Ini 9 Vaksin Corona yang Berpeluang Masuk ke Indonesia

Ilustrasi: Vaksin virus corona

TRANSKEPRI.COM.JAKARTA- Indonesia berencana menjadi anggota kemitraan global untuk menyediakan vaksin Covid-19, COVAX, yang saat ini memiliki sembilan kandidat kuat vaksin corona.

COVAX sendiri disebut memiliki portofolio vaksin terbesar dan paling beragam di dunia. Sembilan vaksin itu sedang dalam pengembangan dan evaluasi.

Sembilan kandidat vaksin yang dimiliki COVAX, yakni:
1. INO-4800 buatan Inovio (Tahap I/ II);
2. mRNA-1273 buatan Moderna (Tahap III);
3. CVnCoV buatan CureVac (Tahap I);
4. TMV-083 buatan Institut Pasteur-Merck (Praklinis),
5. AZD1222 buatan AstraZeneca- Universitas Oxford, Kerajaan (Tahap III).
6. Vaksin Covid yang dikembangkan dari vaksin flu buatan Universitas Hong Kong (Praklinis), seperti dikutip ABC;
8. SCB-2019 buatan Clover Biopharmaceuticals (Tahap I); dan
9. molecular clamp buatan Universitas Queensland-CSL (Tahap I).

Belum ada keterangan pasti kapan Indonesia menjadi bagian dari COVAX. Namun, dari hasil pertemuan hampir dipastikan Indonesia menjadi bagian dari COVAX dalam waktu dekat.Rencana Indonesia bergabung dengan COVAX diutarakan setelah Menteri Luar Negeri Retno L. Marsudi dan Menteri BUMN Erick Thohir bertemu Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Melansir laman WHO, COVAX bertujuan untuk mempercepat pengembangan dan pembuatan vaksin Covid-19, serta menjamin akses yang adil dan merata untuk setiap negara di dunia. COVAX dikoordinasikan bersama oleh Gavi, Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI), dan WHO. 

COVAX bekerja dalam kemitraan dengan produsen vaksin negara maju dan berkembang untuk memastikan vaksin COVID-19 tersedia di seluruh dunia untuk negara berpenghasilan tinggi dan berpenghasilan rendah.

COVAX berencana menyediakan 2 miliar dosis vaksin yang aman dan efektif, serta telah melewati persetujuan regulasi dan atau prakualifikasi WHO pada tahun 2021.

Vaksin itu akan diberikan secara merata ke semua negara peserta dan proporsional sesuai dengan populasi mereka. Namun, vaksin yang disediakan itu utamanya disediakan untuk orang-orang yang berisiko tinggi dan rentan, serta petugas kesehatan.Untuk dapat mengamankan dosis vaksin yang cukup untuk melindungi populasi yang paling rentan, Gavi membentuk COVID-19 Vaccine Global Access Facility (COVAX Facility). Fasilitas itu bertujuan untuk menampung pendanaan dari berbagai pihak, salah satunya negara maju.

Setelah terpenuhi, distribusi vaksin baru diperluas untuk 20 persen populasi negara yang berpartisipasi.

Dosis lebih lanjut kemudian akan tersedia berdasarkan pembiayaan, kebutuhan negara, kerentanan, dan potensi ancaman Covid-19. COVAX juga akan menyediakan vaksin cadangan untuk penggunaan darurat dan kemanusiaan.

Melansir laman Gavi, ada tiga hal penting yang ditawarkan oleh COVAX, yakni dosis untuk setidaknya 20 persen populasi negara, portofolio vaksin yang beragam dan dikelola secara aktif, serta pengiriman vaksin segera setelah tersedia. 

Dengan bergabung dengan COVAX, negara-negara yang mendanai sendiri dan negara-negara yang didanai akan mendapatkan akses ke portofolio vaksin.

Sedangkan negara-negara yang didanai akan menerima dosis yang cukup untuk memvaksinasi hingga 20 persen dari populasi dalam jangka panjang.Negara-negara yang membiayai sendiri akan dijamin dengan dosis yang cukup untuk melindungi sebagian dari populasi mereka, tergantung pada seberapa banyak mereka membeli.

Negara-negara yang bergabung dengan Fasilitas COVAX memiliki dua cara untuk berpartisipasi, yakni melalui Pengaturan Pembelian Berkomitmen atau Pengaturan Pembelian Opsional. Bagi negara yang memilih pembelian berkomitmen akan diminta untuk memberikan uang muka yang lebih rendah sebesar US $ 1,60 per dosis atau 15 persen dari total biaya per dosis.

Perjanjian itu juga menawarkan negara memilih untuk tidak membeli vaksin jika harga vaksinnya dua kali (atau lebih) dari yang diharapkan.

Gavi menyampaikan ada lebih dari 170 calon vaksin yang sedang dikembangkan, tetapi sebagian besar dari upaya itu kemungkinan besar akan gagal. Berdasarkan pengembangan vaksin sebelumnya, hanya 7 persen yang berpeluang untuk berhasil.Sedangkan opsional, negara akan diminta untuk membayar uang muka sebesar US$3,10 per dosis dan jaminan pembagian risiko sebesar US$0,40 per dosis untuk membantu melindungi Fasilitas COVAX dari kewajiban apa pun yang timbul dari peserta yang memutuskan untuk tidak membeli kandidat vaksin tertentu setelah Fasilitas telah menandatangani kontrak dengan produsen.

Sedangkan vaksin yang berhasil lolos uji klinis memiliki peluang sekitar 20 persen. Untuk meningkatkan peluang keberhasilan.(tm)


[Ikuti TransKepri.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar