Antara Tradisi dan Sinyalemen Aunur Rafiq Hengkang dari Partai Golkar

Aldi Samjaya Chaniago


Oleh: Aldi Samjaya 
Pemred transkepri.com/Dewan Redaksi Haluan Kepri


Sejak Kepri dinyatakan sebagai sebuah provinsi dan dilaksanakannya pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur Kepri, putra-putri Karimun selalu berjaya menuju Dompak Tanjungpinang, apakah itu sebagai gubernur maupun wakil gubernur.

Putra Karimun yang mampu meraih posisi itu, mulai dari Muhammad Sani, Nurdin Basirun, Isdianto dan terakhir Marlin Agustina yang juga merupakan putri yang berasal dari Karimun.

Menariknya, entah tradisi atau kebetulan, ke semua tokoh Karimun ini, pada akhirnya berhasil meraih posisi gubernur, setelah sebelumnya menempati posisi wakil gubernur.

Bahkan saking 'saktinya' tradisi itu, pada pilkada 2015 lalu, mantan Bupati Karimun, H Muhammad Sani yang menjadikan tokoh Karimun lainnya Nurdin Basirun sebagai wakil gubernurnya, tetap keluar sebagai pemenangnya. 

Pengecualian untuk Marlin Agustina. Namun tidak menutup kemungkinan tradisi itu bakal terulang, karena Marlin Agustina saat ini masih terhitung sebagai petahana alias masih menjabat Wakil Gubernur Kepri, dengan Ansar Ahmad sebagai gubernurnya. 

Kembali ke bahasan Aunur Rafiq. Saat ini pria yang pernah menjadi Wakil Bupati Karimun dua periode dan Bupati Karimun dua periode ini, tentu punya ambisi juga untuk menjadi Gubernur atau Wakil Gubernur Kepri.

Namun, jika melihat peta serta realitas politik dan partai politik saat ini, sangat kecil peluang Aunur Rafiq bisa diusung menjadi posisi yang realistis bagi dia, yakni wakil gubernur.

Salahsatu alasannya adalah, karena gubernur yang saat ini menjabat, yakni Ansar Ahmad, terhitung merupakan sesama kader Partai Golkar dengan Aunur Rafiq.

Sejak sebulan terakhir, saya mendapat informasi dari sumber yang valid, bahwa Aunur Rafiq berencana untuk hengkang dari Partai Golkar dan bakal berlabuh pada salahsatu partai besar lainnya.

Informasi hengkangnya Aunur Rafiq dari Partai Golkar, bisa saja benar, karena sebagai seorang politisi senior, dia pasti sudah membuat kalkulasi. Tetap bertahan atau hengkang, mana yang lebih menguntungkan bagi karier politiknya?.

Jumat akhir pekan lalu, saya sempat berada satu meja dengan Aunur Rafiq, disana juga ada Ketua PDIP Kepri yang juga mantan Wakil Gubernur Kepri Soerya Respationo yang duduk persis disamping Aunur Rafiq.

Pada kesempatan itu juga hadir Wali Kota Batam H Muhammad Rudi, namun pria yang juga menjabat Kepala BP Batam itu, datang terlambat alias setelah diskusi selesai.

Pada diskusi non formal itu, sempat saya menyinggung kemungkinan Aunur Rafiq, bakal hengkang dari Partai Golkar. Namun, saat itu Rafiq hanya tersenyum. Dia tidak memberikan jawaban.

Tak lupa saya katakan, bahwa ada satu kelebihan yang menjadi kekuatan seorang Aunur Rafiq, selain memimpin di wilayah yang berpenduduk terbanyak di Kepri setelah Batam, dia juga merupakan figur yang dikenal kesetiaannya.

Dua periode menjadi Wakil Bupati Karimun dengan Bupati saat itu Nurdin Basirun dan dua periode menjadi pasangannya Anwar Hasyim yang saat ini merupakan Wakil Bupati Karimun. Paling tidak, hal ini dapat menjadi tolok ukur kesetiaan seorang Aunur Rafiq dalam berpolitik.

Bahkan, ada lagi satu kekuatan tersembunyi. Yakni kekuatan sebuah tradisi. Tradisi bahwa putra Karimun selalu melenggang ke Dompak satu, dengan syarat terlebih dahulu harus menjalani karier sebagai Dompak dua atau wakil gubernur. Akankah tradisi itu terulang?, menarik kita tunggu. ** 

 


[Ikuti TransKepri.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar