BATAM

Ada Mercusuar Tua dan Bernilai Sejarah di Pulau Karas Kecil

Mercusuar tua dan bersejarah di Pulau Karas Kecil

TRANSKEPRI.COM.BATAM- Pulau Karas Kecil ataupun dulunya itu disebut Pulau Lampu yang berada pada ketinggian 100 meter di atas permukaan laut konon, menjadi sebuah lokasi Bangsa Belanda untuk melakukan pengawasan serta pengintaian, terhadap kapal perang serta perdagangan, yang masuk ke Kepri.

Hal tersebut juga bisa menyajikan fakta sejarah bahwa Bangsa Belanda cukup lama bercokol di Kepri ini, dengan ditandai adanya menara suar dan rumah tempat tinggal di atas bukit Pulau Karas Kecil yang di bangun tahun 1886 silam, yang hingga kini masih kokoh berdiri.

Dalam pengawasan pemerintah daerah, melalui dinas perhubungan menara suar ataupun mercusuar itu hinggakini masih berfungsi dengan baik pula sebagai alat bantu navigasi kapal besar yang sedang melintas. Terutamanya itu diperbatasan  antara Perairan Kota Madya Batam dan Kabupaten Bintan, dengan berhadapan perairan internasional.

Herman (50), Warga Pulau Karas Besar yang pernah bekerja untuk memperbaiki bagunan baru, sebagai tempat tinggal 5 orang pegawai Dishub mengungkapkan, berdasarkan tahun yang tertulis di tiang merana tersebut, dapat diketahui bahwa mercusuar itu sudah ada maupun berdiri sejak Tahun 1886.

"Dengan tulisan Fabrick Voor De Marine E Het Stoomwezen 1886 berhasa ejaan Belanda. Maka dapat di ketahui bahwa, marcusuar telah dibuat ataupun berdiri sejak Tahun 1886 silam," ucap Herman, Minggu (01/11/2020), siang.

 Begitupun dengan bangunan rumah dan tempat atau bak penampungan air, kata Herman, sudah dibangun sebelum 1886 sebagai dasar dari penempatan tim Intel Belanda.

"Model pintu dan susunan batako rumah tempat tinggal Kolonial Belanda, tampak khas sebagai ciri bangunan jaman dulu. Dengan struktur bangunan yang sangat kokoh dari bahan yang bekualitas tinggi.
Meskipun telah berumur 136 tahun, tapi bangunan ini masih terlihat kokoh," kata Herman, dengan semangat.

Daud (65), pengelola kawasan Destinasi Pantai Pulau Karas Kecil menerangkan, sebagian dari luas wilayah Pulau Karas Kecil tersebut, merupakan warisan dari Almarhum Dato kami, sejak dulu kala. 

 "Pulau Lampu dan Daerah Wisata Pulau Karas Kecil dalam satu pulau, tapi untuk lokasinya berbeda. Lokasi marcusuar di bagian bukit sebelah timur," sebut Daud.

Untuk menaiki tempat marcusuar, ucap Daud, dengan menaiki tangga sebanyak 100 anak tangga, dari sebelah dalamnya

"Sedangkan lokasi Wisata Pantai Pulau Karas Kecil posisinya dari sebelah barat menghadap ke Pulau Karas Besar," jelas Kakek dengan 13 orang cucu ini.

Untuk mengetahui seperti apa dinamika di zaman itu, ungkap Daud, dia mencoba untuk berikan sebuahgambaran sebagai backgroundnya berdasarkan keterangan dan cerita almarhum ayahnya. 

"Di Tahun 1886 itu, pusat pemerintahan Batam masih berada di Nongsa. Setelah tahun 1829, Nong Isa mendapatkan satu mandat dari Sultan Riau, serta diberikan perintah oleh Sultan Muda Riau VI untuk memerintah pada kawasan Nongsa dan juga wilayah sekitarnya," kisah Daud.

Kemudian, imbuhnya, pada Tahun 1886 ini juga, dikenal sebagai tahun kejayaan di Pulau Penyengat Inderasakti, sebagai tempat kedudukan Raja Yang Dipertuan Muda, Riau X. 

"Di tahun ini jualah kesusastraan Melayu Riau Lingga maju pesat. Beberapa kitab hasil karangan Riau yang pada waktu itu terutamanya karya Raja Ali Haji dicetak," kata Daud. 

Di antaranya itu berjudul "Muqaddima fi Intizam al Wazaif al Muluk Khususan Ila Maulana Wa Sahibbina, Yang Dipertuan Muda Raja "Ali Al Mudabbir Lil Biladi Al Riauyah Wa Sairi Dairatihi Wa Tsamarat al Muhimmah".

"Nah, pada massa itu, Kolonial Belanda berhasil diusir dari Pulau Lampu hingga akhirnya berhasil dikuasai oleh kerajaan Riau X. Setelah Indonesia mereka, maka marcusuar di kelola pemerintah, melalui Dishub," terangnya.

Terkait keberadaan marcusuar itu, sebut Daud, Kolonial Belanda menempatkanya di Pulau Karas Kecil ini, bukannya tanpa alasan, terutama dalam pengintaian dan pengawasan.

"Perairan diseputaran Pantai Anak Karas adalah, sebagai kawasan melintas kapal kapal besar keluar masuk dari Indonesia bagian timur. Sehingga, harus dilakukan pengintai dan pengawasan," pungkasnya

Dari cerita yang melegenda itu, penulis mencoba untuk menelusuri marcusuar dan rumah peninggalan Orang Belanda itu, dengan berangkat ke Pulau Galang.

Dari daerah pelabuhan rakyat Kelurahan Sembilang, naik kapal reguler atau kapal Wisata Pulau Karas Kecil, selama 1 jam perjalanan laut, dengan seharga tiket Rp 30 ribu, ditambah biaya masuk kawasan wisata Rp 20 ribu.

Untuk mencapainya, kita harus berjalan sekitar 0,5 kilometer, hingga memapaki tangga batu, hingga kita tiba di puncak lokasi menara dan rumah tua tersebut.

Namun jangan khawatir, karena tangga sudah disemenisasi dengan baik untuk naik, dengan sebanyak 100 buah anak tangga, selebar 1,2 meter.

Tiba di puncak, di pintu masuk komplek mercusuar tersebut, terlihat baliho yang bertuliskan "Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Distrik Navigasi Kelas I Tanjungpinang". 
untuk Instalasi Menara Suar Karas Kecil DSI.1090.

Hawa di puncak Pulau Bukit Karas Kecil ini agak dingin dan lembab, tetapi segar. Karena, kita berada di tempat ketinggian pulau yang dikelilingi lautan luas di Kepri.

Di sekeliling bangunan ini tampak pohon tua yang sudah sangat besar, sepertinya mangga, pohon kelapa, pohon sawo dan pohon besar lainnya.

Di pohon pohon besar itu, juga tumbuh pohon menumpang pada pohon lainnya. Tetapi tak merugikan terhadap tanaman inangnya.

Merekaitu cuma membutuhkan naungan dari cahayamatahari. Akarnya menyerap makanan dari air hujan, kabut dan udara sekitar. 

Selain itu, pada tanah, banyak ditumbuhi lumut (bryophyta) hijau terang, sehingga memiliki efek yang menyenangkan, saat dipandang. 

Sejurus kemudian tanpaklah mercusuar  yang sudah berdiri selama 136 tahun ini dari dekat didepan bangunan rumah tua.

"Mercusuar ini, sekarang telah memakai 
energi tenaga matahari. Sehingga tidak diperlukan lagi bahan bakar minyak saat menyala, Bahkan, petugas menara tidak ada atau jarang datang. Karena, mereka berkantor di Tanjungpinang," kata Busri.

Darisini akan dimanjakan pemandangan pulau-pulau kecil yang terhampar di laut diperairan Bintan dan Tanjungpinang itu.

Sekadar untuk kita ketahui meski masuk wilayah Kecamatan Galang, Kota Batam, Pulau karas kecil tersebut lebih dekat ke Kota Tanjungpinang. Sehingga di waktu malam wilayah Kantor Gubernur Kepri di Dompak, tampak cahayanya.

"Maka, dari sini agak terjawab, mengapa kolonial Belanda itu menbangun menara suar di Bukit Pulau Karas Kecil ini," sebut Busri, meyakinkan.

Sebab, Tanjungpinang, khususnya Pulau Penyengat di masa itu adalah pusat dari kesultanan besar kerajaan Melayu, yang tentu saja selalu ramai dilalui kapal dari Nusantara atau pedagang asing lainnya.

"Dengan demikian kolonial Belanda bisa melakukan pengintaian dan pengwasan aktivitas perdagangan dan aktivitas dari kerajaan dari puncak bukit Pulau Lampu menggunakan sarana yang dimilikinya," pungkasnya. (wan)


[Ikuti TransKepri.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar