara itu selama beberapa minggu setelah komandan Pasukan Quds Iran, Jenderal Qassem Soleimani, dibunuh Amerika Serikat (AS) melalui serangan drone di Baghdad.

Setelah membunuh jenderal Teheran tersebut, Amerika dilaporkan memantau setiap gerakan dan kondisi mental pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un. Pemantauan itu melalui seluruh sumber intelijen Washington.

Pembunuhan Jenderal Soleimani oleh AS berlangsung Januari lalu. Pembunuhan tersebut telah menyebabkan Washington dan Teheran di ambang perang. Teheran telah membalas dengan menyerang dua pangkalan militer Irak yang dioperasikan militer AS. Serangan sejumlah rudal balistik itu menyebabkan ratusan tentara Washington menderita cedera otak traumatis.

Menurut analisis intelijen Amerika, Kim Jong-un dilanda kecemasan dan keterkejutan yang ekstrem setelah mengetahui tentang pembunuhan Soleimani. Dia berfokus untuk memahami situasi di Pyongyang.

Seorang pejabat administrasi AS yang berbicara dalam kondisi anonim kepada surat kabar The Dong-A Ilbo pada hari Senin (17/2/2020) lalu mengatakan bahwa larangan penggunaan ponsel di Korea Utara selama beberapa minggu tersebut adalah temuan dari seluruh sumber intelijen yang dikumpulkan oleh badan intelijen AS.

Seluruh sumber intelijen Amerika itu mengacu pada semua sumber informasi dan intelijen, termasuk human intelligence (Humint), imagery intelligence (Imit), dan signals intelligence (Sigint).

Larangan penggunaan ponsel di Korut selama berminggu-minggu itu telah memicu spekulasi bahwa Kim Jong-un takut dijadikan target pembunuhan berikutnya oleh AS setelah Soleimani. Terlepas benar atau tidaknya spekulasi itu, ini adalah pertama kalinya badan intelijen AS memahami kondisi mental Kim Jong-un dan kepemimpinan Korea Utara menggunakan aset intelijennya.

Larangan penggunaan semua ponsel di Korea Utara itu juga dalam upaya untuk memblokir informasi luar dan mencegah ancaman eksternal. AS dilaporkan menganalisis intelijen pada BTS ponsel di Korea Utara untuk memahami situasinya. (ssb)


[Ikuti TransKepri.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar