Kurs Dolar Singapura Berada di Level Terendah Rp10.403

Mata uang Dollar Singapura

TRANSKEPRI.COM.JAKARTA- Nilai tukar dolar Singapura melemah melawan rupiah pada perdagangan Jumat (15/5/2020) hingga menyentuh level terlemah 2 bulan. Sentimen pelaku pasar yang membaik membuat rupiah kembali perkasa.

Pagi ini dolar Singapura melemah 0,18% ke Rp 10.403,96 di pasar spot, melansir data Refinitiv. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak 16 Maret lalu. Sepanjang bulan Mei, mata uang Negeri Merlion ini sudah melemah nyaris 1%, melanjutkan penurunan 8,37% sepanjang bulan April lalu.

Membaiknya sentimen pelaku pasar tercermin dari menguatnya bursa saham Asia pagi ini. Kala sentimen pelaku pasar membaik, maka modal akan dialirkan ke aset-aset berisiko dengan imbal hasil tinggi, dan rupiah mendapat rejeki.

Rupiah bahkan masih tetap perkasa saat data menunjukkan neraca perdagangan Indonesia tekor di bulan April.

Badan Pusat Statistik melaporkan ekspor terkontraksi (tumbuh negatif) -7,02% year-on-year (YoY), menjadi US$ 12,19 miliar, sedangkan impor mengalami kontraksi -18,58% YoY menjadi US$ 12,54 miliar. Sehingga neraca perdagangan mencatat defisit US$ 350 juta.

Sebelumnya, konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan neraca perdagangan April 2020 membukukan defisit tipis US$ 45 juta. Ekspor diperkirakan terkontraksi -1,91% dan impor turun 16,17%.

Sementara itu dari Singapura, laju penambahan per hari kasus penyakit virus corona (Covid-19) belum masih belum menurun. Kementerian Kesehatan Singapura (Ministry of Health/MoH) kemarin melaporkan terjadi penambahan kasus sebanyak 752 kasus, sehingga total menjadi 26.098 kasus.

Meski demikian Pemerintah Singapura sudah melonggarkan karantina wilayah atau yang disebut "circuit breaker" mulai Selasa kemarin. Sebagian aktivitas di sektor industri manufaktur seperti biofarmasi dan petrokimia akan mulai dibuka.

Menteri Kesehatan Singapura, Gan Kim Yong, mengatakan, pelonggaran selanjutnya akan dilakukan pada 1 Juni mendatang, tetapi tetap harus berhati-hati.

"Kami tidak memperkirakan 1 Juni ekonomi akan dibuka semua, semua akan akan kembali normal, kita mulai merayakan dan berpesta. Kita harus melakukan ini dengan hati-hati" kata Gan sebagaimana dilansir The Straits Times.

"Jika terjadi penambahan kasus yang besar setelah pelonggaran pertama, maka pelonggaran selanjutnya harus dimundurkan, dan kemungkinan akan kembali menerapkan circuit breaker untuk mengendalikan penyebaran Covid-19," ujarnya.

Dengan penambahan jumlah kasus per hari yang belum menurun, dan circuit breaker yang dilonggarkan, maka Singapura patut waspada.(tm)


[Ikuti TransKepri.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar