Ini Hasil Investigasi BMKG Terkait Dentuman Misterius di Bandung
TRANSKEPRI.COM.BANDUNG- Hasil investigasi Badan Meteorogi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan suara dentuman yang terjadi di Jabodetabek, Jawa Tengah, dan Jawa Barat dipastikan berasal dari langit dan bersifat lokal, bukan global.
Sebelumnya, peneliti menduga sumber dentuman bisa jadi bersumber dari dalam bumi akibat aktivitas seismik, vulkanik maupun longsoran.
"Hasil Investigasi yang kami lakukan diperoleh bahwa fenomena dentuman berasal dari sumber di atas permukaan bumi yang bersifat regional di wilayah Indonesia," kata Peneliti Petir dan Atmosfer BMKG, Deni Septiadi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Minggu (24/5).
Hasil investigasi ini berdasarkan hasil rekaman di seluruh alat pemantauan magnet Bumi miliki BMKG yang diwakili oleh 14 stasiun magnet bumi.
Analisis menemukan fenomena yang menarik bahwa kejadian dentuman terekam dengan baik di stasiun magnet bumi Sukabumi (SKB) dan Lampung Selatan (LPS)
"Yang menunjukkan Bandpass filter 0.03 - 0.1 Hz. Sinyal tersebut menunjukkan adanya rekaman. Aktivitas anomali magnetik di komponen horizontal," ujar Deni.
Deni yang juga merupakan Dosen Meteorologi di Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG) mengatakan, dari temuan tersebut BMKG melakukan analisis lanjutan dari data geomagnetik BMKG yang tersebar di Indonesia plus alat geomagnetik di luar negeri.
Hal ini dilakukan untuk melihat lebih detail apakah fenomena dentuman tersebut bersifat lokal, regional atau global.
Dari analisis ini, diperoleh anomali medan magnetik terekam pada waktu yang bersamaan di jaringan stasiun magnet bumi BMKG, tetapi tidak terekam pada jaringan stasiun magnet bumi di Canberra (Australia) dan Kakioka (Jepang).
Data-data ini menujukan bahwa fenomena tersebut hanya terjadi di wilayah langit Indonesia.
"Selain itu seismograph yang dimiliki oleh PVMBG dan BMKG juga tidak ada yang mencatat pada saat suara dentuman muncul, sehingga
tidak mungkin bersumber dari dalam bumi," ujar Deni.
Bukan akibat petir
BMKG juga melakukan analisis data kelistrikan udara yang terekam oleh alat pendeteksi petir miliki BMKG.
Hasil analisis menunjukkan peta kerapatan kejadian petir per kilometer (km) persegi terjadi petir pada waktu jam 02.00 sampai 03.00 WIB di wilayah perbatasan Bogor dan Banten, Laut Jawa dan Palembang.
"Kerapatan petir cukup luas yaitu di wilayah perbatasan Bogor dan Lebak dengan diameter yang cukup besar sekitar 38 km mengarah Barat-Timur. Hal ini yang menyebabkan kecurigaan pertama yaitu sumber dentuman yang berasal dari kejadian petir," ujar Deni.
Akan tetapi, kecurigaan terkait petir sebagai sumber dentuman melemah dengan melihat data warganet yang melaporkan mendengar suara dentuman dari daerah Tangerang, Jakarta, Bogor, Bekasi dan Sukabumi dengan luasan lebih dari 100 km persegi.
"Hal ini disebabkan dari studi literatur diperoleh bahwa jangkauan maksimum suara petir adalah 25 km persegi," tutur Deni.
Kelemahan kedua terkait petir sebagai penyebab dentuman adalah dari peta kerapatan terlihat bahwa kerapatan terjadi di titik area dengan pola menyebar.
"Artinya setiap 1 km persegi dalam 1 jam hanya terdapat 1 kejadian petir sehingga untuk menciptakan efek dentuman yang meluas sangat tidak mungkin. Jadi kejadian petir mungkin sangat lemah untuk menjawab fenomena tersebut," kata Deni.(tm)
Tulis Komentar