Bermodal Elektoral, Majunya Gibran dan Bobby Bisa Ganggu Jenjang Kaderisasi Partai

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno. Foto/Dok/SINDOnews

TRANSKEPRI.COM. JAKARTA - Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menganggap, dalam sistem demokrasi langsung siapa pun berhak mengisi jabatan politik tertentu, termasuk putra Sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka dan menantunya, Bobby Nasution serta kakak perempuan Bobby, Inge Amelia Nasution.

Diketahui, Gibran menyatakan diri siap maju sebagai bakal calon Wali Kota Solo, lalu Bobby di Pilwalkot Medan. Adapun Inge untuk Pilwalbup Simalungun. Ketiga anggota keluarga Jokowi itu masing-masing sudah mendaftar diri melalui PDI Perjuangan.

Adi menilai, majunya anggota keluarga Presiden berpotensi menciptakan kompetensi yang tak seimbang. Menurut Adi, setidaknya untuk Gibran dan Bobby sudah memiliki bekal elektoral yang memadahi karena memiliki Jokowi Effect. Sedangkan bakal calon lain harus memulai dari nol.

"Tanpa maju pilkada pun, anak mantu presiden pasti banyak yang menawarkan diri membantu tanpa diminta. Apalagi niat nyalon pilkada otomaticly pasti banjir dukungan," ujar Adi saat dihubungi Sindonews, Senin (16/12/2019).

Namun begitu, Adi menganggap ada persoalan terhadap penerimaan partai politik. Meski sah secara demokrasi, parpol mestinya melihat jenjang kaderisasi kandidat yang akan diusung.

"Gibran-Bobby baru jadi kader partai sementara kader senior banyak yang antri. Jelas akan mengganggu kaderisasi," ujarnya.

Untuk itu, Adi menyarankan agar ke depan harus diatur secara jelas soal politik dinasti supaya tak ada kecemburuan politik. Sebab ia menganggap, munculnya dinasti politik tentu akan merusak kualitas kompetisi. Di saat yang lain, cita-cita reformasi untuk melawan politik dinasti bukan perkara mudah. Terlebih dinasti yang sedang berkuasa.

Analisi Politik asal UIN Jakarta ini menganggap, khusus untuk di Solo, tentu dilema bagi PDI Perjuangan soal majunya Gibran. Di satu sisi proses pemilihan bakal Cawalkot Solo sudah selesai di DPC partai. Namun di saat bersamaan jika restu PDIP tak jatuh ke Gibran, sangat terbuka Gibran diusung partai lain.

"Karena peminatnya ngantri, modal politik sebagai anak presiden menjadi magnet elektoral utama yang membuat banyak parpol silau," pungkasnya.(ssd)


[Ikuti TransKepri.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar