Tren Ancaman Keamanan Siber di Ekosistem E-Commerce
TRANSKEPRI.COM. JAKARTA - Badan Siber dan Sandi Negara menyebut ada tren ancaman ekosistem keamana siber e-commerce di Indonesia.
Kasubdit Identifikasi Kerentanan dan Penilaian Risiko Perdagangan Berbasis Elektronik BSSN Intan Rahayu menyebut ancaman global yang mungkin saja menyerang adalah Ransomware Evolution.
Meski serangan itu tidak begitu sering terjadi, tapi sekali kena akan memiliki dampak yang besar.
"Apalagi ketika data yang kelola semua terenskripsi oleh Ransomware lalu dimintakan blackmail angka untuk bisa membuka file-file kita," paparnya di Jakarta, Selasa (10/12/2019).
Kedua, ada IoT Threats. IoT sendiri adalah ketika kita memiliki perangkat yang terhubung langsung dengan internet. Tapi, penggunaan teknologi ini rupanya menimbulkan resiko yakni penggunaan password yang tidak pernah diganti.
"Seperti di tempat kesehatan, banyak sekali yang menggunakan IoT. Nah mereka mungkin memanfaatkan itu sebagai media kesehatan saja, bukan sebagai suatu aset informasi" tutur Intan.
Selanjutnya adalah Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI). AI didesain untuk mengetahui aktivitas kita sehari-hari yang ke depannya dibuat menjadi sistem.
"Ancamannya AI ketika sistem itu menjadi sangat kompleks kita gak bisa mengendalikan sistem itu, oleh karena itu semua perubahan-peruabahan dr sistem harus tercatat," katanya.
Kemudian yang menjadi ancaman keamanan adalah serverless applications vurnerability yang salah satu contohnya Cloud atau komputasi awan.
Ketika menyimpan data yang tidak menggunakan server milik sendiri, berarti ada pihak lain yang memproses data-data milik e-commerce ini. "Nah, ini juga harus kita perhatikan kerawanan dan mengamankannya," imbuhnya.
Terakhir, ada revolusi Blockchain dan data bridge atau kebocoran data. Jika dilihat dari satatistiknya blockchain trennya semakin tinggi dan tren yang paling banyak menggunakan protokol atau metode ini adalah bitcoin. (ssb/sindonews)
Tulis Komentar