Hati-Hati! Mengejan saat BAB Bisa Akibatkan Pendarahan Otak

Ada beberapa faktor yang tidak disadari orang yang mengakibatkan pendarahan otak, salah satunya mengejan saat BAB. Foto Ilustrasi/Verywell Family

TRANSKEPRI.COM, JAKARTA - Ada beberapa faktor yang tidak disadari orang yang mengakibatkan pendarahan otak seperti yang dialami Tukul Arwana . Salah satunya mengejan saat buang air besar (BAB).

Tukul Arwana terus membaik kondisinya setelah mengalami pendarahan otak secara tiba-tiba. Pusing parah menjadi gejala yang sempat diamati orang terdekatnya.
Kini, komedian yang juga seorang pembawa acara itu masih dirawat intensif di rumah sakit. Menurut informasi yang diberikan manajer, komunikasi dengan Tukul sudah bisa, meski ia belum mampu bersuara. Komunikasi dilakukan hanya lewat gerakan tangan.
Berkaca dari apa yang dialami Tukul, masyarakat mesti memahami betul bagaimana pendarahan otak terjadi. Sebab, jika hal itu muncul akan sangat berbahaya bagi keselamatan nyawa maupun efek jangka panjang bila dapat tertolong.

Ada beberapa faktor yang tidak disadari orang yang mengakibatkan pendarahan otak, salah satunya mengejan saat buang air besar (BAB). Ya, refleks tersebut ternyata bisa berbahaya dan sebabkan pendarahan otak.

"Mengejan ketika buang air besar, kemudian batuk berulang, atau batuk dengan menahan napas dapat menyebabkan seseorang tidak sadarkan diri secara tiba-tiba," terang Dokter Spesialis Bedah Saraf Primaya Hospital Pasar Kemis dr Subrady Leo Soetjipto Soepodo, Sp.BS, belum lama ini.
Mengapa refleks yang mungkin dianggap biasa saja itu dapat menyebabkan pendarahan otak?

Menurut paparan dr Subrady, itu karena valsava manuver atau mengejan dapat menjadi pencetus peningkatan tekanan intra kranial. Peningkatan tekanan intra kranial ini bisa menyebabkan pembuluh darah pecah pada penderita darah tinggi yang akhirnya terjadi perdarahan otak.
"Secara tidak sadar, valsava manuver atau mengejan juga biasa terjadi saat seseorang batuk atau menahan napas," kata dia.
Kapan pendarahan otak terjadi? Berapa lama prosesnya hingga terjadi?

Dokter Subrady menerangkan, pendarahan otak prosesnya bervariasi. Ada yang hitungan hari, bulan, atau tahun. Itu sangat dipengaruhi dari individunya sendiri, apakah gejala-gejala yang dirasakan dianggap keluhan atau tidak.

"Semakin cepat seseorang mengenali gejala, maka semakin mudah meminimalisir pendarahan pada otak," terangnya.
Jika seseorang sudah mengalami pendarahan pada otak, sambung dr Subrady, maka orang tersebut dapat mengalami beberapa kondisi kesehatan serius seperti hilang kesadaran, terjatuh tiba-tiba, atau tidak terbangun dari tidurnya.

Deteksi dini menjadi kunci di sini. Setiap orang dapat melakukan screening awal potensi penyumbatan ataupun pecahnya pembuluh darah, dan cara yang paling mudah yaitu mengecek tekanan darah melalui alat pengukur tekanan darah sesaat setelah bangun tidur serta sebelum melakukan aktivitas.

"Bangun tidur sebelum beraktivitas adalah waktu yang paling tepat untuk menunjukkan tekanan darah dibandingkan setelah beraktivitas," ujar dr. Subrady. (net)


[Ikuti TransKepri.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar