BATAM DOLOE DAN KINI (21)
Kenapa Harus Lubuk Baja Tidak Nagoya
TRANSKEPRI.COM.BATAM- Simpang Empat Nagoya 1991. Doeloe orang suka menyebutnya dengan Simpang Lippo lantaran persis di sudut jalannya berdiri Kantor Cabang Bank Lippo Batam.
Di tahun-tahun ini, Simpang Lippo sudah tenar sebab berada di tengah-tengah, jantung kota. Orang kalau ke Nagoya, dipastikan melaluinya. Di jam sibuk, simpang yang mempertemukan Jalan Imam Bonjol dan Sultan Abdulrahman ini, riuh. Kendaraan dari mana-mana penjuru, bersua di titik ini.
Kondisi itu berlangsung hingga kini. Bedanya, sejak era HM Rudi jadi Wali Kota Batam, ruas dua jalan utama itu dilebarkan bahu kanan dan kirinya. Sebuah Pos Polisi yang doeloe teronggok di depan Bank Lippo dirobohkan, bersalin rupa dengan sebuah sign atau markah bertuliskan "Lubuk Baja."
Lalu kenapa harus "Lubuk Baja" tidak "Nagoya?" Nah ini, saya belum dapat jawaban pertanyaannya, sampai sekarang. Hanya asumsi saya, Pak Wali barangkali ingin menonjolkan "Lubuk Baja' tersebab pertimbangan bahwa Nagoya memang secara administratif berada dalam naungan Kecamatan Lubuk Baja. Jadi kecamatan yg dikedepankan ketimbang nama kotanya.
Dah lah, tak payah dipusingkan. Satu yang pasti, markah bertuliskan "Lubuk Baja" ini kini jadi salah satu ikon kota. Lumayan kerap dijadikan sarang selfie, terutama mereka orang dari luar Batam dan wisman. (tm)
Tulis Komentar