Tingkatan Rasa Cinta Menurut Ibnu Qayyim

Cinta adalah fitrah yang dimiliki manusia. Tanpa keberadaan cinta, orang menyebutnya sebagai perasaan hampa. Foto ilustrasi/ist

Cinta adalah fitrah yang dimiliki manusia. Tanpa keberadaan cinta, orang menyebutnya sebagai perasaan hampa. Cinta juga banyak memberikan inspirasi dan pengorbanan, akan tetapi cinta jugalah yang kadang membawa kesengsaraan bagi mereka yang merasakannya.

Dalam kehidupan manusia cinta muncul dalam berbagai hal. Seperti mencintai harta, wanita dan kedudukan. Namun kita juga harus tahu kepada siapa cinta kita itu ditujukan dan cinta yang mana yang harus diprioritaskan. Menurut Ibnu Qayyim dalam bukunya yang berjudul "Taman Orang-orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu", ada enam tingkatan cinta yakni:

1. Tatayyum

Ini adalah tingkatan cinta yang paling tinggi dan merupakan hak Allah subhanhu wa ta'ala. Allahlah yang paling utama tiada tandingan tak ada bandingan. Posisinya tidak boleh digeser menjadi nomor dua atau bahkan tiga.Cinta kita kepada-Nya harus menjadi puncak dari segala cinta yang kita miliki.

Allah Ta'ala berfirman :

قُلۡ اِنۡ كُنۡتُمۡ تُحِبُّوۡنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوۡنِىۡ يُحۡبِبۡكُمُ اللّٰهُ وَيَغۡفِرۡ لَـكُمۡ ذُنُوۡبَكُمۡؕ‌ وَاللّٰهُ غَفُوۡرٌ رَّحِيۡمٌ

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al-Imran:31)


2. 'Isyk

Cinta ini hanya merupakan hak Rasulullah Shallallau alaihi wa sallam. Cinta yang melahirkan sikap hormat, patuh, ingin selalu membelanya, ingin mengikutinya, mencontohnya, dan lain-lain. Namun, bukan untuk menghambakan diri kepadanya. Kita mencintai Rasulullah dengan segenap konsekuensinya. Kita akan dengan bangga menjalankan sunnah-sunnahnya dan mengkuti petunjuknya dalam mengamalkan agama ini.

Mencintai Nabi Muhammad berarti mengamalkan apa-apa yang dicontohkan oleh beliau dan menjauhi perkara yang tidak berasal darinya. Jangan sampai rasa cinta kepada dunia melebihi cinta kepada Allah dan RasulNya. Kisah Mus’ab bin Umar seorang yang kaya raya dan dicintai oleh ibunya, tapi karena kecintaannya pada Nabi Muhammad, ia rela meninggalkan kekayaan tersebut dan hidup sederhana dalam ajaran Islam.

3. Syauq

Cinta ini adalah cinta antara mukmin dengan mukmin lainnya. Antara suami isteri, antara orang tua dan anak, yang membuahkan rasa mawaddah wa rahmah. Seorang suami harus mencintai isterinya dengan sepenuh hati. Demikian pula si isteri harus memberi cintanya kepada suaminya. Cinta yang tumbuh pada diri mereka akan menambah ketentraman hati dan ketenangan jiwa. Hidup akan lengkap, karena saling mengerti dan memahami.

Manakala terjadi konflik atau perbedaan pendapat, akan mudah diselesaikan karena aspek cinta mereka yang begitu besar. Kadang boleh saja emosi meninggi, namun ia akan menjadi redam ketika cinta menjadi pertimbangan utama. Seorang ayah yang begitu perhatian kepada anaknya, mencurahkan cintanya kepada buah hatinya. Dia menyayangi nya dan rela bekerja siang dan malam untuk anak-anaknya. Selain karena ibadah kepada-Nya, dia melakukannya juga karena cinta.

4. Shababah

Cinta ini yaitu cinta sesama muslim yang melahirka ukhuwah Islamiyah. Cinta ini menuntut sebuah kesabaran untuk menerima perbedaan dan melihatnya sebagai sebuah hikmah yang berharga. Seperti kita ketahui saat ini sedikit perbedaan saja seringkali menimbulkan perpecahan. Berbeda takbiratul ihram, berbeda gerakan shalat, berbeda hari Idul Fitri atau Idul Adha kadang tidak disikapi secara dewasa. Sehingga masalah pun muncul dan membuat jurang pemisah yang teramat dalam antar pengikutnya.

Belum lagi kalau kita lihat betapa banyaknya kelompok harakah Islamiyah yang bermunculan. BIla cinta ini ada, insya Allah segala perbedaan bisa disinergiskan. Tidak semua perbedaan harus dipaksa sama, tapi kadang hanya membutuhkan sedikit pengertian saja. Cinta ini harus dimunculkan sebagai sebentuk upaya untuk menciptakan kenyamanan hubungan dalam tubuh umat Islam.

5. 'Ithf (simpati)

Cinta ini ditujukan kepada sesama manusia. Rasa simpati ini melahirkan kecenderungan untuk menyelamatkan manusia, termasuk pula di dalamnya adalah berdakwah. Rasa ini seringkali muncul bila sisi kemanusian kita tersentuh.
Di saat melhiat seorang anak kecil di sebuah gubuk dengan wajah penuh penderitaan, atau saat melihat korban musibah bencana alam berjatuhan, tentu saja mengetuk kepedulian kita yang terdalam. Sisi kemanusiaan kita menjadi tersentuh dan ingin menitikkan air mata. Hati kita tidak tega melihat sebuah penderitaan yang tak kunjung berakhir. Inilah bentuk simpati yang muncul dari hati yang paling dalam.

6. Intifa

cinta yang paling rendah dan sederhana, yaitu cinta atau keinginan selain kepada manusia, yakni cinta kepada harta benda. Namun, seringkali keinginan ini sebatas intifa' (pendayagunaan/pemanfaatan).

Cinta jenis ini pula yang sering menggelincirkan manusia. Karena sifat harta memang selalu melenakan. Namun, bila kita cerdas,banyaknya harta benda seharusnya tidak menjadikan kita terlena. Sebaliknya, ia hanya menjadi sarana untuk meraih cinta yang sebenarnya yaitu cinta kepada Allah Ta'ala.
Wallahu A'lam
 


[Ikuti TransKepri.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar