Inilah Shahabiyah Nabi yang Ikut Berjuang di Medan Perang

Ilustrasi Sahabat Nabi ketika berjuang di Perang Khandaq. Foto/tangkapan layar Film Umar

Ada banyak Shahabiyah Nabi (sahabat Nabi dari kalangan perempuan) yang ikut berjihad di medan perang dan namanya tercatat dalam sejarah Islam. Selain sosok Laila Al-Ghifariyah radhiyallahu 'anha (wafat 40 H), ada juga beberapa sosok shahabiyah Nabi lainnya.

Dilansir dari Kisah Anbiyaa, Imam at-Thabarani mengabarkan dari Ummu Sulaim radhiyallahu 'anha, dia berkata: "Pernah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar berjihad dan ikut bersamanya sebilangan kaum wanita dari kaum Anshar. Maka merekalah yang memberikan minum kepada orang-orang yang sakit, memberi obat kepada orang-orang yang luka-luka." (Majmauz-Zawa'id 5:324)

Imam Muslim dan Tirmidzi juga memberitakan dari Anas dia berkata: "Pernah Rasulullah SAW keluar berjihad dengan membawa Ummu Sulaim dan beberapa orang wanita dari kaum Anshar yang ditugaskan untuk menyediakan air minum dan menguruskan orang-orang yang luka-luka dalam peperangan."

Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Ar-Rabik binti Mu'awwidz, dia berkata: "Kami pernah ikut Nabi shallallahu 'alahi wasallam keluar berjihad, lalu kamilah yang mengurus luka-luka para pejuang, dan mengangkat orang-orang yang gugur syahid ke kemah kami". Berita lain darinya juga, katanya: "Kami pernah keluar dengan Nabi ke medan perang, dan kamilah yang memberikan minum kepada para pejuang, menguruskan semua keperluan mereka, dan mengangkat mereka yang mati terbunuh atau yang luka kembali ke Madinah."

Imam Ahmad, Muslim, dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Ummu Athiyah Al-Anshariyah, dia berkata: "Aku pernah keluar belihad bersama-sama Rasulullah sebanyak tujuh peperangan. Aku menjaga kemah-kemah mereka, memasak makanan buat mereka, mengobati orang-orang yang luka, dan membantu orang- orang tua yang sudah tidak terdaya lagi." (Al-Muntaqa)

Imam at-Thabarani meriwayatkan dari Laila Al-Ghifariyah, dia berkata: "Aku pernah keluar berjihad bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan aku mengobati orang-orang yang terluka." (Maima'uz-Zawa'id 5: 32, 4)

Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Anas, dia berkata: "Pada hari peperangan Uhud ramai orang Islam terkocar-kacir dan terpisah dari Nabi. Dan aku lihat Aisyah binti Abu Bakar dan Ummu Sulaim tergesa-gesa membawa kantung Qirbah (terbuat dari kulit kambing) yang berisi air, memberi minum orang-orang yang dahaga dalam pertempuran itu. Sesudah habis mereka pergi lagi mengisi air dan memberi minum kepada tentara Islam yang berperang itu." (Baihaqi 9: 30)

Dari Tsaklabah bin Abu Malik bahwa Umar bin Khatthab telah membagi-bagikan kain antara kaum wanita, dan ada sisa sepotong kain yang agak baik sedikit, maka berkata orang-orang yang di sisi Khalifah Umar: "Wahai Amirul Mukminin! Kain potong yang lebih ini berikanlah kepada cucunya Rasulullah SAW yang menjadi istrimu -maksudnya Ummu Kultsum binti Ali. Tetapi dijawab oleh Khalifah Umar: "Ummu Sulaith lebih berhak darinya (Ummu Kultsum), dan Ummu Sulaim seorang wanita Anshar, di antara yang membaiat Rasulullah SAW". Tambah Umar lagi: "Karena dia pernah memberi kita minum pada hari peperangan Uhud". (Kanzul Ummal 7: 97)

Abu Daud memberitakan dari Hasyraj bin Ziyad dari neneknya bahwa mereka pernah keluar berjihad bersama-sama Nabi di medan Hunain, dan mereka mengatakan: "Kami mendendangkan syair-syair yang memberi semangat kepada para pejuang membantu keperluan mereka, mengobati para pejuang yang luka, memberi mereka panah dan menyediakan bubur sawiq. Dari Abdul Razzak dari Az-Zuhri, dia berkata pula, bahwa kaum wanita ada yang menyaksikan pertempuran di medan perang, memberi minum para pejuang, mengobati mereka yang luka". (Fathul Bari 6:51)
 


[Ikuti TransKepri.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar