Dukung Rencana Perdamaian Trump, Erdogan Sebut Arab Pengkhianat

Presiden Turki Recep Tayyep Erdogan menyebut negara Arab pengkhianat karena mendukung rencana perdamaian Timur Tengah AS. Foto/Istimewa

TRANSKEPRI.COM. ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyep Erdogan mengecam sejumlah negara Arab karena memberikan dukungan kepada rencana perdamaian Timur Tengah Amerika Serikat (AS). Erdogan menyebutnya sebagai pengkhianatan.

"Beberapa negara Arab yang mendukung rencana semacam itu melakukan pengkhianatan terhadap Yerusalem, serta terhadap rakyat mereka sendiri, dan yang lebih penting terhadap semua umat manusia," kata Erdogan kepada pemimpin partai provinsi di Ankara seperti dikutip dari Times of Israel, Jumat (31/1/2020).

Erdogan, seorang pendukung kuat hak-hak Palestina, pun mengarahkan telunjuknya kepada Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Oman.

"Arab Saudi khususnya, Anda bungkam. Kapan Anda akan memecah keheningan? Anda lihat Oman, Bahrain, dan Abu Dhabi pun sama,” kata presiden Turki itu.

"Tidak tahu malu! Tidak tahu malu! Bagaimana tangan-tangan itu yang bertepuk tangan (atas rencana perdamaian) memberikan pertanggungjawaban atas langkah berbahaya ini?” sambungnya.

Hubungan Turki dengan Riyadh dan Abu Dhabi memburuk setelah pembunuhan terhadap wartawan Arab Saudi Jamal Khashoggi di konsulat kerajaan di Istanbul pada 2018 lalu.

Ankara telah berulang kali mengklaim kolumnis Washington Post terbunuh atas perintah pimpinan Saudi, yang membantah terlibat.

Presiden AS Donald Trump pada hari Selasa mengumumkan rincian rencana perdamaian Timur Tengah yang telah lama ditunggu-tunggu. Rencana yang disebut sebagai 'Kesepakatan Abad Ini' itu bertujuan menyelesaikan konflik Israel-Palestina, menyatakan bahwa Yerusalem akan tetap menjadi Ibu Kota Israel yang tidak terpisahkan.

Yerusalem sudah menjadi sumber gesekan dalam hubungan antara Turki dan Amerika Serikat, yang mengakui kota itu sebagai Ibu Kota Israel pada 2017 dan memindahkan kedutaan ke sana.

Proposal itu juga memberi Israel kekuasaan lebih dari 30 persen di Tepi Barat dan membuat tuntutan besar rakyat Palestina, termasuk demiliterisasi, pengakuan Israel sebagai negara Yahudi dan kontrol keamanan menyeluruh Israel yang berkelanjutan di Tepi Barat.

Otoritas Palestina langsung menolaknya, sementara beberapa negara Arab mengatakan rencana itu harus berfungsi sebagai dasar untuk pembicaraan.

"Kami tidak pernah mengakui dan menerima rencana ini yang merampas Yerusalem sepenuhnya," kata Erdogan, menyebutnya sebagai skema "memalukan".

"Yerusalem tidak bisa diserahkan pada cakar berdarah Israel," tambahnya.

Erdogan memperingatkan bahwa setiap orang akan bertanggung jawab atas "konsekuensi serius" dari setiap langkah yang mendorong Israel, yang ia sebut sebagai "negara jahat" dan "negara teror."

Pemimpin Turki itu juga mengatakan akan berbicara dengan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas dan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh. (ian)


[Ikuti TransKepri.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar