Ini Kesaksian Dubes Indonesia Soal Keajaiban Ledakan di Beirut
TRANSKEPRI.COM.BEIRUT- Ledakan dahsyat di Beirut, Lebanon terus menyisakan kisah yang belakangan masih panas dibahas masyarakat luas. Termasuk kesaksian dari Duta Besar RI untuk Lebanon, Hajriyanto Y Tohari, yang mengaku ada kuasa Tuhan di balik selamatnya semua WNI di negara tersebut kendati baru saja "diguncang" ledakan dahsyat.
"Sore itu, jam 18.00 waktu Beirut masih terang. Saya masih berada di lantai empat. Dan biasanya staf KBRI di jam-jam itu setelah selesai ngantor pergi hangout, cari makan atau minum kopi," jelas Tohari pada Jumat (7/8). "Namun sore itu ternyata semua tidak pergi ke mana-mana. Alhamdulillah itu cara Allah melindungi kami semua."
Tak hanya itu, bahkan gedung KBRI yang terletak dalam jarak 8,3 kilometer dari lokasi kejadian pun dikabarkan tak mengalami kerusakan berarti. "Sementara bangunan lain yang jaraknya juga hampir sama, mengalami kerusakan parah hingga memakan korban," tutur Tohari, seperti dilansir dari JPNN, Sabtu (8/8).
Kompleks KBRI sendiri memang berbeda sendiri dibandingkan dengan kedutaan-kedutaan besar negara lain. KBRI berada di kawasan perbukitan di Baabda, berdekatan dengan Istana Kepresidenan Lebanon, dan berada di lokasi yang lebih tinggi ketimbang Kota Beirut yang luluh lantak akibat ledakan tersebut.
Lebih lanjut, ia lantas mencontohkan Kapal Perang RI Sultan Hasanuddin bersama 120 prajurit di dalamnya selamat dari ledakan. Padahal lokasi biasanya KRI terparkir hancur lebur oleh dahsyatnya ledakan, hanya saja kala itu secara kebetulan jadwal patroli KRI di laut lepas diubah.
"Malam hari, sehari sebelum ledakan, ada perubahan jadwal. Jadi KRI menerima penugasan untuk berangkat. Padahal jadwal meraka adalah pekan depan. Alhamdulillah. Itu adalah cara Allah melindungi mereka, melindungi warga Indonesia," terang Tohari.
Sebagai pembanding, ada kapal perang Bangladesh yang tengah bersandar di Pelabuhan Beirut kala ledakan masif terjadi. Alhasil kapal mengalami kerusakan berat dengan dua personelnya ditemukan tewas sedangkan 7 lainnya dalam kedaan kritis.
Atau contoh lain ketika WNI yang bekerja sebagai kru di kapal pesiar Orient Queen, yang memang tengah bersandar di Pelabuhan Beirut juga akibat pandemi COVID-19, terbalik "diterjang" ledakan. Namun pada sore itu rupanya para kru Indonesia sedang tidak berada di lokasi.
"Banyak peristiwa yang saya lihat," terang Tohari yang ikut berbela sungkawa atas peristiwa mengerikan tersebut. "Menandakan Allah sayang dan melindungi orang-orang Indonesia di Beirut."(tm)
Tulis Komentar