Curhatan Komunitas Adat Terpencil di Lingga Berjuang Mencari Nafkah

Atan, seorang warga Komunitas Adat Terpencil di Lingga

TRANSKEPRI.COM.LINGGA- Sejumlah suku laut atau Komunitas Adat Terpencil (KAT) yang berada di Pulau Lipan Desa Penuba Kecamatan Selayar Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau, tetap bertahan hidup  dengan segala keterbatasan di tengah pandemi Corona yang masih melanda.

Atan (61) salah satu suku KAT, ia adalah seorang pengrajin sampan (Perahu) tradisional melayu Kabupaten Lingga. Pria lanjut usia itu mengakui, ia menafkahi keluarganya dengan menjual sampannya dengan cara digandeng menggunakan sampan lainnya lalu menjajakan sampan hasil buatannya ke kampung-kampung dengan menyeberangi lautan yang berombak. 

Dengan keyakinan dan tekad yang kuat dengan, ia mendayung sampannya menempuh ratusan mil jauhnya untuk menawarkan hasil buatannya ke orang-orang yang dijumpainya.

"Mau tidak mau lah nak, kalau tidak begini, sampan saya tidak bisa terjual, saya tidak paham jual-menjual melaui telepon colet-colet (telepon pintar)" sebutnya polos sambil memegang sampannya agar tidak terbawa ombak tepi dipantai, saat diajak wartawan berbincang-bincang Sabtu, (6/3/21) di pantai Desa Kote.

Ditambahkannya, ia hanya mampu memproduksi satu buah sampan dalam 1 bulan dengan harga jual sebesar 2 juta sampai 3 juta rupiah saja.

"Cukuplah nak untuk nyambung hidup, kalau arus laut lagi bagus, saya juga memancing ikan untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari"ucapnya.

Ini adalah salah satu bukti nyata, meski ditengah kemajuan teknologi yang sangat luar biasa pada abad ke 21 ini, namun masih ada sebagaian kecil orang yang tidak mengetahui sama sekali tentang pesatnya perkembangan dunia.

Tentunya hal ini adalah menjadi satu dari sekian banyak pekerjaan rumah bagi pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dan juga aktivis kemanusian untuk mengambil langkah terhadap persoalan tersebut.(rid)


[Ikuti TransKepri.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar