Obat Termahal di Dunia, Ada yang Rp30 Miliar Sekali Suntik!

Obat yang mengandung bahan aktif onasemnogene abetiparvovec-xioi ini dihargai mencapai Rp30,3 miliar sekali terapi dilakukan. / Foto: ilustrasi/ist

TRANSKEPRI.COM, JAKARTA - Obat termahal di dunia biasanya ditentukan oleh penelitian pembuatannya. Bukan hanya soal berapa lama obat dirancang hingga diproduksi, tetapi juga berapa banyak orang yang terlibat dalam penelitian pembuatannya.

"Ketika jumlah pasien yang merasakan efek sampingnya diukur dalam ribuan, atau bahkan ratusan, beban ekonomi penelitian tersebut mencerminkan harga pengobatannya. Ini yang membuat ada obat yang sangat mahal harganya," terang laporan Pharma Offer, dikutip Sabtu (2/10/2021).

Semakin rendah efek samping yang terjadi, itu bukan hanya menentukan kualitas suatu obat, tetapi juga menentukan harga dari obat itu sendiri. Jadi, banyak faktor yang menentukan kenapa obat-obatan harganya bervariasi dan ada yang selangit.
Nah, di sini kami akan coba memberitahu 10 daftar obat termahal di dunia lengkap dengan harganya. Berikut ulasan selengkapnya:

1. Zolgensma

Obat yang mengandung bahan aktif onasemnogene abetiparvovec-xioi ini dihargai USD2.125.000 atau setara dengan Rp30,3 miliar sekali terapi dilakukan. Zolgensma adalah obat termahal yang pernah ada di dunia.

Obat ini dalam bentuk suspensi untuk infus intravena dan menargetkan anak-anak di bawah 2 tahun dengan masalah spinal muscular atrophy (SMA), bahkan untuk pasien yang belum menunjukkan gejala.

Zolgensma diberikan hanya 1 kali dalam sekali terapi. Obat yang diproduksi di Novartis, Swiss, tersebut diprediksi akan menjadi standar obat untuk SMA di masa depan.

2. Glybera
Obat ini mengandung alipogene tiparvovec yang dipercaya efektif untuk terapi gen yang dirancang untuk mengobati kelainan mematikan langka yang dikenal sebagai defisiensi lipoprotein lipase.

Pasien yang mendapat obat ini mendapatkan perawatan yang terdiri dari 60 suntikan intramuskular sekali suntik. Efek terapeutik diharapkan bertahan selama 10 tahun lamanya.

Hanya ada 31 pasien di seluruh dunia yang menerima perawatan ini dan beberapa negara menghapus obat tersebut karena dianggap gagal secara komersial. Tidak diketahui pasti berapa harga sekali terapi, namun obat ini dikenal sebagai 'million-dollar drug'.

3. Luxturna

Obat ini dipakai untuk orang dewasa dan anak-anak dengan masalah distrofi retina tertentu (mutasi pada gen RPE65). Obat dengan kandungan Voretigene neparvovec tersebut diberikan dengan cara disuntikan ke intraokular setelah beberapa hari persiapan dilakukan.

Pemberian obat hanya bisa di rumah sakit yang sangat terkendali oleh ahli bedah mata yang berpengalaman. Sekali suntikan dari obat produksi Novartis, Swiss ini Anda mesti mengeluarkan duit sebanyak USD850.000 atau sekitar Rp12,1 miliar.

4. Ravicti

Obat ini digunakan untuk mengobati pasien dengan gangguan siklus urea (UCD). Pasien tidak hanya harus tahu persis berapa dosis yang dipakai dan mesti menjalani diet ketat selama terapi dilakukan.
Ravicti yang mengandung zat aktif Gliserol Fenil Butirat itu hadir di pasar berupa obat oral dalam botol 25mL dengan harga per botol USD5.016 atau sekitar Rp71,5 juta.

Luas tubuh dan usia pasien sangat memengaruhi dosis penggunaan obat. Jika diakumulasi per tahun, pengeluaran untuk obat ini bisa mencapai USD794.000 atau sekitar Rp11,3 miliar. Produsen obat ini berbasis di Jerman Horizon Pharma GmbH.

5. Carbaglu

Carbaglu digunakan untuk pengobatan pasien dengan peningkatan kadar amonia dalam darah. Masalah ini menyebabkan gangguan langka, sehingga jumlah pasien yang diindikasi perawatan jenis ini sangat kecil. Dosis yang diberikan berkisar 100mg hingga 250mg per kilogram massa tubuh, diberikan setiap hari.

Harga untuk obat yang mengandung Asam Karglumat ini per 5 tablet, yang masing-masing mengandung 200mg zat aktif, adalah sekitar USD1.040 USD atau setara dengan Rp14,8 juta. Pemberian obat tergantung keparahan pasien.

Biaya tahunan penggunaan obat ini mencapai USD790.000 atau berkisar Rp11,3 jutaan. Pabrikan obat ini adalah Recordati, yang berlokasi di Italia.

6. Soliris

Obat yang diproduksi di Alexion Pharmaceuticals Inc. Amerika Serikat ini adalah obat yang digunakan untuk pengobatan sekelompok penyakit langka yang memengaruhi sel darah merah. Obat ini dikemas dalam botol yang disuntikkan ke infus intravena.

Dosis pemberian dipengaruhi oleh tahap pengobatan si pasien, pengobatan awal atau 'maintenance', atau juga berat tubuh pasien, sehingga dapat diberikan kapan saja, bisa sekali seminggu atau sekali per tiga minggu. Harga per botol obat ini adalah USD6.830 atau setara dengan Rp97,4 juta, dengan total biaya per tahun mencapai USD700.000 atau nyaris Rp10 miliar.

7. Brineura
Obat dengan zat aktif Cerliponase alfa ini digunakan untuk mengobati penyakit CLN2 (neuronal ceroid lipofuscinosis tipe 2) atau kelainan langka yang menyebabkan kerusakan otak progresif. Obat ini diberikan setiap dua minggu melalui alat khusus yang mengalir dari bagian luar tengkorak ke daerah di dalam otak. Pemberian obat terus diberikan selama hasil observasi menunjukan nilai positif.

Untuk biaya, pengobatan ini per tahunnya mengeluarkan dana mencapai USD700.000 atau nyaris Rp10 miliar. Obat ini diproduksi oleh perusahaan farmasi yang berbasis di Amerika Serikat, yaitu BioMarin Pharmaceutical Inc.

8. Elaprase

Obat yang diproduksi di perusahaan bernama Shire di Irlandia ini digunakan untuk pengobatan penyakit bawaan yang langka, yang hanya menyerang laki-laki dengan sindrom bernama Hunter. Kondisi tersebut membuat pasien tidak mampu memecah produksi sampingan metabolisme tertentu, sehingga mereka menumpuk di seluruh tubuh yang menyebabkan kesulitan berjalan dan bernapas.

Tanpa pengobatan, pasien akan mengalami gejala yang semakin parah dari waktu ke waktu. Dosis pemberian obat tergantung pada berat badan pasien (0,5mg/kg) dan obat diberikan setiap minggu melalui infus intravena lambat. Harga per vial (6mg) adalah USD4.215 dengan biaya tahunan untuk anak dengan berat 35kg mencapai USD657.000 atau sekitar Rp9,4 miliar.

9. Lumizyme

Obat dengan zat aktif berupa Al Glucosidase tersebut digunakan untuk pengobatan penyakit Pompe (kondisi jarang dan kelainan bawaan). Penyakit ini ditandai dengan penumpukan glikogen di seluruh tubuh yang pada akhirnya menyebabkan gangguan fungsi organ yang terkena (terutama otot dan hati).

Penyakit ini memengaruhi 1 dari 40.000 orang di Amerika Serikat. Obat yang diproduksi di Sanofi Genzyme, Amerika Serikat, itu diberikan dengan cara infus intravena dengan dosis 20mg per kilogram massa tubuh, setiap dua minggu sekali.

Obat datang dengan harga per botol 50mg dengan harga USD870 atau sekitar Rp12,4 jutaan. Biaya per tahun untuk penggunaan obat ini minimal USD520.000 atau setara dengan Rp7,4 miliar.

10. Spinraza
Obat ini diperuntukan bagi pasien dengan masalah kesehatan yang dikenal dengan sebutan Spinal Muscular Atrophy (SMA). Penyakit ini terjadi karena mutasi pada kromosom kelima (5q) yang ditandai dengan atrofi otot progresif yang biasanya dimulai sejak lahir.

Obat dengan zat aktif berupa Nusinersen tersebut datang ke pasar dalam botol 12mg sebagai solusi untuk injeksi. Obat disuntikkan langsung ke tulang belakang dengan dosis pertama diberikan setelah diagnosis keluar, diikuti satu botol pada 2, 4, dan 9 minggu setelah dosis pertama diberikan.
Setelah itu pemberian obat hanya untuk pemeliharaan kondisi saja, diberikan setiap 4 bulan selama pasien mendapat manfaat dari obat ini. Biaya pengobatan per tahunnya mencapai USD750.000 atau sekitar Rp10,7 miliar pada tahun pertama, namun untuk pemeliharaan hanya Rp5,3 miliar. Produsen obat ini adalah Biogen yang berbasis di Amerika Serikat.

(net)


[Ikuti TransKepri.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar