Kisah Wafatnya Nabi Dawud yang Diselewengkan Bani Israil
Wafatnya Nabi Dawud 'alaihissalam (AS) adalah satu dari banyak kisah para Nabi dan Rasul yang sarat hikmah dan pelajaran. Allah Ta'ala memperlihatkan kebesaran-Nya menjelang wafatnya Nabiyullah Dawud.
Nabiyullah Dawud adalah seorang rasul pilihan bagi Bani Israil yang diberi Kitab Zabur. Beliau keturunan Yahuda bin Yaqub dan pernah mengalahkan raja zalim bernama Jalut. Ketika wafat, Beliau dimakamkan di Baitul Maqdis Palestina dan kerajaannya digantikan putranya Nabi Sulaiman. Namanya disebut sebanyak 16 kali dalam Alqur'an.
Guru Besar Universitas Islam Yordania, Syeikh Umar Sulaiman Al-Asyqor mengulas tindakan penyelewengan ahli sejarah Bani Israil terkait kisah wafatnya Nabi Dawud AS. Dalam kitabnya 'Kisah-kisah Shahih Seputar Para Nabi dan Rasul', Syeikh Umar menceritakan kisah sahih wafat Nabiyullah Dawud yang menukil salah satu hadis Nabi yang diriwayatkan Imam Ahmad dalam Musnad-nya (2/419).
Rasulullah SAW mengabarkan bahwa Nabi Dawud wafat dalam keadaan sehat wal 'afiat. Tidak seperti yang diklaim para peletak Taurat. Dalam Safar Muluk disebutkan bahwa di akhir usianya, Dawud menjadi tua renta. Ia hanya bisa terbaring dan kehilangan kekuatannya. Orang-orang di sekelilingnya menyelimutinya dengan kain, tetapi dia tetap kedinginan. Lalu mereka menghadirkan seorang wanita cantik dalam pelukannya supaya Dawud merasa hangat.
Para penulis Taurat itu menyebutkan wasiat-wasiat Dawud kepada anaknya Sulaiman, sementara dia dalam keadaan hampir mati. Begitulah cerita yang mereka buat dalam kitab mereka.
Dalam nash hadis, Rasulullah SAW menyatakan sebelum wafat, Nabi Dawud tidak sakit. Syeikh Umar menjelaskan bahwa Nabi Dawud juga tidak memerlukan seorang wanita cantik untuk mendapatkan kehangatan
"Aku tidak mengerti mengapa orang-orang yang menyelewengkan Taurat begitu semangat menodai sejarah hidup para Nabi. Sulaiman, menurut mereka, adalah tukang sihir penyembah berhala. Luth, menurut mereka, berbuat mesum dengan kedua anak perempuannya. Dan Dawud menurut mereka hanya memperoleh kehangatan dari seorang wanita muda cantik yang tidur di dalam pelukannya sewaktu dia sedang sakit. Seolah-olah tidak ada caralah melawan kedinginan bagi raja agung ini kecuali cara itu. Dawud tidak tua, tidak kehilangan kekuatannya dan tidak sakit," jelas Syeikh Umar.
Pada hari itu, Nabi Dawud meninggalkan rumahnya sebagaimana yang dia lakukan setiap hari. Dawud pemilik kecemburuan yang tinggi terhadap keluarganya. Karena itu, pintu-pintu rumahnya selalu dikunci setelah dia pergi. Maka tidak seorang pun yang masuk rumahnya setelah kepergiannya.
Ketika Nabi Dawud pergi pada hari itu, istrinya melihat dan memeriksa keadaan rumahnya. Istri Dawud melihat seorang laki-laki berdiri tegak di tengah rumah. Istri Dawud terheran-heran, bagaimana orang ini masuk, padahal rumahnya terkunci dengan rapat. Istri Dawud bertanya kepada penghuni rumah dan pelayannya bagaimana orang ini bisa masuk ke rumah.
Dia takut terhadap kemarahan Dawud jika dia memergoki ada seorang laki-laki di rumahnya. Nabi Dawud pulang tidak lama setelah itu, sementara laki-laki itu tetap ada dalam keadaannya semula tanpa rasa khawatir dan rasa takut. Biasanya orang-orang akan takut jika bertemu dengan raja, lebih-lebih untuk memasuki rumah mereka, siapa yang berani?
Nabi Dawud bertanya kepada laki-laki itu tentang dirinya. Dia menyebutkan jati dirinya yang langsung dikenali oleh Dawud. Dia berkata, "Aku adalah orang yang tidak takut pada raja, tidak ada yang menghalangiku." Maka Dawud mengenal cirinya. Dawud berkata, "Jadi kamu -Demi Allah- adalah Malaikat maut. Selamat datang keputusan Allah." Lalu Dawud diambil nyawanya, beliau pun wafat.
Rasulullah SAW menyampaikan bahwa ketika Dawud telah dimandikan, dikafani dan disiapkan, matahari pun menyinarinya. Sulaiman memerintahkan burung agar memayungi dengan sayapnya, maka jasad Nabi Dawud terpayungi, begitu pula para pengantarnya, sehingga matahari tidak berhasil menyusupkan sinarnya kepada para pengantar. Akibatnya, bumi menjadi gelap.
Pada saat itu Sulaiman memerintahkan agar burung menarik sayapnya. Dan Rasulullah menunjukkan dengan kedua tangannya bagaimana burung-burung itu menarik sayap-sayapnya. Beliau juga memberitakan bagaimana burung elang dengan yang sayap lebar, yang diberi nama oleh Rasulullah dengan Madhrahiyah, mengungguli burung-burung lain saat memayungi Nabi Dawud pada hari itu
Nash Hadis
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Nabi Dawud memiliki kecemburuan yang besar. Jika dia pergi pintu-pintu rumahnya dikunci. Tidak seorang pun yang datang kepada keluarganya sampai dia pulang.
Suatu hari dia keluar dan rumahnya dikunci. Maka datanglah istrinya untuk meneliti rumah, ternyata ada seorang laki-laki yang berdiri di tengah rumah. Dia berkata kepada orang-orang yang ada di rumah, "Dari mana orang ini masuk, ke dalam rumah padahal ia terkunci? Demi Allah, kamu akan ditangkap oleh Dawud."
Dawud pulang sementara laki-laki itu tetap berdiri di tengah rumah. Dawud bertanya, "Siapa kamu?" Orang itu menjawab, "Aku adalah orang yang tidak takut kepada raja, tidak ada sesuatu pun yang menolak aku." Dawud berkata, "Demi Allah, kamu adalah Malaikat maut. Selamat datang kepada perintah Allah." Maka Dawud berlari kecil di tempat nyawanya dicabut. Ketika urusan Dawud telah selesai, matahari pun terbit.
Sulaiman berkata kepada burung, "Naungilah Dawud." Maka ia menaunginya sehingga bumi menjadi gelap bagi keduanya. Sulaiman berkata kepadanya, "Tariklah sayapmu satu per satu." Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah menunjukkan bagaimana burung itu melakukannya. Dan Rasul Allah (Dawud) diambil, sementara pada hari itu yang lebih dominan memberi naungan adalah elang yang bersayap lebar."
Takhrij Hadis:
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya (2/419). Disebutkan oleh Haitsami dalam Majma'uz Zawaid (8/207), kemudian dia berkata tentang takhrij-nya, "Diriwayatkan oleh Ahmad, dalam Sanad-nya terdapat Al Muthallib bin Abdullah bin Hanthab. Dia dinyatakan tsiqah oleh Abu Zur'ah dan lainnya, dan sisa rawinya adalah rawi hadis sahih."
Tulis Komentar