Pasca Umumkan Capres Suara PDIP Melejit di Survei

Elektabilitas PDIP terus naik pasca pengumuman capres beberapa waktu lalu. (net)

TRANSKEPRI.COM.JAKARTA- Pengumuman Ganjar Pranowo sebagai calon presiden yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menaikkan suara partai tersebut di kalangan pemilih kritis. Adapun parpol lain tidak mengalami perubahan siginifikan.

"Dukungan pada PDIP di kalangan pemilih kritis pasca keputusan calon presiden cenderung naik," kata Direktur Riset SMRC, Deni Irvani, Rabu (3/5/202).

Kenaikan itu dari 16,1 persen dalam survei 18-19 April 2023 menjadi 19,9 persen dalam survei 25-28 April 2023. Kenaikannya sekitar 3,8 persen. Demikian hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) bertajuk 'Elektabilitas Partai pasca Deklarasi Capres PDIP'.

Deni menyatakan setelah PDIP disusul Gerindra 12,4 persen; Golkar 9,3 persen; Demokrat 6,5 persen; PKS 6.1 persen; PKB 5,5 persen; dan Nasdem 3,6 persen. Sementara partai-partai lain mendapat dukungan di bawah 3 persen.

"Masih ada 30,3 persen yang belum menentukan pilihan," ujarnya.

Sementara dalam kurun waktu yang sama, dukungan kepada partai-partai lain tidak mengalami perubahan berarti (perubahan di bawah 2 persen).

"Ini menunjukkan pencalonan Ganjar sebagai presiden oleh PDIP memiliki dampak elektoral yang positif pada partai tersebut," ucap Deni.

"Keputusan PDIP mencalonkan Ganjar sebagai capres tampaknya berdampak positif terhadap PDIP. Setelah mengalami tren yang menurun, elektabilitas PDIP di kelompok pemilih kritis menguat pasca pencalonan Ganjar," simpul Deni.

Deni melanjutkan bahwa secara umum peta dukungan pada partai dibanding hasil pemilu 2019 terlihat tidak banyak berubah. PDIP masih berada di posisi teratas, disusul Gerindra dan Golkar.

Deni menjelaskan bahwa 'pemilih kritis' adalah pemilih yang punya akses ke sumber-sumber informasi sosial-politik secara lebih baik karena mereka memiliki telepon atau cellphone sehingga bisa mengakses internet untuk mengetahui dan bersikap terhadap berita-berita sosial-politik. Mereka umumnya adalah pemilih kelas menengah bawah ke kelas atas, lebih berpendidikan, dan cenderung tinggal di perkotaan.

"Mereka juga cenderung lebih bisa memengaruhi opini kelompok pemilih di bawahnya. Total pemilih kritis ini secara nasional diperkirakan 80 persen," ungkap Deni.

Metode Survei

Survei nasional pemilih kritis ini dilakukan pada pemilik cellphone sebagai indikator pemilih kritis. Sampel survei ini dipilih melalui metode random digit dialing (RDD). RDD adalah teknik memilih sampel melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak. Dengan teknik RDD, sampel sebanyak 1021 responden dipilih melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak, divalidasi, dan discreening. Validasi dan screening dilakukan untuk memastikan bahwa pemilik nomor telpon terpilih adalah warga negara Indonesia dan telah memiliki hak pilih (berumur 17 tahun plus atau sudah menikah). Margin of error survei diperkirakan ±3.1% pada tingkat kepercayaan 95%, asumsi simple random sampling. Wawancara dengan responden dilakukan lewat telepon oleh pewawancara yang dilatih. (detikcom)


[Ikuti TransKepri.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar