Efek Corona, Pekerja Hotel: Tanpa Turis, Bali Akan Mati

Pantai Tanah Lot di Bali, Indonesia. Foto/REUTERS

TRANSKEPRI.COM. JAKARTA - Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menangguhkan kebijakan visa-on-arrival selama satu bulan mulai Jumat (20/3/2020) untuk menghambat penyebaran virus corona baru, COVID-19. Langkah ini dianggap bisa mematikan industri pariwisata di Bali.

Kondisi menyedihkan akibat wabah COVID-19 ini juga dialami industri pariwisata negara-negara lain seperti Italia, Singapura dan Spanyol.

Khusus di Bali, yang lebih dari tiga perempat ekonominya terkait dengan pariwisata, penangguhan visa-on-arrival yang sama halnya dengan penutupan perbatasan secara de-facto bakal menjadi masalah besar bagi populasi 4,2 juta orang di Pulau Dewata.

"Dari penelitian kami, kami tahu sekitar 80 persen dari PDB Bali didasarkan pada pariwisata," kata Ross Taylor, presiden Indonesia Institute, lembaga think tank di Melbourne's Monash University.

Selama 15 tahun terakhir, kaum muda telah pindah ke daerah wisata untuk mencari pekerjaan, sementara pada saat yang sama, orang tua mereka telah menjual sawah mereka kepada pengembang.

"Sudah ada transisi besar ini di mana hampir semua orang telah meletakkan semua telur mereka di keranjang pariwisata," ujar Taylor. "Hasil dari 'mengambil' itu akan menjadi bencana besar."

"Di sebagian besar negara Barat, rumah tangga memiliki beberapa penyangga keuangan. Tetapi di Bali, kebanyakan orang hanya berpenghasilan beberapa ratus dolar sebulan. Mereka hidup dari hari ke hari atau bulan ke bulan. Jika mereka kehilangan pekerjaan, mereka tidak akan memiliki apa pun," paparnya, seperti dikutip Al Jazeera, Jumat (20/3/2020).
Hasrat Aceh, salah satu dari ribuan pekerja perhotelan di pulau itu yang telah merasakan libur atau cuti tanpa dibayar. Dia mengatakan dengan jelas: "Tanpa turis, Bali akan mati."

Selama beberapa minggu terakhir, Bali telah terbukti sangat tahan terhadap penurunan global dalam pariwisata yang disebabkan oleh pandemi COVID-19.

Ketika penyakit ini pertama kali muncul di China akhir Desember 2019, jumlah orang asing yang mengunjungi Bali sebenarnya meningkat 3 persen pada bulan Januari 2020 dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya. Angka ini bersumber dari data Bandara Internasional Ngurah Rai Bali.

Kedatangan turis asing turun 20 persen bulan lalu, menyusul larangan kunjungan turis yang telah berada di China dalam 14 hari terakhir. Larangan itu dimulai sejak 5 Februari.

Ketika Indonesia melaporkan tidak ada kasus infeksi COVID-19 pada awal-awal bulan lalu, sekitar 400.000 wisatawan dari Australia, Rusia, Korea Selatan, India, Jepang, dan lebih dari 100 negara lain menuju Bali. Dalam 12 hari pertama bulan Maret, 114.000 orang asing datang.

Hilary Faverman, seorang warga Amerika Serikat yang tiba di Bali dua minggu lalu bersama keluarganya, menjelaskan mengapa dia tidak ingin menunda perjalanan. "Kami sudah di luar negeri, dan kami orang sehat, tidak berisiko," katanya.

"Kami sebenarnya merasa lebih aman di Bali saat ini. Kami lebih khawatir tentang bagaimana anak-anak kami terkena histeria yang diambil alih di Barat. Tidak ada orang di sini yang panik atau menimbun makanan."

Tapi situasi beda mulai minggu lalu ketika pemerintah Indonesia melaporkan kematian pertama terkait COVID-19. Korban meninggal pertama adalah seorang wanita Inggris berusia 52 tahun yang meninggal saat diisolasi di sebuah rumah sakit swasta di Bali.

Saat ini, ada 308 kasus infeksi COVID-19 di Indonesia dengan korban meninggal 25 orang. Jumlah pasien yang disembuhkan 15 orang. (ssb)


[Ikuti TransKepri.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar