BATAM
Indahnya Pesona Pulau Mubut Kecamatan Galang, Mau Liburan Kesini?
TRANSKEPRI.COM.BATAM- Pesona pulau-pulau kecil di Kota Batam, Kepulauan Riau, cukup eksotis untuk dinikmati sebagai objek wisata dan menjadi destinasi liburan, pada akhir pekan.
Dari sekian banyak pulau di Kota Batam, sebagai destinasi dan objek wisata bagi masyarakat dan turis mancanegara, ada namanya Pulau Mubut Darat yang menawarkan pesona pantai berpasir putih bersih, lautan yang landai beserta pepohonan kelapa yang rindang sehingga menyejukkan suasana, damai, dan kenyamanan.
Meski pun Pulau Mubut itu ada 2. Yakni, Pulau Mubut Darat dan Mubut Laut, tapi yang lebih terkenal untuk Warga Batam terhadap suasana keindahan pantainya ialah, Pulau Mubut Darat. Sehingganya, menjadi salah satu destinasi dan objek wisata untuk dikunjungi, diakhir pekan.
Dari Kota Batam, para pengunjung harus berangkat menuju Kelurahan Sembulang
Kecamatan Galang, melintasi Jembatan 4 Barelang. Yakni jembatan 1, 2, 3 dan 4, di Pulau Galang.
Kemudian, belok kiri di pertigaan Galang memasuki daerah Kelurahan Sembulang menuju pelabuhan rakyat, yang berjarak hanya sekitar sekitar 7 kilometer ke bibir pantai dan pelabuhan.
Kemudian dari pelabuhan menggunakan
perahu pompong di dermaga, yang telah menunggu dan tiba datang silih berganti mengantarkan pengujung untuk sampai ke Pulau Mubut Darat tersebut, dengan sapaan yang ramah para tekong.
Setiap perahu, mempunyai ukuran yang berbeda-beda. Ada yang bisa membawa 10 penumpang, serta ada juga yang bisa membawa 15 penumpang, per perahu.Jika pompong dinilai telah penuh, maka tekong(nahkoda perahu) pun siap untuk memberangkatkan semua pengunjung.
"Satu orang penumpang membayar Rp. 70.000 PP (Pulang Pergi). Itu termasuk tiket masuk ke Pulau Mubut Darat," kata Sariman, salah satu nahkoda pompong, yang menyapa rasa Aman, dan Ramah.
Untuk menyeberang, kata Sariman, kita membutuhkan waktu 20 menit, sampai ke pulau, hingga mendarat di Dermaga Pulau Mubut Darat, terbuat dari papan.
Di penyeberangan perahu melaju dengan tenang dan santai sehingga penumpang pun terlihat menikmati suasana perairan sambil menatap ke arah yang jauh.
Tiba di dermaga dan memapah pelantar sepanjang 50 meter, pada pintu gerbang pengunjung disuguhkan dengan hiasan warna-warni bendera hingga potongan-potongan kain perca yang tergantung di tali sepanjang jalan. Dan tampak tulisan besar "Selamat Datang di Mubut Darat".
Kemudian beberapa peraturan terpajang di awal gerbang pintu masuk. Mulai dari di larang membawa obat-obat terlarang, membuang sampah sembarangan serta wajib menggunakan masker.
"Aturan ini kami buat untuk bisa menjadi keselamatan kita bersama. Meskipun itu dikawasan objek wisata," ujar Atan pihak Pengelola Destinasi Pulau Mubut Darat, dengan ramah dan senyum.
Menuju lokasi destinasi, pemandangan indah, tiupan angin pantai yang segar di sela sela pohon kelapa, menambah rasa nyaman. Apalagi kita melongok ke bibir pantai, dipenuhi pondok pondok tempat bersantai, yang berwarna warni pula.
Sementara, dari beberapa pohon kelapa ke pohon kelapa lainnya terpasang telah terpasang hammock jaring tidur, hingga pengujung dapat menikmatinya, sambil berayun ayun diantara pohon kelapa itu.Dari sisi Barat pantai, nampak seketika
pasir putih yang melengkung ke tengah laut dan kita seolah-olah ingin berjalan ke tengah laut, dengan Ombak-ombak kecil yang menghempas ke pasir putih.
Nah, Spot inilah merupakan salah satu tempat yang sering dijadikan wisatawan sebagai tempat untuk berenang, berselfi dan bermain pasir bersama sahabat dan keluarga, saat menikmati suasana alam
Sementara di dalam lokasi Wisata Pulau
Mubut tersebut, pihak pengelolaan juga menyediakan sarana mushalla sebagai tempat ibadah, kamar mandi dan toilet, tempat makan, warung kopi dan pondok pondok untuk menginap.
"Untuk pengunjung yang mau menginap, kami telah menyediakan pendopo, serta rumah satu kamar. Baik itu yang berada di atas laut, maupun didaratan," ungkap Ujang, keluarga pengelola.
Untuk sewanya, kata Ujang, Rp. 150 ribu hingga Rp. 200 ribu saja per malam. Dan pengunjung yang menginap pada saung ataupun pondok ditepi pantai dikenakan biaya Rp. 100 ribu permalam.
Dari kejauhan, terlihat beberapa orang anak bersama ayah serta ibunya, tengah asik disaat mencari kerang ditepi pantai. Sambil berenang dan melompat mereka tampak sangat riang gembira, pada terik matahari pagi.
Tanpa terasa, siangpun datang. Mereka pun masuk ke pondok untuk menikmati makan siang, yang sudah dipersiapkan dari rumah, dengan lahap dan gembira.
Ujang mengatakan, Pulau Mubut sering dikunjungi ketika weekend atau lebaran dan tahun baru. Namun, sejak Pandemi Covid 19, para pengunjung turun sangat
drastis.
"Tapi apa boleh buat, karena sudah ada ketentuan dari Yang Maha Kuasa, Allah SWT. Karena itu kita harus menyingkapi dengan benar, serta mematuhi Protokol Kesehatan, sebagaimana suatu anjuran pemerintah. Mudah mudahan, Pandemi Covid 19 ini, segera berakhir," harapnya.
Untunglah, sebut Ujang, di Pulau Mubut ini juga ada berkah kepada masyarakat, atas pembuatan serta penghasilan ikan teri nasi sebagai hasil laut nelayan yang selalu ada sejak dahulu kala. Sehingga, masyarakat tetap bertahan, memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
"Alhamdulillah.., dengan lesunya wisata terkait musibah wabah Corona, ikan teri nasi masih bisa untuk mempertahankan kebutuhan warga sehari hari. Meskipun hanya secukupnya. Namun kita nelayan tetap bersyukur atas berkah yang telah diberi," ungkap pria paruhbaya ini, tulus.
Disinggung kisah awal Pulau Mubut ini, Pengelola dan Pemilik Destinasi Pulau Mubut Darat, Atan mengatakan, konon sejarah Pulau Mubut, berasal dari kata rebut, ataupun permintaan, dari seorang istri terhadap suaminya, atas dua pulau di Kelurahan Karas, Kecamatan Galang, yang akhirnya diberi nama Pulau Mubut Darat dan Pulau Mubut Laut, oleh nenek moyang kami.
"Saya mendapat kisah (cerita) dari Dato (Kakek) dan Ayah kami, sebelum beliau meninggal, terkait kisah nenek moyang," kata Atan, yang telah berumur 59 tahun
Kemudian dari cerita diatas, ungkapnya, karena rasa cinta yang mendalam, sang suami memutuskan agar istrinya dapat memilih, untuk mereka tinggal bersama hingga akhir hayat di Pulau Mubut Laut
"Lalu, sang nenek memilih Pulau Mubut Laut untuk menetap, serta berkembang sampai akhir hayatnya. Karena, sebagai salahsatu generasi diketurunan mereka, saya milih tinggal di Pulau Mubut Darat. Sedangkan Abang kandung yang masih hidup, ia memilih tinggal di Pulau Mubut Laut," papar Atan.
Kenapa saya memilih tinggal di Mubut Darat, terang Atan, karena saya melihat ada pantainya yang landai dengan pasir putih yang membentang. Sehingganya, sangat bagus untuk kawasan destinasi pariwisata.
"Sedangkan di Pulau Mubut Laut itu, ada sejarah perjuangan dari Sang Panglima Galang serta kearifan lokal masyarakat, yang harus tetap diabadikan," kata Atan.
"Alhamdulillah, harapan saya terwujud. Makanya, seluruh anak serta keluarga saya tinggal disini, agar bisa mengelola objek wisata pantai ini dengan sepenuh
hati, hingga ke anak cucu," ungkapnya.
Atan pun tak lupa berterima kasih pada pemerintah, yang sudah mendukungnya agar mengembangkan pariwisata Pulau Mubut Darat dengan upaya peningkatan program pariwisata lokal. Sehingga bisa terus berkembang dengan baik, sebagai mana yang diharapkan.
"Kami juga sangat berterimakasih pada Pemerintah Kota Batam, yang telah ada mendukung programpariwisata di Pulau Mubut Darat ini. Dan sebagai Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), Batam, kami pun akan terus berupaya meningkatkan potensi Pulau Mubut Darat untuk dapat menghidupkan perekonomian Batam di Bidang Pariwisata Lokal atau di daerah," pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Pokdarwis Batam, Deska mengatakan secara umum fungsi Pokdarwis dalam kegiatan pariwisataan adalah sebagai penggerak Sadar Wisata dan Sapta Pesona di lingkungan wilayah di destinasi wisata.
"Pokdarwis ini sebagai mitra pemerintah daerah (kabupaten/kota) didalam upaya perwujudan serta pengembangan Sadar Wisata di daerah. Khususnya di Batam," kata Deska.
Selain itu, imbuhnya, langkah dan upaya pengembangan Objek Wisata di Batam menjadi tugas serta program bersama, guna menghidupkan dan meningkatkan roda perekonomian di masyarakat, agar pariwisata Batam bergairah kembali.
"Maka, kami berharap dukungan semua pihak. Baik itu pemerintah serta swasta agar Kota Batam bisa menjadi destinasi tujuan wisata lagi bagi wisatawan lokal dan mancanegara," harap Deska. (wan)
Tulis Komentar