Ormas di Tengah Gejolak Dunia: Gersuma dan Peran Strategis Organisasi Beratribut Militer
Ahad, 04 Mei 2025 - 14:05:46 WIB
Sekretaris Gersuma Kepri, Rinaldi Samjaya (dua dari kiri), bersama Ketua Gersuma Kepri, Syamsul Paloh dan Ketum Gersuma Laksamana Muda (Purn) TNI Dr. H. Nazali Lempo, S.H., M.H saat deklarasi ormas Gersuma beberapa waktu lalu di Jakarta. (ist)
Oleh: Rinaldi Samjaya Sekretaris Gersuma Kepri
SAAT ini, dunia sedang tidak baik-baik saja. Ancaman perang terbuka di berbagai belahan bumi, mulai dari Eropa Timur hingga Timur Tengah, belum juga mereda. Krisis ekonomi global menambah beban masyarakat, diperparah oleh kerusakan lingkungan dan meningkatnya ketegangan antar negara adidaya. Banyak analis bahkan mulai membuka wacana tentang kemungkinan Perang Dunia ke-3. Tak terkecuali Presiden RI Prabowo Subianto sempat melontarkan kemungkinan tersebut.
Dalam situasi genting seperti ini, negara-negara tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan militer formal. Ketahanan nasional tidak cukup dibangun dari atas ke bawah, ia juga harus dibangun dari bawah ke atas. Dan di sinilah peran organisasi kemasyarakatan (Ormas) menjadi sangat penting.
Ormas bukan sekadar komunitas biasa. Ia adalah simpul kekuatan rakyat yang mampu menyuarakan, menjaga, dan memperjuangkan kepentingan sosial, ekonomi, hingga ideologis bangsa. Di Indonesia, peran ini semakin menonjol, terutama di masa-masa krisis seperti pandemi, bencana alam, dan ketegangan sosial.
Ormas yang memiliki jaringan akar rumput luas seringkali menjadi garda terdepan dalam membantu masyarakat. Mereka cepat bergerak saat bantuan belum datang. Mereka menjaga keamanan lingkungan ketika aparat belum tiba. Dan mereka menjaga semangat kebangsaan ketika sebagian dari kita mulai lelah mempertahankannya.
Gersuma: Ormas Beratribut Militer yang Perlu Dilihat Lebih Dalam
Salah satu Ormas yang kini menjadi perhatian publik adalah Gerakan Sumatera Maju (Gersuma). Organisasi ini mencolok karena menggunakan atribut militer: seragam loreng dan menggunakan baret bak militer berwarna merah, struktur kepemimpinan yang tertib, serta pembinaan fisik yang mirip latihan bela negara. Tak pelak, sebagian masyarakat menaruh curiga dan bahkan khawatir. Ada yang menyamakan dengan milisi sipil.
Sesungguhnya, kita harus melihat Gersuma tidak hanya dari tampilannya, tetapi dari kontribusi nyata mereka di lapangan. Seperti ditegaskan oleh Ketua Umum Gersuma, Laksamana Muda (Purn) TNI Dr. H. Nazali Lempo, S.H., M.H. Bahwa Gersuma hadir sebagai wadah pembinaan generasi muda, pelatihan disiplin, serta penanaman semangat nasionalisme di tengah arus individualisme yang kian deras. Mereka aktif dalam kegiatan sosial, bakti lingkungan, edukasi kebangsaan, hingga pendampingan warga dalam urusan kemasyarakatan.
Kemudian Gersuma berkomitmen menjadi mitra strategis pemerintah, terutama dalam mengawal program-program nasional yang akan dijalankan pemerintah.
Para pengurus Gersuma diisi oleh para intelektual, akademisi, pengusaha, birokrat, profesional, purnawirawan dan lainnya.
Penggunaan atribut militer dalam konteks Gersuma, itu adalah simbol ketertiban, kesiapsiagaan, dan loyalitas terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Gersuma tidak mempersenjatai diri, tidak menciptakan teror, dan tidak memecah belah masyarakat. Mereka justru menjunjung tinggi Pancasila, UUD 1945, dan menjaga keberagaman bangsa.
Kita tidak bisa terus menerus melihat organisasi masyarakat dari kulit luarnya saja. Ketika Ormas tampil disiplin, tegas, dan siap siaga, bukan berarti mereka berbahaya. Bisa jadi justru merekalah yang menjadi fondasi pertahanan sosial kita ketika situasi genting datang.
Bayangkan bila situasi global benar-benar memasuki masa perang terbuka. Siapa yang akan menjaga kestabilan sosial kita di tingkat desa dan kelurahan? Siapa yang akan mendidik anak muda untuk tetap setia pada bangsa? Siapa yang akan mengisi kekosongan ketika negara sedang menghadapi tekanan multidimensi?
Gersuma dan Ormas-Ormas sejenis, bila dikelola dan dibina dengan baik, bisa menjadi kekuatan pendukung strategis negara. Tentu saja, pengawasan dari negara penting agar tidak terjadi penyimpangan. Pengawasan semestinya dibarengi dengan pemberdayaan.
Indonesia memiliki sejarah panjang dalam memanfaatkan kekuatan rakyat. Konsep “Sishankamrata” (Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta) adalah doktrin resmi negara yang menjadikan rakyat sebagai elemen utama dalam pertahanan nasional.
Dalam semangat itulah, Ormas seperti Gersuma patut dihargai sebagai bagian dari sistem pertahanan sosial. Bukan lawan, melainkan kawan. Bukan ancaman, melainkan potensi. Ketika dunia sedang tidak baik-baik saja, mari jangan kita saling mencurigai. Yang kita perlukan adalah bersatu, saling memperkuat, dan bersama menjaga Indonesia. (*)
Tulis Komentar