Siswi MIN I Batam Raih Prestasi Nasional, Dapat Apresiasi Kepala Kemenag Batam dari Tanah Suci

Prestasi membanggakan diraih Thanaya Anasthasya Az'zikra, siswi kelas 6 Madrasah Ibtidaiyah (MI) I Batam, setelah meraih medali perak Olimpiade Madrasah Indonesia (OMI) Tingkat Nasional (pwi batam)

 

 

 


TRANSKEPRI COM.BATAM– Prestasi membanggakan diraih Thanaya Anasthasya Az'zikra, siswi kelas 6 Madrasah Ibtidaiyah (MI) I Batam, setelah meraih medali perak Olimpiade Madrasah Indonesia (OMI) Tingkat Nasional untuk mata pelajaran IPA dan Sosial di Banten, awal Oktober 2025. 

Atas capaian tersebut, Thanaya memperoleh apresiasi langsung dari Kepala Kemenag Batam, Budi Dermawan, yang saat ini berada di Mekkah.

“Terima kasih sudah mengharumkan nama Batam dengan meraih prestasi. Terima kasih juga atas dukungan orang tua, guru pembimbing, dan kepala sekolah,” ujar Budi Dermawan melalui panggilan video dari Tanah Suci, Rabu (26/11/2025) siang, dalam pertemuan yang digelar di Kantor PWI Batam.

Thanaya hadir dalam agenda tersebut bersama ibunya Vina Mawaddah Nasution, Kepala MI I Batam Sudarsono Limbong, guru pembimbing Syamsudin, serta perwakilan Kemenag Batam, Darto dan Hamdani.
Selain rombongan MI I Batam, hadir pula guru berprestasi dari SMPN 28 Batam, Anisa Aginta, sebagai penerima apresiasi lainnya.

Ketua PWI Batam, M.A Khafi Anshary, mengatakan bahwa undangan khusus ini ditujukan untuk menampilkan etos belajar dan dedikasi para pelajar serta guru.

“Tujuan PWI Batam mengundang murid dan guru berprestasi adalah untuk mengapresiasi sekaligus mempublikasikan etos belajar dan mengajar agar bisa memotivasi yang lain,” ujarnya, didampingi Bendahara PWI Batam Romi Chandra, Ketua Seksi Pendidikan Kamal, pengurus SIWO PWI Pusat Deni Risman, dan Sekretaris IKWI Kepri Baiq T. A Hudayani.

Menurut Sudarsono, capaian Thanaya menjadi tonggak baru bagi MI I Batam. Selama ini, peserta didik madrasah di Kota Batam umumnya hanya mampu melaju hingga tingkat kota dan provinsi.

“Ini prestasi tingkat nasional pertama dari madrasah di Batam. Alhamdulillah, dengan kerja keras Thanaya dan dukungan orang tua serta guru pembimbing, ia mampu meraih juara dua,” ungkap Sudarsono.

Perjalanan Thanaya menuju panggung nasional bukan tanpa hambatan. Ia harus menjalani karantina belajar selama dua pekan di bawah pengawasan ketat guru pembimbing. Dukungan dari rumah pun tak kalah penting: sang ibu menerapkan aturan tegas terkait penggunaan gadget, hanya diperbolehkan pada akhir pekan.

Namun tantangan terbesar bukan pada kedisiplinan, melainkan biaya. Paket buku persiapan olimpiade yang dibutuhkan Thanaya mencapai Rp5 juta, angka yang sulit dipenuhi sekolah.

“Alhamdulillah kepala sekolah peduli dan mau merogoh kantong pribadi untuk membeli buku itu. Kami tidak punya dana sekolah,” kata Syamsudin, guru pembimbing.

Syamsudin mengaku sempat diminta mencari pembimbing profesional, namun biaya yang ditawarkan Rp400 ribu per jam dengan paket minimal 40 jam, terlalu berat.

“Kami tidak sanggup. Akhirnya saya putuskan membimbing Thanaya sendiri,” ujarnya.

Di balik proses panjang itu, Thanaya tetap menunjukkan sikap yang ringan dan dewasa untuk usianya. Ia mengaku tidak merasa terbebani selama proses bimbingan.

“Kalau ada waktu luang saya belajar. Kalau waktunya main, saya main juga. Pandai bagi waktu saja,” ucapnya polos.

Dalam gelaran OMI tingkat nasional, Thanaya bersaing dengan puluhan peserta dari berbagai provinsi. Ia bukan peserta paling percaya diri atau paling lantang, tetapi ketekunan membawanya melampaui batas yang sebelumnya dianggap mustahil bagi madrasah kecil di Batam.

Prestasi tingkat nasional itu, bukan sekadar raihan medali perak. Ia menjadi bukti bahwa disiplin, dukungan keluarga, dan ketulusan guru dapat membuka jalan bagi generasi muda untuk bersinar.(*)


[Ikuti TransKepri.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar