Virus Corona Membunuh 1.770 Orang, Para Pakar Dunia Kumpul di China
TRANSKEPRI.COM. BEIJING - Para pakar dunia mulai bertemu dengan rekan mereka di China untuk membahas epidemi virus Corona jenis baru, Covid-19. Para ahli itu berkumpul ketika jumlah orang yang meninggal akibat wabah penyakit itu sudah mencapai 1.770 orang pada hari Senin (17/2/2020).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan tidak mungkin untuk memprediksi ke arah mana epidemi Covid-19 ke depannya.
Masyarakat global mengkhawatirkan penyebaran virus tersebut ketika pemerintah Amerika Serikat (AS) mengumumkan lebih dari tiga lusin orang Amerika yang berada kapal pesiar Diamond Princess positif terinfeksi virus Corona baru. Kapal itu masih dikarantina di perairan Jepang.
Virus ini pertama kali muncul di Wuhan, Provinsi Hubei pada bulan Desember 2019. Virus sudah menyebar ke 29 negara, termasuk di Prancis yang mengumumkan kematian pertama pasien Covid-19. Kematian pertama di Prancis itu sekaligus kematian pertama di luar Asia.
"Para pakar internasional yang berpartisipasi dalam misi bersama yang dipimpin oleh WHO (China) telah tiba di Beijing dan telah mengadakan pertemuan pertama mereka dengan rekan-rekan China hari ini," kata ketua WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus di Twitter pada hari Minggu.
"Kami menantikan kolaborasi yang sangat penting ini berkontribusi pada pengetahuan global tentang wabah #COVID19 ," lanjut tweet Tedros.
Juru bicara Komisi Kesehatan Nasional China, Mi Feng, mengklaim bahwa China sudah mengendalikan wabah dengan bukti angka kasus cenderung menurun.
"Dampak pencegahan dan pengendalian epidemi di berbagai bagian negara sudah dapat dilihat," katanya kepada wartawan, seperti dikutip Channel News Asia.
Pada kunjungan ke Pakistan, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan keyakinannya bahwa "upaya raksasa" oleh China akan memungkinkan pengurangan penyakit secara progresif.
Tetapi Tedros memperingatkan bahwa mustahil untuk memprediksi ke arah mana epidemi ini akan terjadi.
"Kami meminta semua pemerintah, perusahaan, dan organisasi berita untuk bekerja bersama kami untuk membunyikan tingkat alarm yang sesuai tanpa mengipasi api histeria," katanya dalam Konferensi Keamanan Munich.
Badan kesehatan PBB itu telah meminta China untuk rincian lebih lanjut tentang bagaimana diagnosis dibuat. (ssb)
Tulis Komentar