Ukraina Minta Bertemu Pemimpin Rusia untuk Bahas Krisis
TRANSKEPRI.COM, JAKARTA - Ukraina menyerukan pertemuan dengan Rusia membahas ketegangan yang semakin memanas di perbatasannya.
Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba menyampaikan Rusia telah menolak permintaan resmi untuk menjelaskan terkait penempatan pasukannya di perbatasan.
Kuleba mengatakan "langkah selanjutnya" yaitu meminta pertemuan dalam waktu 48 jam untuk meminta kejelasan terkait rencana Rusia.
Rusia membantah berencana menyerang Ukraina walaupun telah menempatkan 130.000 pasukannya di perbatasan Ukraina. Tapi beberapa negara Barat telah memperingatkan potensi serangan Rusia, di mana AS mengatakan Moskow bisa mulai melakukan serangan udara kapan saja.
Belasan negara mendesak warga negaranya untuk meninggalkan Ukraina, dan beberapa negara menarik para staf kedutaannya dari ibu kota Kyiv. CBS News melaporkan, AS sedang bersiap menarik seluruh personelnya dari Kyiv dalam waktu 24 jam, mengutip tiga sumber.
Kuleba mengatakan Ukraina meminta jawaban dari Rusia apa tujuan mereka berdasarkan aturan dalam Dokumen Wina, persetujuan tentang masalah keamanan yang diadopsi anggota Organisasi Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE), termasuk Rusia.
"Jika Rusia serius ketika membahas soal ketidakterpisahan keamanan di wilayah OSCE, ia harus memenuhi komitmennya terhadap transparansi militer untuk mengurangi ketegangan dan meningkatkan keamanan untuk semua," jelasnya, dikutip dari BBC, Senin (14/2).
Namun bertolak belakang dengan Kuleba, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengatakan dia tidak melihat bukti Rusia berencana melakukan serangan dalam beberapa hari ke depan.
Salah satu permintaan utama Rusia kepada negara Barat adalah menolak Ukraina menjadi anggota NATO. Duta besar Ukraina untuk Inggris, Vadym Prystaiko mengatakan kepada BBC, negaranya kemungkinan akan menyingkirkan ambisinya untuk bergabung dengan NATO untuk mencegah perang, mengatakan Ukraina bisa "fleksibel".
(mrdk)
Tulis Komentar