Irma Suryani Sambil Menangis Sebut Tak Tahu Nasibnya Jika Bukan Jokowi yang Jadi Presiden

Politisi, Irma Suryani Caniago

TRANSKEPRI.COM.JAKARTA- Politisi Partai Nasdem, Irma Suryani Chaniago mengungkapkan kemungkinan buruk terhadap dirinya ketika pemenang Pilpres 2019 lalu bukan Joko Widodo-Maruf Amien.

Sambil menangis, Irma membayangkan dirinya bakal menghilang dalam dunia perpolitikan jika Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang memenangkan pilpres.

Momen tersebut terjadi dalam kanal YouTube Akbar Faizal Uncencored, Senin (18/1/2021).

Dalam kesempatan itu, Irma mulanya menyinggung soal keputusan Jokowi yang menggandeng dua paslon di Pilpres 2019.

Seperti yang diketahui, baik calon presiden maupun calon wakil presiden saat ini sudah berada di pemerintah.

Prabowo Subianto yang notabene merupakan lawan Jokowi sebagai capres di Pilpres 2019 diangkat sebagai Menteri Pertahanan.

Kemudian disusul cawapres Sandiaga Uno yang juga ditunjuk sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf).

Menurutnya, hal itu ada pengaruh dari orang-orang di sekitar presiden.

"Saya tidak menjadi paham ketika ada mungkin strategi-strategi yang dilakukan oleh orang-orang di sekitar presiden sehingga kemudian meminta lawan politik masuk ke kabinet," ujar Irma.

Menurut Irma, kondisi sama belum tentu terjadi ketika Prabowo yang menjadi presiden.

Politisi Partai Nasdem, Irma Suryani Chaniago mengungkapkan kemungkinan buruk terhadap dirinya ketika pemenang Pilpres 2019 lalu bukan Joko Widodo.

Dirinya mempertanyakan apakah Prabowo juga akan melakukan seperti yang dilakukan Jokowi.

"Bahkan banyak sekali di WA dan FB saya kemudian bilang seperti ini kepada saya, 'Ibu Irma pernah enggak terpikirkan kalau mereka yang menang apakah Pak Jokowi diajak serta'," ucapnya menyampaikan pertanyaan dari para pendukung Jokowi.

"'Apakah mereka menang mbak Irma diajak serta'."

"Jangankan saya, apakah Pak Jokowi diajak serta. Itu pertanyaan dari masyarakat," imbuhnya.

Lebih lanjut, Irma tiba-tiba merasa sedih ketika membayangkan bukan Jokowi yang memenangkan Pilpres.

"Kalau saja Pak Jokowi dan Pak Maruf kalah mungkin saya sudah hilang. Artinya bukan dibunuh, artinya enggak tahu nasib saya seperti apa," kata Irma.

"Saya menyadari itu dan saya sedih. Besarnya risiko itu yang saya ambil, saya sedih."

Meski begitu, dirinya memberikan apresiasi tinggi atas niatan baik dari Jokowi untuk menyatukan masyarakat Indonesia pasca Pilpres.

"Tetapi bagi saya, ketika saat ini Indonesia mulai kembali damai, ada kebahagian tersendiri di hati saya. Saya berharap ke depan akan lebih baik," pungkasnya.

Jokowi memutuskan untuk mengajak Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahuddin Uno untuk bekerjasama di dalam pemerintahan.

Menanggapi kondisi langka tersebut, Politisi Partai Nasdem Irma Suryani Chaniago memberikan apresiasi tinggi kepada Jokowi.

Dilansir TribunWow.com dalam acara Apa Kabar Indonesia Malam 'tvOne', Jumat (25/12/2020), Irma menyebut bahwa keputusan dari Jokowi untuk mengangkat sang rival tentu tidak mudah.

Bahkan dikatakannya tidak akan ada yang bisa melakukan seperti yang dilakukan oleh Jokowi, dengan kerendahan hati menjadikan rivalnya sebagai menteri.

"Saya yakin sekali bahwa Pak Presiden tentu sudah memikirkan kenapa beliau memilih enam nama ini," ujar Irma.

"Menurut saya tidak ada orang sebaik Pak Jokowi, merangkul lawan yang sudah sedemikian brutal di 2019," ungkapnya.

Irma menilai bahwa keputusan dari Jokowi dalam mengangkat Sandiaga dan Prabowo sebagai menteri bukan tanpa alasan.

Menurutnya, selain karena menginginkan adanya perdamaian pasca Pilpres 2019, Jokowi disebut bersikap objektif untuk menangani pandemi Covid-19.

Terkhusus pada diri Sandiaga yang mempunyai kualitas dan kapasitas dalam dunia ekonomi.

"Saya harus sampaikan Pak Jokowi ini luar biasa, tapi akhirnya saya jadi tahu bahwa yang diinginkan oleh baliau adalah bagaimana secara bersama-sama bisa menuntaskan pandemi Covid-19," kata Irma.

"Kemudian meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan menteri-mentari yang akan berkerja luar biasa," imbuhnya.

Oleh karenanya, Irma berpesan, baik kepada Prabowo dan Sandiaga maupun para menteri lainnya.

Dirinya tidak ingin para menteri dalam bekerja hanya untuk kepentingan pribadi atau partai.

Apalagi tidak dipungkiri bahwa dari jajaran menteri tersebut ada yang menjadi kandidat di Pilpres 2024 nanti.

"Tidak boleh ada satu pihak pun dalam kabinet yang bekerja sendiri-sendiri, semua misi yang harus dilaksanakan adalah misinya presiden, bukan misinya dari partai politik atau masih-masing dari menteri itu sendiri," pungkasnya. (tm)


[Ikuti TransKepri.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar