LBP Sebut Ada Provokator Terkait Kisruh Investasi di Rempang

Menko Marvest, Luhut Binsar Panjaitan. (net)

TRANSKEPRI.COM.JAKARTA- Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan (LBP) menyebut ada provokator ikut bermain dalam kekisruhan yang terjadi di kawasan pembangunan Rempang Eco City, Batam, Kepulauan Riau belakangan ini.

"Provokator pasti ada itu," ujarnya usai menghadiri 2nd Edition Marine Spatial Planning & Services Expo 2023 di Jakarta, Selasa (19/9).

Kekisruhan mewarnai pembebasan lahan Proyek Rempang Eco City. Kekisruhan terjadi karena warga menolak direlokasi dari lokasi pengembangan proyek.

Juru Bicara Masyarakat Adat Tempatan (Keramat) Suardi Monggak menyatakan penolakan dilakukan karena warga ingin mempertahankan tanah kelahiran mereka.

Ia mengatakan warga di 16 kampung melayu bakal bertahan dan menolak rencana relokasi.

"Jadi kami tetap bertahan, berapapun uangnya, kami tetap mempertahankan itu, sampai kapanpun. Kata orang melayu, biarlah kami berdiri daripada kami hidup berlutut. Karena kami mau jadi tuan rumah di negeri kami sendiri," ujar Suardi dalam acara Konferensi Pers YLBHI, Jakarta, Selasa (12/9).

Suardi mengatakan penolakan tersebut bukan didasarkan atas persoalan biaya ganti-rugi rumah. Menurutnya, warga menolak rencana itu lantaran kampung tersebut bernilai sejarah dan telah ditempati ratusan tahun silam.

Luhut mengatakan selain dipicu adanya provokator, kekisruhan terjadi karena ada kesalahan dalam pendekatan yang dilakukan pemerintah dalam pengembangan  Rempang Eco City.

Menurutnya, kesalahan dipicu oleh pendekatan yang kurang pas. Imbas kesalahan pendekatan itu, terjadilah konflik antara warga dengan aparat.

Karena itu, demi mencegah konflik terus berkelanjutan, Luhut mengatakan pemerintah akan sedikit menarik diri.

"Rempang itu mungkin ya kita sekarang lagi mau slow down. Saya pikir mungkin approach, pendekatannya, kemarin kurang pas," ujar Luhut.

Sembari slow down, Luhut mengatakan pihaknya sudah mengirim tim ke sana agar relokasi ini bisa dilakukan dengan mempertimbangkan masukan masyarakat.

"Jadi di mana sekolah anakmu, di mana pekerjaan anakmu, di mana kamu bekerja dan sebagainya. Jadi kalau disosialisasikan dengan baik, menurut saya tidak ada masalah. Sekarang juga sedang dikerjakan," terangnya.

Luhut mengungkapkan Rempang Eco City memiliki potensi besar untuk menjadi pusat investasi produksi kaca untuk sel photovoltaics(PV) yang menjadi bahan baku panel surya.

Apabila pengembangan proyek terwujud, menurut Luhut, Indonesia bisa menjadi alternatif pilihan investor untuk berinvestasi di tengah pertikaian negara-negara besar.

Salah satu investor yang sudah menyampaikan minatnya membangun pabrik di Rempang adalah Xinyi Group. Perusahaan kaca asal China berencana menempatkan investasi hingga Rp381 triliun. (cnnindonesia)


[Ikuti TransKepri.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar