Kisah Waliyullah Syekh Abdul Qadir Al-Jilani selalu sarat dengan hikmah dan pelajaran berharga. Foto ilustrasi/Ist
Syekh Abdul Qadir Al-Jilani (471 H-561 H, kelahiran Persia) dikenal sebagai sosok wali yang memiliki karomah luar biasa. Kisah beliau selalu menarik untuk dikaji karena mengandung hikmah dan pelajaran berharga.
Dikisahkan suatu hari Sultonul Auliya Syekh Abdul Qadir Al-Jilani bertemu dengan seorang pemabuk berat. Kisah ini diceritakan oleh Habib Thohir bin Abdullah Al-Kaff dalam Haul ke 10 KH Ahmad Asrori Al-Ishaqi.
Ketika Syekh Abdul Qadir melakukan perjalanan bersama murid-muridnya, mereka berpapasan dengan seorang pemabuk yang sedang mabuk berat. Tak disangka, pemabuk tersebut menghentikan langkah rombongan Syekh Abdul Qadir Al-Jilani dan mengutarakan tiga pertanyaan yang membuat beliau kaget.
"Yaa Syekh, apakah Allah mampu mengubah pemabuk sepertiku menjadi ahli taat?" Syekh Abdul Qadir Al-Jalani menjawabnya: "Pasti mampu."
Kemudian si pemabuk bertanya: "Apakah Allah mampu mengubah ahli maksiat sepertiku menjadi ahli taat setingkat dirimu?"
"Sangat mampu," jawab Syekh Abdul Qadir Al-Jilani.
Si pemabuk bertanya lagi: "Apakah Allah mampu mengubah dirimu menjadi ahli maksiat sepertiku?"
Mendengar pertanyaan itu, seketika Syekh Abdul Qadir Al-Jilani menangis dan tersungkur, bersujud kepada Allah.
Murid-murid Syekh Abdul Qadir Al-Jilani pun kebingungan dan bertanya, "Ada apa wahai Tuan Syekh?"
"Betul sekali orang ini," kata Syekh Abdul Qadir Al-Jilani meyakinkan murid-muridnya.
"Kapan saja Allah mampu mengubah nasib seseorang termasuk diriku. Siapa yang bisa menjamin diriku bernasib baik, meninggal dalam keadaan husnul khotimah."
Demikian kisah pertemuan Syekh Abdul Qadir dengan seorang pemabuk yang sarat dengan hikmah. Sekelas beliau saja sangat khawatir dengan dirinya dan tidak pernah bangga dengan maqam kewaliannya. Bagaimana dengan kita yang belum jelas kedudukannya di sisi Allah.
Bertemu Gerombolan Perampok
Kisah lain yang tak kalah menariknya, Syekh Abdul Qadir Al-Jilani pernah dihadang segerombolan perampok ketika beliau hendak menuntut ilmu ke negeri Baghdad. Sebelum berangkat, ibunya berpesan agar Al-Jilani tidak berdusta dalam keadaan bagaimanapun. Beliau pun mematuhi nasihat ibunya.
Begitu sampai di Hamdan, beliau mendapat ujian segerombolan perampok menghampirinya. Syekh Al-Jilani tidak nampak berharta sebab menampilannya sangat sederhana dan miskin. Tetapi salah seorang perampok menanyakan uang kepadanya.
Al-Jilani mengaku hanya membawa uang dari pemberian ibunya sebanyak 80 keping (sumber lain menyebut 40 Dinar). Lalu sang perampok keheranan melihat kejujurannya.
Kepada perampok, Al-Jilani mengisahkan pesan ibunya, bahwa ia tidak boleh berdusta dalam keadaan bagaimanapun. Jika ia berdusta, ikhtiar menuntut ilmu tidak akan ada artinya.
Mendengar kejujuran Syekh Abdul Qadir Al-Jilani itu, gerombolan perampok itu tersungkur jatuh di kaki Al-Jilani. Diceritakan bahwa pemimpin perampok itulah muridnya yang pertama kali. Dedengkot perampok itu pun menyatakan tobat di hadapan Syekh Abdul Qadir diikuti anak buahnya.
Wallahu A'lam