Rusia Ungkap Jumlah Tentara Ukraina yang Menyerah dan Jadi Tawanan Perang

Berburu sisa-sisa rudal Rusia yang masih aktif di Ukraina

TRANSKEPRI.COM, RUSIA - Kepala Komite Penyelidik Rusia Alexander Bastrykin kemarin mengungkapkan negaranya menahan sekitar 2.000 tentara Ukraina yang memutuskan menyerah, termasuk lima komandan brigade.

Dalam wawancara dengan Russia Today, Bastrykin mengatakan tim penyelidiknya kini tengah bekerja sama dengan para tawanan perang dan "mendapatkan banyak rincian informasi tentang kejahatan rezim Ukraina."
"Semua orang menilai tentara Ukraina, sebagus apa pun yang digambarkan media Barat dan media sosial, mereka lebih memilih menyerah jika ada kesempatan yang baik. Mereka paham betapa sia-sianya perlawanan," kata Bastrykin, seperti dilansir Russia Today, Selasa (4/5).
'
Pengakuan sejumlah tahanan mengungkapkan bagaimana tentara Ukraina bekerja sama dengan para penasihat asing dan juga tentara bayaran, kata Komite Penyelidikan.

"Berdasarkan data yang tersedia, kasus kriminal dilakukan oleh 75 tentara bayaran yang ikut berperang bersama Ukraina. Kami tahu mereka datang dari Inggris, Amerika Serikat, Norwegia, Kanada, Georgia, dan negara lain," ujar Bastrykin.
Sebagai contoh, dia menyebut warga Georgia yang mengatakan dia membentuk barisan tentara yang disebut Pasukan Nasional Georgia di wilayah Ukraina, terdiri dari 24 tentara bayaran.

"Sebagian dari mereka sudah menyerah dan ditanyai oleh para penyelidik," kata Bastrykin.

Soal dugaan penyiksaan tentara Rusia yang ditawan oleh militer Ukraina, Bastrykin mengatakan kasus itu kini sedang diselidiki. Dia menyebut dua contoh kasus: pertama, ketika tentara Ukraina diduga "melakukan penyiksaan fisik secara sistematis" terhadap sejumlah militer Rusia yang mereka tangkap di wilayah Zaporozhye dan "ditahan secara ilegal" selama sepuluh hari.

Kasus kedua melibatkan dua kelompok tentara Rusia yang ditangkap di wilayah Nikolayev dan diduga mereka juga mengalami "kekerasan fisik dan psikologis."
"Selalu ada cara untuk mengetahui siapa saja yang terlibat karena tidak ada kejahatan yang tidak meninggalkan jejak," kata Bastrykin. Tim penyelidik juga bekerja sama dengan sejumlah pejabat dari Republik Donetsk dan Luhansk untuk mengungkap berbagai insiden kekerasan.

Pejabat Ukraina sebelumnya menegaskan, penganiayaan terhadap tawanan adalah bentuk kejahatan perang dan tidak akan dibiarkan.

"Kami tentara Eropa dan kami tidak mengolok-olok tawanan. Saya ingin mengingatkan kepada tentara kami, warga sipil, dan semua pasukan pertahanan, sekali lagi, bahwa penganiayaan tawanan adalah kejahatan perang yang tidak termaafkan dalam hukum militer dan berlaku kapan saja," kata penasihat kepresidenan Ukraina Alexey Arestovich Maret lalu saat mengomentari sebuah video yang diduga memperlihatkan tawanan tentara Rusia dianiaya oleh anggota militer Ukraina.

Sejak operasi militer Rusia di Ukraina 24 Februari lalu, kedua pihak saling menuduh melakukan kejahatan perang, baik terhadap warga sipil dan tawanan tentara musuh.

(mrdk)


[Ikuti TransKepri.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar