Orang Tua Dipenjara, Bocah Uighur Tewas Mengenaskan di Selokan

Penduduk desa mengambil jenazah Nesrulla Yusuptohti yang mati beku di sebuah selokan. Foto/RFA

TRANSKEPRI.COM. XINJIANG - Seorang bocah Uighur berusia lima tahun ditemukan mati beku di sebuah parit di prefektur Hetian, daerah otonomi Uighur Xinjiang. Bocah malang itu selama ini dirawat oleh kakek dan neneknya karena orang tuanya dipenjara karena alasan agama dan politik.

Bocah bernama Nesrulla Yusuptohti itu ditemukan mati beku di sebuah parit yang tertutup es dan Salju pada Minggu (15/12/2019) di kota Sampop.

Menurut penduduk setempat pada Sabtu (14/12/2019), Nesrulla pergi ke sungai bersama tiga atau empat anak dari lingkungan tersebut dan kemudian hilang.

"Mereka (kakek nenek Nesrulla) tidak dapat menemukannya selama sehari atau lebih, jadi mereka bertanya kepada anak-anak tetangga dan mereka menunjukkan tempat di mana ia jatuh ke air. Para tetangga kemudian membantu kakek nenek lansia untuk menggali dia keluar dari es," tambah sumber itu seperti dikutip dari Radio Free Asia (RFA), Selasa (24/12/2019).

"Sepertinya orang tuanya tidak mengetahui kejadian ini dan sepertinya mereka tidak kembali dari pelatihan juga. Jika mereka melakukannya, kami akan mengunjungi mereka dan memberikan penghormatan," sumber itu menambahkan.

Pejabat urusan wanita desa mengidentifikasi kakek-nenek dari pihak ayah anak laki-laki itu sebagai Tohti Imin, 71, dan istrinya Kemer Yasin, 69, dari dusun Nomor 2 di desa Karki di kota Sampul.

Seorang pejabat urusan wanita mengatakan ibu dari bocah tersebut, Patem Rozi (26), dijatuhi hukuman 10 tahun penjara karena berdakwah agama Islam pada 2017 dan dipenjara di Ghulja, sebuah kota sekitar 2.000 km jauhnya dari Hetian.

Sementara ayah dari anak itu, Yusup Tohti (28), dibawa ke kamp interniran terdekat di Zona Pengembangan Ekonomi Lop karena istrinya didakwa secara kriminal menyebarkan agama Islam.

"Kami mendengar berita kematiannya Senin ini selama upacara pengibaran bendera," kata seorang warga di kota Sampul.

“Sekretaris partai desa kami memberi tahu kami agar merawat anak-anak kami dengan baik. Menurut apa yang dia katakan, orang tuanya sedang menjalani pendidikan dan dia berada dalam perawatan kakek-neneknya, yang karena kesehatannya yang buruk tidak dapat pergi ke luar,” kata sumber itu.

RFA sebelumnya melaporkan tentang bagaimana anak-anak Uighur yang orang tuanya di tahan di kamp-kamp penjara secara teratur dikirim ke panti asuhan yang sangat padat. Sumber-sumber menyebutkan kondisi itu mengerikan dan menggambarkan anak-anak itu dikurung seperti binatang ternak di dalam gudang.

RFA juga telah menerima laporan tentang anak-anak Uighur yang sekarat atau menderita luka parah sementara orang tua mereka ditahan dan mereka kekurangan perawatan yang memadai.

China dilaporkan membangun sekitar 1.300-1.400 kamp internirasn di mana pihak berwenang diyakini memenjarakan 1,8 juta etnis Uighur dan minoritas Muslim lainnya. Mereka dituduh telah menyembunyikan "pandangan agama yang kuat" dan "secara politis salah" sejak April 2017.

China awalnya menyangkal keberadaan kamp-kam ptersebut, namun sekarang menggambarkannya sebagai sekolah berasrama yang menyediakan pelatihan kejuruan bagi etnis Uighur, mencegah radikalisasi, dan membantu melindungi negara dari terorisme. (ssb)


[Ikuti TransKepri.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar