Waspada, Korut dan Korsel di Ambang Perang

Rudal Balistik Korut

TRANSKEPRI.COM.JAKARTA- Semenanjung Korea tengah panas usai Korea Utara dan Korea Selatan saling mengerahkan ratusan jet tempur di saat ketegangan kedua negara terus meningkat.

Korea Utara mengirim 180 jet tempur ke dekat Korea Selatan. Ratusan pesawat perang itu mondar-mandir di 20 kilometer dari Garis Demarkasi Militer (DMK) di sebelah utara.

Tak mau kalah, Korea Selatan membalas dengan mengirim 80 jet tempur ke dekat Korea Utara. Angkatan Udara Korsel mengatakan dari total jet tempur yang mereka kerahkan salah satunya jenis F-35 A buatan Amerika Serikat.

Provokasi Korut muncul usai 240 jet tempur terbang dalam latihan militer bersama antara AS-Korsel yang disebut perang udara Badai Siaga.

Menanggapi latihan udara itu, mulanya Korut mengerahkan 10 jet tempur. Pesawat tersebut kemudian melakukan manuver dan membuat Kosel menerbangkan jet mereka.

Di hari sebelumnya, Korut meluncurkan 80 artileri zona penyangga militer antar Korea pada Kamis malam waktu setempat.

Kepala Staf Gabungan Militer Seoul mengatakan rentetan artileri itu tak bisa diterima.

"[Itu] jelas pelanggaran [terhadap perjanjian 2018]," kata dia pada Jumat, seperti dikutip AFP.

Perjanjian 2018 merupakan kesepakatan yang berisi penetapan zona penyangga sebagai upaya mengurangi ketegangan antar Korea.

Tembakan artileri di malam hari itu muncul usai Amerika Serikat dan Washington sepakat memperpanjang latihan militer gabungan di semenanjung Korea.

Di Kamis siang, Korut menembakkan sejumlah rudal. Salah satu jenis peluru kendali yang diluncurkan adalah rudal balistik antar benua (ICBM) yang terbang hingga 760 kilometer dan mencapai puncak ketinggian sekitar 1.920 km.

Selama Rabu dan Kamis, Pyongyang tercatat meluncurkan 30 rudal. Salah satu rudal itu mendarat di dekat perairan teritorial Korea Selatan. Rudal yang lain juga sempat bikin Jepang kalang kabut.

Para ahli dan pejabat mengatakan Pyongyang meningkatkan uji coba rudal sebagai protes atas latihan militer bersama AS-Korsel.

Korut kerap menganggap latihan bersama itu sebagai upaya untuk menginvasi negaranya.

"Latihan militer yang agresif dan provokatif yang menargetkan [Korea Utara]," demikian menurut Pyongyang.

Korut juga mengancam bahwa Washington dan Seoul akan membayar harga paling mengerikan dalam sejarah jika latihan terus berlanjut. **


[Ikuti TransKepri.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar