NATO Sebut Perang Rusia-Ukraina Bakal Berlangsung Lama

Organisasi NATO

TRANSKEPRI.COM.JAKARTA- Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan negara Barat harus bersiap untuk perang Ukraina-Rusia yang akan berlangsung lama.

Negeri Beruang Merah kini mengubah arah serangan dan berfokus menyerang wilayah timur Ukraina.

Stoltenberg dan Johnson juga menegaskan kembali bahwa pemerintah Barat harus terus mendukung Ukraina untuk mencegah agresi Presiden Rusia Vladimir Putin di masa yang akan datang.

Stoltenberg mengatakan tidak ada yang tahu berapa lama konflik akan berlangsung tetapi ia mewanti-wanti negara Barat perlu mempersiapkan fakta bahwa itu bisa memakan waktu bertahun-tahun.

"Kita tidak boleh berhenti mendukung Ukraina. Bahkan jika biayanya tinggi, tidak hanya untuk dukungan militer, tetapi juga karena kenaikan harga energi dan pangan," kata dia seperti dikutip dari CNN, Minggu (19/6).

Sementara itu, Johnson mengatakan sekutu Barat harus memperkuat diri untuk perang yang panjang. "Karena Putin menggunakan kampanye gesekan, mencoba menggiling Ukraina dengan kebrutalan belaka," imbuhnya.

Johnson mengatakan bahwa merebut semua wilayah Donbas Ukraina, yang mencakup sebagian besar Ukraina timur, telah menjadi tujuan Putin selama delapan tahun terakhir.

Kedua pria itu menekankan perlunya mencegah agresi Rusia di masa yang akan datang.

Johnson mengatakan bahwa melalui dukungan jangka panjang yang kuat untuk Ukraina, NATO dan sekutu juga akan melindungi keamanan negara mereka sendiri. Selain itu, pihaknya juga akan menjaga dunia dari mimpi Putin untuk menguasai Ukraina.

Johnson mengatakan waktu adalah faktor vital. "Semuanya akan tergantung pada apakah Ukraina dapat memperkuat kemampuannya untuk mempertahankan wilayahnya lebih cepat daripada Rusia dalam memperbarui kapasitasnya untuk menyerang. Tugas kami adalah meminta waktu di pihak Ukraina," katanya.

Para pejabat Ukraina mengatakan pertempuran sengit berlanjut di Kota Severodonetsk. Kota tersebut merupakan satu dari dua kota terakhir di Luhansk, Donbas, yang masih dipegang Ukraina.

Rusia mencoba untuk mematahkan perlawanan para pembela Ukraina dan merebut bagian-bagian dari Luhansk timur.

Kepala Administrasi Militer Regional kota itu, Serhii Hayday menuturkan pertempuran di Severodonetsk berlanjut. Ia menyebut Rusia menembaki pabrik kimia Azot, tempat sekitar 500 warga sipil berlindung.

Menurutnya, operasi Rusia tampaknya dirancang untuk menghancurkan pertahanan Ukraina di selatan Lysychansk dan Severodonetsk, memotong unit Ukraina yang masih mempertahankan dua kota penting yang strategis.

Di sebelah barat, di wilayah Donetsk yang juga merupakan wilayah Donbas, militer Ukraina melaporkan penembakan lebih lanjut terhadap posisi Ukraina di dekat Sloviansk. Serangan rudal juga terjadi di daerah itu.

Kantor berita Rusia melaporkan bahwa penembakan itu menargetkan bioskop dan kafe di pusat kota.

Sebelumnya Ukraina mengancam bakal menghancurkan jembatan terpanjang di Eropa yang menghubungkan Crimea dengan Rusia.

Mayor Jenderal Angkatan Bersenjata Ukraina Dmitry Marchenko mengatakan bahwa Jembatan Selat Kerch itu menjadi salah satu target utama militernya saat ini.

"Jembatan Selat Kerch adalah target utama Angkatan Bersenjata Ukraina. Ini bukan rahasia bagi militer mereka [Rusia] maupun militer kami; baik warga sipil mereka, maupun warga sipil kami," kata Marchenko. (tm)


[Ikuti TransKepri.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar