Kisah Nabi Ibrahim dan Raja Namrud yang Sombong
Nabi Ibrahim 'alaihissalam (AS) dikenal sebagai bapaknya para Nabi karena keturunannya banyak yang diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Alqur'an menyebut Nabi Ibrahim sebanyak 69 kali. Beliau termasuk Rasul Ulul Azmi bersama Nabi Nuh, Musa Isa dan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW).
Dalam kajian rutin di Srengseng Jakarta Barat, Ulama asal Mesir Syeikh Ahmad Al-Mishri mengulas kisah Nabi Ibrahim yang menakjubkan. Nasab Beliau bersambung kepada Nabi Nuh, yaitu Ibrahim bin Tarih (nama aslinya, Azar) bin Nahur bin Saru (atau Sarugh) bin Ra'u bin Falikh bin Abir bin Syalikh bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh 'alaihis salam.
Dalam Alqur'an disebut bahwa ayahnya bernama Azar. Al-Hafiz Ibnu Asakir meriwayatkan nama ibu kandung Nabi Ibrahim adalah Amilah. Sementara Menurut Al-Kalbiy, bernama Buna binti Karbina bin Kartsi, berasal dari Bani Arfakhsyad. Nabi Ibrahim lahir di tempat bernama Vadam di Babilonia, Irak. Beliau berprofesi sebagai petani.
Kelahiran Nabi Ibrahim dan Nabi Adam berjarak sekitar 3337 tahun. Ketika Beliau lahir, kehidupan kaumnya menyembah berhala. Bahkan ayahnya dikenal sebagai pembuat berhala, na'udzubillahi min dzalik. Beliau menjaga diri dari menyembah berhala dan berseberangan dengan ayahnya.
Berikut kisahnya diabadikan dalam Alqur'an:
"Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al-Kitab (Alqur'an) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi. Ingatlah ketika ia berkata kepada Bapaknya "Wahai Bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun? Wahai Bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai Bapakku, janganlah kamu menyembah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Wahai Bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi teman bagi syaithan". Berkata Bapaknya: "Bencikah kamu kepada Tuhan-Tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku dalam waktu yang Lama". Berkata Ibrahim: "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan aku akan berdo'a kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku." (QS. Maryam: 41-48)
Panggilan Nabi Ibrahim kepada ayahnya 'Ya Abati', sebuah panggilan yang santun. Karena cintanya kepada sang ayah, Nabi Ibrahim beristighfar untuk ayahnya, namun karena ayahnya sombong, maka Beliau berlepas diri.
Syeikh Ahmad menceritakan, Nabi Ibrahim ingin membuktikan kepada kaumnya bahwa berhala yang disembah itu tak bisa berbuat apa-apa. Ketika kaumnya melihat apa yang terjadi pada berhalanya, mereka marah. Ditanya siapa yang melakukan ini? Ada seorang anak muda (Nabi Ibrahim).
Apakah engkau yang melakukan itu? Bukan, itu kan cangkulnya ada di berhala yang besar. Beliau ingin menyadarkan kaumnya. Itu sebenarnya ejekan untuk kaumnya. Akhirnya mereka sepakat membakar Nabi Ibrahim. Beliau diikat dan dilempar ke dalam api yang besar. Namun, Allah 'Azza wa Jalla dengan rahmat-Nya menolong Nabi Ibrahim.
"Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatan bagi Ibrahim." (QS. Al-Anbiya: 69)
Tidak ada yang mustahil bagi Allah Ta'ala. Walaupun Nabi Ibrahim dilempar ke tengah kobaran api yang sangat besar, Allah menolong Rasul-Nya hanya dengan memerintahkan api menjadi dingin. Ketika dilempar ke dalam api, Nabi Ibrahim sama sekali tidak merasakan panas. Justru beliau merasakan kesejukan yang nikmat sebagai karunia besar dari Allah.
Disebutkan, ketika itu semua api di muka bumi tidak ada yang berfungsi. Yang terbakar dari Nabi Ibrahim hanyalah tali pengikatnya saja.
Dalam satu riwayat, Sayyidah Aisyah RA bercerita tentang Nabi Ibrahim bahwa semua binatang termasuk semut berusaha memadamkan api agar tidak membesar, kecuali cicak yang fasiq ikut meniup api agar semakin besar.
Perdebatan Nabi Ibrahim dengan Raja Namrud
Ada perdebatan antara Nabi Ibrahim dengan Raja Namrud yang zalim. Raja Namrud itu menyembah bintang sampai membuat hari raya. Raja Namrud bertanya kepada Nabi Ibrahim siapa Tuhanmu? Beliau menjawab, "Allah yang Maha Menghidupkan dan Maha Mematikan."
Nabi Ibrahim menjelaskan sesuatu yang membuat Raja Namrud tidak bisa membantahnya. "Allah bisa menerbitkan matahari dari timur, coba kamu terbitkan dari barat kalau bisa." Dalam perdebatan itu, Nabi Ibrahim benar-benar membantah Namrud.
Nabi Ibrahim mengajak kaumnya agar tidak menyembah bintang. Ketika bintang sudah padam, Beliau mengatakan "Tuhan kok padam." Nabi Ibrahim membuktikan bahwa Allah Ta'ala yang menciptakan semuanya.
Setelah itu, Beliau diperintahkan berhijrah ke negeri Palestina (Syam). Ketika itu Syam terjadi kekeringan. Kemudian Beliau menetap di Mesir sementara waktu dan kembali lagi ke Syam.
Istri Nabi Ibrahim yaitu Sayyidah Sarah yang ditakdirkan mandul menyuruh Beliau menikah dengan Sayyidah Hajar. Dari Sayyidah Hajar, Beliau dikaruniai seorang anak yaitu Nabi Ismail 'alaihissalam. Ketika Nabi Ismail lahir, usia Nabi Ibrahim 86 tahun, ada yang menyebut 80 tahun.
Ketika Nabi Ibrahim meninggalkan Sayyidah Hajar dan anaknya di tempat yang tidak ada air. Beliau bermunajat kepada Allah.
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman di dekat rumah-Mu (Baitullaah) yang dihormati. Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah rezeki mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur." (Q.S Ibrahim: 37)
Ketika Sayyidah Hajar kehabisan air, Beliau naik ke bukit Shafa dan Marwah. Tiba-tiba keluar Air di kaki Nabi Ismail. Sayyidah Hajar mengatakan 'zimmi-zimmi', makanya dinamakan air zam-zam, air yang sangat berkah.
Kemudian salah satu rombongan Suku Arab melihat ada burung yang turun di tempat di mana Sayyidah Hajar berada. Lalu mereka mendatangi tempat itu dan minum air tersebut. Nabi Ismail diajarkan Bahasa Arab oleh rombongan Suku Arab tersebut. Sejak munculnya air (zam-zam) itu, Makkah pun mulai dikenal dan seiring waktu menjadi kota yang ramai. Wallahu A'lam Bisshowab.
Tulis Komentar