Viral! Jasa Bully Medsos Dikelola Mahasiswa Psikologi Cumlaude, Begini Detail Layanannya
TRANSKEPRI.COM, JAKARTA - Kabar terbaru yang tengah ramai di jagat media sosial datang dari Jasa Bully yang digawangi website Buzzer Indonesia. Informasi ini menyebar luas dan mendapat kritik pedas dari netizen.
Informasi disebarkan oleh akun Twitter @mazzini_gsp yang memperlihatkan foto unggahan Instagram akun @buzzerindonesia. Di keterangan foto, Mazzini menuliskan bahwa makin ke sini makin aneh saja manusia mencari makan.
"Aneh-aneh saja cara manusia cari mana zaman sekarang. Poin nomor 7 amazing," katanya di keterangan foto unggahan Twitter yang sudah dibagikan ulang sebanyak 1,3 ribuan kali tersebut.
Seperti apa jasa bully yang coba ditawarkan akun Buzzer Indonesia yang kontroversial tersebut?
Di keterangan unggahan Instagram, si pemilik akun menuliskan, "Anda di-bully di media sosial? Ingin balas tapi kalah bacot? Tenang kak, biar kami yang urus," begitu katanya.
Akun tersebut luar biasanya memberikan detail layanan yang akan diterima bagi calon pemakai jasa bully di media sosial. Apa saja?
1. Di-bully 50-100 akun (tergantung permintaan)
2. Stock account 234.249 akun
3. Kami pastikan tidak ada unsur hoaks, ras, agama
4. Teknik menggunakan attack psikis target
5. Briefing maksimal 3 jam sebelum eksekusi
6. Report dalam bentuk excel
7. Buzzerindonesia.com dengan basic mahasiswa/i psikolog universitas ternama, predikat cumlaude
8. identitas aman 10000%
9. Bisa identitas akun (usia, gender, kampus, dll)
10. Buzzer profesional yang menyerang tanpa menyentuh hal-hal yang sensitif dan yang melanggar undang-undang.
Setelah isu ini 'dirujak' di Twitter, banyak netizen memberikan komentarnya. Kebanyakan merasa luar biasa karena benar-benar pekerjaan buzzer itu ada dan selebihnya memberikan komentar lucu ala netizen.
"Mau daftar, tapi enggak cumlaude," kata @denisan*****.
"Anjir psikolog cumlaude bisa-bisanya. Padahal belajar masalah penanganan mental, tapi malah nyari cuan dengan ngejatuhin mental orang," komen @bunnybic***.
"Belajar psikologi bertahun-tahun, salah satunya belajar untuk paham namanya empati. Ini malah yang kurang empati dengan jadi buzzer dan ngejatuhin mental korban. Meskipun ada unsur tricky-nya, ya, tapi aneh saja kalau sampai beneran ada anak psikologi yang ikut ngelibatin dirinya," ujar @Dewaanan***.
"Pernah enggak sih orang-orang buzzer itu rebahan terus narik napas panjang gitu terus self reflection kayak 'kenapa gua jadi buzzer?'," tulis @bluefa***.
"Ada-ada saja kelakuan masyarakat Hindia Belanda," celetuk @indomiegor****.
(net)
Tulis Komentar