Cara Bugatti Berkompromi dengan Konsumen
TRANSKEPRI.COM. BUGATTI membuat sebuah mobil yang tidak terlalu fokus pada kecepatan tinggi. Bugatti Chiron Pur Sport adalah bukti kecepatan bukan segalanya. Tidak semua orang superkaya lihai mengendarai mobil. Tidak semua orang superkaya tergelitik adrenalinnya karena menginjak pedal gas mobil super dalam-dalam. Sebagian dari mereka justru lebih senang meluncur santai di setiap sudut jalan dan membiarkan semua orang menikmati keindahan setiap lekuk mobil yang mereka miliki.
“Kami mendengar apa yang sebagian konsumen kami inginkan. Mereka tidak selalu ingin mencari kecepatan tertinggi. Mereka butuh mobil yang bisa dikendalikan dengan baik dan bisa dibawa jalan-jalan jauh di jalan-jalan luar kota,” ucap Stephan Winkelmann, Presiden dan CEO Bugatti.
Bugatti memang tidak bisa mengesampingkan keinginan itu meski filosofi mereka sejak pertama kali berdiri adalah menghasilkan mobil-mobil bertenaga paling besar di dunia. Karena filosofi tidak bisa dikhianati, maka Bugatti mencoba mencari celah.
Bugatti Chiron Pur Sport memang masih menggendong mesin yang sama dengan Bugatti Chiron yang pernah diluncurkan Bugatti empat tahun lalu, yakni mesin W16 quad turbo dengan kapasitas silinder 8.000 cc. Mesin itu mampu menggelontorkan tenaga 1.500 daya kuda dan torsi maksimal 1.600 Nm.
Tenaganya yang besar makin intimidatif dengan bobot mobil yang juga fantastis. Bayangkan sebuah Bugatti Chiron standar memiliki berat 2 ton. Tentu bukan perkara mudah membawa mobil ini berbelok di sebuah tikungan normal atau berjalan santai membelah jalanan Ibu Kota.
Tidak heran jika Bugatti menjadikan masalah bobot ini sebagai fokus utama dalam membuat mobil yang bisa lebih mudah dikendalikan oleh siapa saja. Setiap bagian mobil ini pun dipangkas satu demi satu. Contohnya bagian interior seperti dasbor dan wood trim yang kini dominan menggunakan material kulit Alcantara. Hal ini menanggalkan elemen metal yang ada di Bugatti Chiron standar.
Palang kemudi metal juga tidak digunakan lagi di varian ini. Alih-alih palang kemudi itu terbungkus dengan kulit Alcantara. Bugatti mengklaim penggunaan material kulit Alcantara tidak menghilangkan esensi kemewahan Bugatti Chiron. Bahkan, elemen ini menawarkan sesuatu yang tidak diberikan oleh elemen metal yakni grip bagian tubuh yang lebih baik.
Elemen Alcantara yang berwarna gelap memang membuat mobil ini tidak kelihatan supermewah. Hanya saja pemilihan warna gelap itu justru berhasil mengangkat aura sporty yang sebelumnya tidak begitu terlihat.
Bugatti Chiron Pur Sport tidak hanya berdiet di sektor interior. Pemangkasan bobot juga dilakukan di sektor eksterior, yakni pada ban dan knalpot. Velg ban dari magnesium berhasil mengurangi bobot sebanyak 16 kilogram dari velg ban yang ada di Bugatti Chiron standar. Baut mobil bahkan didesain dengan teknologi khusus agar bisa melepaskan udara yang terperangkap di area ban hingga tidak membebani mobil.
Untuk mendapatkan aerodinamika yang baik, Bugatti Chiron Pur Sport memiliki elemen yang tidak dimiliki Bugatti Chiron lainnya, yakni diffuser berukuran besar dan sayap belakang. Bagian sayap belakang berukuran 1,9 meter itu sangat menarik karena menghadirkan nuansa huruf X. Bagian ini berpadu cantik dengan diffuser berukuran masif.
“Bagian belakang mobil akan menghasilkan downforce yang besar, sedangkan bagian depan menyerap udara dengan optimal. Di mobil ini, kami memang fokus pada kelincahan mobil ketimbang kekuatan,” ujar Frank Heyl, Bugatti Head of Exterior Design and Deputy Head Designer.
Bugatti juga memasang suspensi dan transmisi baru di mobil itu. Suspensi yang baru dibuat lebih kaku 65% di depan dan 35% lebih kaku di bagian belakang ketimbang Bugatti Chiron versi sebelumnya. Perubahan ini membuat Bugatti Chiron Pur Sport lebih “nurut ketika diajak berdansa”.
Untuk tetap menjaga kenyamanan, Bugatti menginjeksi teknologi adaptive damping control. Jadi, saat mobil bergerak kencang, komputer akan mengalibrasi mobil agar tetap menjaga kenyamanan.
Terakhir Bugatti menyematkan transmisi baru yang rasio gir dibuat lebih rapat. Tujuannya, tentu agar performa maksimal mobil ini tetap terjaga. Alih-alih ketika pengemudi merasa bosan berjalan pelan, maka mereka tetap bisa mengoptimalkan performa mobil ini hingga 350 kilometer per jam. Inilah sebuah kompromi yang dapat dengan cerdas diakomodasi oleh Bugatti. (ssb)
Tulis Komentar