Sosok Raja Salman Arab Saudi: Hafal Alquran Usia 12 Tahun, Tinggalkan Obama demi Salat Ashar
TRANSKEPRI.COM, RIYADH - Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud adalah pemimpin Kerajaan Arab Saudi saat ini. Dia tercatat sebagai raja yang sudah hafal seluruh Alquran saat berusia 12 tahun.
Raja Salman dinobatkan sebagai raja ketujuh Arab Saudi pada 23 Januari 2015 setelah wafatnya Raja Abdullah bin Abdulaziz. Almarhum Raja Abdullah adalah kakak Raja Salman.
Raja Arab Saudi ini pernah berkunjung ke Indonesia pada Maret 2017 silam. Kunjungannya saat itu menjadi pusat perhatian publik di negara ini karena fasilitas mewah yang menyertainya.
Mengutip laporan pers lokal yang dikutip CNN, Raja Salman lahir di Riyadh pada 5/10/1354 H bertepatan dengan 31 Desember 1935. Dia menerima pendidikan awal di Prince's School [Sekolah Pangeran] dan merayakan selesainya menghafal seluruh Alquran pada hari Minggu, 12/8/1364 H.
Penghafal Alquran dipandang dengan kehormatan dan penghargaan tertinggi dalam masyarakat Muslim.
Setelah menyelesaikan hafalan Alquran, Raja Salman belajar agama dan ilmu pengetahuan modern di lembaga yang sama yang didirikan oleh ayahnya; Raja Abdulaziz al-Saud, pada tahun 1356 untuk memberikan pendidikan bagi anak-anaknya.
Sebagai presiden "Prince Salman Prize for Memorizing Quran" untuk anak laki-laki dan perempuan di Arab Saudi, dia mendorong sesama warga untuk belajar dan menghafal Alquran.
Sebagai penganut setia ajaran Alquran, Raja Salman pernah mengatakan dalam salah satu pidatonya: "Alquran adalah salah satu karunia besar yang dianugerahkan oleh Allah SWT kepada umat Islam, dan ketika kita mematuhi ajaran Alquran kita akan tetap dihormati dan kuat, dan jika kita gagal melakukannya maka kita akan dipermalukan dan terpecah belah.”
Segera setelah naik takhta menjadi Raja Arab Saudi, dia mengejutkan orang-orang Arab Saudi ketika dia mengelilingi Kakbah tanpa keamanan, memungkinkan mereka yang hadir untuk menemuinya tanpa batasan. Itu merupakan yang pertama kalinya Raja Arab Saudi mengelilingi Kakbah tanpa pengawal atau bodyguard.
Ketika Presiden AS—saat itu Barack Obama—mengunjungi Riyadh untuk menyampaikan belasungkawa setelah kematian Raja Abdullah, dia memastikan bahwa pertemuan dengan orang paling berkuasa di dunia itu tidak menghentikannya untuk salat. Saat dia duduk bersama Obama dan mendengar azan Ashar, dia meninggalkan Obama sendirian untuk salat.
Raja Salman juga memiliki minat yang besar dalam pekerjaan budaya dan kemanusiaan dan sejak 1376 H atau tahun 1956, dia telah memimpin sejumlah asosiasi, organisasi, dan komite utama pekerjaan amal di dalam kerajaan dan di luar negeri, dan mensponsori dan mendukung banyak proyek budaya.
Raja Salman adalah pendukung kuat filantropi di negara-negara Muslim miskin seperti Somalia, Sudan, Bangladesh, Afghanistan, dan Bosnia-Herzegovina.
Dia dianggap sebagai sosok yang cerdas dan pekerja keras serta menjadi mediator yang terpercaya dalam menyelesaikan konflik. Sebelum jadi raja, dia merupakan Gubernur Provinsi Riyadh dan pemerintahannya di Provinsi Riyadh saat itu bebas korupsi.
Dia menjalin hubungan yang kuat dengan para pemimpin suku, ulama Islam, intelektual dan media.
Atas jasa kemanusiaannya, dia telah dianugerahi banyak medali dan penghargaan, termasuk penghargaan dari Indonesia, Bahrain, Bosnia dan Herzegovina, Prancis, Maroko, Palestina, Filipina, Senegal, Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yaman, dan Medali Raja Abdulaziz.
Salman bin Abdulaziz telah menikah tiga kali. Dia memiliki 13 anak.
Istri pertamanya adalah Sultana binti Turki al-Sudairi yang merupakan sepupu—putri paman dari pihak ibu—, Turki bin Ahmad al-Sudairi. Mereka menikah pada tahun 1954.
Sultana mendukung Masyarakat Amal Pangeran Fahd bin Salman untuk Perawatan Pasien Ginjal dan organisasi amal lainnya di negara itu. Anak-anak mereka dari pernikahan ini adalah Pangeran Fahd, Pangeran Sultan, Pangeran Ahmed, Pangeran Abdulaziz, Pangeran Faisal dan Putri Hassa.
Salman bin Abdulaziz berusia 19 tahun ketika anak pertamanya, Fahd, lahir.
Putra tertuanya, Fahd bin Salman, meninggal karena gagal jantung pada usia 47 tahun pada Juli 2001. Putra ketiganya, Ahmad bin Salman, meninggal setelah serangan jantung pada Juli 2002 dalam usia 43 tahun.
Sultan bin Salman menjadi orang pertama dari darah bangsawan, orang Arab pertama, dan Muslim pertama yang terbang ke luar angkasa ketika ia terbang dengan pesawat Space Shuttle Discovery (STS-51-G) pada Juni 1985. Sultan bin Salman tercatat sebagai Muslim pertama yang membaca Alquran di luar angkasa.
Raja Salman menikah untuk kedua kalinya dengan Sarah binti Faisal al-Subai'ai. Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai seorang putra bernama Pangeran Saud.
Raja tersebut juga menikah untuk yang ketiga kalinya dengan Fahda binti Falah Al Hithlain. Mereka dikaruniai enam putra. yakni Pangeran Mohammed, Pangeran Turki, Pangeran Khalid, Pangeran Nayef, Pangeran Bandar, dan Pangeran Rakan.
Pangeran Mohammed adalah penasihat pribadi raja di Kementerian Pertahanan dan di Crown Prince Court. Dia diangkat sebagai menteri pertahanan dan kepala istana kerajaan setelah ayahnya naik takhta pada Januari 2015.
Pangeran Mohammed inilah yang sekarang menjadi Putra Mahkota Arab Saudi, menggantikan sepupunya, Pangeran Mohamad bin Nayef, yang oleh sejumlah media digambarkan sebagai kudeta istana. Pangeran Mohammed bin Salman yang tenar dengan sebutan Pangeran MBS dipandang sebagai penguasa de facto kerajaan tersebut.
Pada Agustus 2010, Raja Salman menjalani operasi tulang belakang di Amerika Serikat dan tetap berada di luar kerajaan untuk pemulihan. Dia telah mengalami satu kali stroke dan meskipun menerima fisioterapi, lengan kirinya tidak berfungsi sebaik tangan kanannya. Raja Salman juga menderita demensia ringan, khususnya Alzheimer.
Pejabat intelijen AS percaya bahwa Raja Salman telah dipisahkan dari istrinya; Putri Fahda binti Falah Al Hithlain selama beberapa tahun, atas perintah putra mereka Pangeran Mohammed bin Salman. Pejabat yang diwawancarai itu mengatakan Pangeran MBS menempatkan ibunya di bawah tahanan rumah tanpa sepengetahuan raja. Putri Fahda tidak terlibat dalam acara publik apa pun antara tahun 2015 dan awal 2020, tetapi dia muncul kembali di acara tersebut mulai Maret 2020.
Raja Salman menerima Lifetime Achievement Award dari Al-Turath Charity Foundation di bidang warisan kota pada tahun 2013. Pada tahun 2017, Salman menjanjikan USD15 juta untuk pengungsi Muslim Rohingya di Bangladesh.
Pada Juli 2020, Raja Salman berhasil menjalani operasi kandung empedu.
(net)
Tulis Komentar