Tergiur Cuan, Tertipu Afiliator
TRANSKEPRI, JAKARTA - Berharap untung berlipat ganda, Rizki malah kehilangan uang Rp45 juta dalam waktu singkat. Mengikuti kelas khusus agar piawai menjadi 'trader', kerugian Rizki membengkak menjadi Rp2,5 miliar selama mengikuti aplikasi trading binary option. Dia nyaris bunuh diri.
Sekitar Juni 2021, Rizki pemuda 26 tahun yang tinggal di Palembang tergiur dengan ramainya tawaran investasi binary option di internet. Dari sekian banyak situs, dia memilih Binomo yang dipromosikan oleh Indra Kenz melalui akun YouTube. Rizki bergabung menjadi salah satu trader dengan mendaftar melalui tautan yang tersedia di kolom keterangan.
Awalnya, Rizki belajar menjadi trader dengan membaca petunjuk yang disediakan di situs Binomo. Karena mendaftar melalui link Indra Kenz, dia juga dimasukkan ke dalam sebuah grup di aplikasi percakapan Telegram yang anggotanya para trader di bawah asuhan Indra Kenz. Dari berbagai penjelasan yang dia dapat, Rizki menganggap binary option menjadi cara cepat 'menggandakan' uangnya.
Binary option sendiri merupakan program instrumen trading (perdagangan) secara online. Caranya, trader yang mengikuti suatu sesi perdagangan, harus menebak harga aset yang dipilih akan bergerak naik atau turun dalam jangka waktu tertentu.
Tebakan didasarkan pada pergerakan tabel yang dikenal dengan candle stick atau tabel batang lilin. Para trader bebas memilih aset yang akan diperdagangkan, mulai mata uang, indeks saham, kripto, hingga komoditas.
"Pertama kali ikut di bulan enam (Juni 2021), aku langsung rugi Rp45 juta," tutur pengusaha bunga dan konveksi itu kepada merdeka.com, 11 Maret lalu.
Rizki memutuskan berhenti. Dia tak mau rugi lebih banyak. Tapi rupanya, aktivitas Rizki dipantau oleh tim Indra Kenz. Dua bulan berhenti transaksi di Binomo, dia dihubungi dengan iming-iming diajari teknik menjadi trader dengan materi khusus yang sudah dibuktikan oleh trader lain. September 2021 Rizki kembali aktif menjadi trader.
"Itu hebatnya dia, monitoring kita, mengajari sama materi-materi dia. Ada teknik dia dan meyakinkan. Ada ilmu dan sudah dibuktikan berhasil oleh trader lain, bukan satu orang," kata Rizki.
Menggunakan teknik yang diajari Indra Kenz, Rizki beberapa kali berhasil menebak naik turunnya aset dalam sesi perdagangan yang dia ikuti. Tapi hal itu tidak berlangsung lama. Sekitar Oktober 2021, Rizki menyebut, uangnya yang dipakai untuk trading di Binomo habis Rp1,1 miliar.
Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Rizki yang merasa penasaran terus menambah deposit uangnya dan berharap kerugian bisa ditutup. "Kita mikirnya gimana caranya balik (modal) ya, karena ini ada ilmu dan tekniknya, dan ada orang yang berhasil," ujarnya.
Salah satu yang membuat Rizki nekat melanjutkan adalah nasihat dari tim Indra Kenz bahwa uangnya bisa kembali lagi dengan perlahan jika dia terus menjadi trader. "Singkat cerita akhir tahun 2021 itu total sudah Rp2,5 miliar uang yang habis di Binomo," ujarnya.
Saat terus kalah dan berhenti menjadi trader, Rizki menyalahkan dirinya sendiri. Tidak pernah terpikir jika ada kecurangan di balik aplikasi ini. Sampai kemudian muncullah pengakuan para trader lain yang merasa ditipu dengan cerita yang mirip dia alami.
Secara logika, Rizki mengaku tidak bisa menjelaskan mengapa dirinya terus menjadi trader meski terus kalah. Duit modal usahanya habis, dan kini dia berutang kepada sejumlah rekan bisnisnya. Dia bahkan dua kali nyaris bunuh diri.
"Kalau dibilang cuci otak kita enggak ketemu (penjelasannya) kan ya. Tipu dayanya dia itu dapat bener gitu loh. Cara dia (merayu) itu luar biasa. Kayak gimana ya, yang bisa jelasin itu korban kayak aku gini," tuturnya.
Setelah kasus ini ramai dan Indra Kenz menjadi tersangka, Rizki berharap para korban bisa mendapatkan uangnya kembali. Dia terus berkomunikasi dengan korban-korban lain dan tim kuasa hukum untuk mengawal kasus ini.
"Aku mungkin masih enak, masih bisa bisa berunding. Kawan-kawan (korban) itu ada yang hancur sehancur-hancurnya. Bayangkan, ada yang stres, sakit jiwa," tukasnya.
Mengungkap Modus Penipuan
"Kalau mereka enggak menipu, saya rela. Artinya kemampuan saya terbatas, benar enggak? Berarti saya rugi karena ilmu saya enggak sampai seperti mereka, ya kan?" ucap Maru Nazara.
Maru Nazara (36) merupakan salah satu korban yang lantang menyuarakan ada tipu-tipu di balik platform trading binary option. Dia menyebut para afiliator yang menikmati kerugian ribuan trader yang menjadi anggotanya. Afiliator yang dimaksud Maru Nazara adalah orang-orang yang mempromosikan dan mengajak bergabung menjadi trader melalui link situs binary option di media sosial mereka.
Kepada merdeka.com, Maru menceritakan tertarik menjadi trader setelah melihat channel YouTube Indra Kenz. Dia terpesona dengan pamer kekayaan yang dilakukan Indra Kenz dari hasil trading di binary option.
"Saudara IK ini menjelaskan bahwa ini aman dan sudah legal katanya. Terus mereka memamerkan hasil trading mereka seakan-akan semuanya real seperti itu dan saya tertarik. Saya mulai di tahun 2021," kata Maru.
Awal bergabung, dia menyetor deposit mulai Rp10 juta hingga Rp50 juta. Selama enam bulan, duit yang Maru habiskan sebesar Rp540 juta. "Kadang ada profit, ada loss. Tapi dibandingkan profit, lebih banyak loss," ujarnya.
Ketika mendapatkan profit puluhan juta rupiah, Maru tidak buru-buru menarik depositnya. Uangnya dia pakai lagi untuk trading dengan harapan terus bertambah. "Pada akhirnya habis semua," tukasnya.
Seperti yang dialami Rizki, Maru bergabung dalam grup Telegram yang berisi para trader yang mendaftar melalui tautan yang dibagikan Indra Kenz. Dia diajarkan teknik dan strategi untuk menebak pergerakan aset yang dia pilih saat trading. Nyatanya, lanjut Maru, apa yang diajarkan itu berbeda dengan praktik di binary option.
"Kami kira mereka ini trading ya. Tapi setelah kami bongkar lebih dalam, ternyata ini ada indikasi penipuannya," ungkapnya.
Maru menjelaskan, dari penelusuran yang dia lakukan, termasuk kesaksian korban-korban lainnya, profit atau keuntungan yang dipamerkan afiliator adalah saldo palsu yang disediakan oleh broker (pemilik aplikasi). Kemudian, ada trader yang baru mengisi saldo dan belum digunakan untuk trading, deposit mereka habis pada hari berikutnya.
"Ini aplikasi penipuan, makanya kami bongkar," tegasnya.
Tak sampai di situ, Maru menyebut indikasi penipuan berikutnya adalah, saat ada trader yang mendapat profit ratusan juta hingga miliaran dalam satu sesi perdagangan, akunnya tiba-tiba diblokir oleh aplikasi. Maru pernah mengalaminya sendiri saat mendapat profit berturut-turut, di sesi keenam perdagangan, aplikasi Binomo tiba-tiba 'hang', tidak bisa diakses.
"Hang beberapa menit, setelah normal lagi aplikasinya, itu uang yang saya investasikan diambil sama brokernya," ujarnya.
Satu lagi dugaan penipuan yang ditemukan Maru adalah perbedaan grafik candle stick di setiap akun. Dia membuktikan dengan melakukan trading di saat bersamaan dengan menggunakan beberapa akun berbeda.
"Jadi candle (grafik lilin) di akun yang satu bisa naik, tapi di akun yang lain bisa turun. Jadi ini bermain semua candle-nya, dikendalikan. Bisa berbeda karena bisa dipermainkan itu yang saldo besar-besar itu yang dikejar. Jadi dipantau semua sama mereka (pihak aplikasi)," ungkapnya.
Maru menyebut, persentase pembagian hasil dari kekalahan para member dibagi 70 persen untuk afiliator dan 30 persen untuk pihak aplikasi. "Afiliator yang mencari member. Tugas untuk basmi orang (trader) itu aplikasi. Ini kejahatan luar biasa," ujarnya.
Sebelum Maru mengangkat dugaan penipuan ini, sudah ada pihak lain yang berupaya membongkar namun kurang terekspos. Bersama para korban lainnya, dia membentuk tim dan mengidentifikasi berbagai kejanggalan tersebut.
Upayanya membuahkan hasil setelah polisi menjadikan Indra Kenz dan Doni Salmanan sebagai tersangka tindak pidana judi online dan atau penyebaran berita bohong alias hoaks melalui media elektronik dan atau penipuan/perbuatan curang dan atau tindak pidana pencucian uang.
Dari Korban Menjadi Afiliator
Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri telah menahan Indra Kurniawan alias Indra Kenz dan Doni Salmanan dalam kasus trading binary option. Jauh sebelum tersandung kasus ini, Doni Salmanan dan Indra Kenz dikenal sebagai generasi baru crazy rich atau orang-orang yang memiliki kekayaan besar di usia muda. Mereka dijuluki 'Sultan' karena kerap pamer barang-barang mewah ataupun bagi-bagi uang saat pandemi.
Saat netizen mempertanyakan sumber kekayaan mereka, Indra Kenz dan Doni Salmanan mempromosikan situs binary option dan mengajak bergabung menjadi trader untuk cepat menjadi kaya. Indra Kenz misalnya, membuat website khusus bernama kursustrading.com. Ada 130 ribu member yang diklaim sudah mendapat profit. Situs itu menyediakan video tutorial pelatihan cara trading di platform binary option.
"Jangan lakukan trading tanpa memiliki dasar ilmu yang matang. Hindari risiko kerugian dengan ilmu yang mumpuni," demikian pesan yang ditulis dalam situs tersebut.
Padahal dalam penelusuran yang dilakukan Maru Nazara, keduanya merupakan orang-orang yang menjadi afiliator. Para afiliator ini, lanjutnya, adalah para trader besar yang dulunya mengalami kekalahan banyak. Saat mereka kalah dan tidak lagi aktif, pihak broker pemilik aplikasi trading akan menghubungi mereka dan menawarkan skema kerja sama menjadi afiliator.
"Misalnya kita sudah loss ratusan juta atau miliaran, itu kita dijadikan afiliator berikutnya. Jadi mereka pandu, diberikan saldo palsu, difasilitasi lah seperti itu," kata Maru.
"Jadi intinya balas dendam lagi ke orang lain. Seperti saudara IK dan Doni dulu kan habis (bangkrut) mereka kan. Nah itu calon-calon afiliator berikut nya jadi mereka rekrut jadi afiliator untuk balas dendam ke yang lain," imbuhnya.
Pernyataan Maru soal afiliator mendapat bagian dari aplikasi binary option dibenarkan Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dirtipideksus) Bareskrim Polri Brigjen Whisnu Hermawan. Angkanya mencapai 20 hingga 30 persen.
"(Keuntungannya) 20 persen-30 persen dari hasil kegiatan binary option," ungkap Whisnu.
Bagaimana persisnya skema pembagian keuntungan dari pihak aplikasi terhadap para afiliator hingga kini belum terungkap. Whisnu menyebut, Indra Kenz menolak mengungkapkan siapa di balik Binomo dan orang yang mengajaknya bergabung menjadi afiliator.
"Dia enggak mau bicara. Dia enggak mau berterus terang. Haknya dia untuk diam, haknya dia untuk menutup. Tugas Polri yang mencari," kata Whisnu, Minggu (13/3).
Bekerja sama dengan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Polri melacak aset-aset 'Sultan Medan' dan 'Sultan Bandung' itu. Kabagpenum Divhumas Polri Kombes Gatot Repli Handoko menyebut, dari Indra Kenz, aset yang suda disita mencapai Rp43,5 miliar dari target total aset yang akan disita Rp57,2 miliar. Aset itu terdiri dari mobil mewah, beberapa tanah dan rumah, rekening bank, jam tangan,
Sedangkan dari tangan Doni Salmanan, polisi menyita beberapa rumah, mobil mewah dan belasan motor. Polri juga telah menyita akun Youtube dan deposit draw yang dipakai dalam aktivitas trading di situs Quotex. (mrdk)
Tulis Komentar