Ansar-Marlin, Saatnya Menjunjung dan Menghargai Etika Serta Komitmen Politik

Sabtu, 26 Juni 2021

Syamsul Paloh

Oleh: Syamsul Paloh (Pemerhati Politik di Batam)


Disharmonisasi hubungan politik yang terjadi saat ini, antara Gubernur Kepri, Ansar Ahmad dengan wakilnya, Marlin Agustina sebenarnya jauh-jauh hari sudah saya prediksi bakal terjadi.

Hal ini jugalah yang membuat pada awalnya saya termasuk orang yang sebenarnya kurang berkenan alias kurang setuju kalau Marlin Agustina memilih Ansar Ahmad sebagai pasangannya dalam kontestasi Pilkada Kepri 2020 lalu.

Sebagai bagian lingkaran dari Partai NasDem pada saat itu, saya bersyukur termasuk salah seorang yang dimintai pendapat oleh Ketua NasDem Kepri, HM Rudi terkait sosok yang bakal mendampingi jagoan Partai NasDem, Marlin Agustina dalam Pilkada Kepri 2020.

Awalnya usulan yang saya berikan bukan buat Ansar, mengapa?, karena saya tahu bahwa untuk urusan komitmen politik, reputasi Ansar sudah bukan menjadi rahasia lagi.

Pilihan saya justru jatuh kepada salah satu sosok yang saya nilai memiliki komitmen politik yang bagus. Dan untuk hal itu saya tidak meragukan dan angkat topi buat beliau.

Bahkan untuk mewujudkan bersatunya duet yang saya inginkan itu, sejumlah petinggi NasDem yang berada dalam lingkaran Ketua Umum NasDem, Surya Paloh  sempat saya datangkan ke Batam. Namun, dengan berbagai hal dan termasuk kuatnya 'godaan' dari Ansar Ahmad, akhirnya duet yang saya usulkan ini urung terwujud.

Apapun keputusan yang diambil Partai NasDem pada waktu itu, harus saya hormati dan juga menjadi tanggungjawab bagi saya untuk mengawal dan mewujudkannya supaya keduanya terpilih menjadi pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur Kepri. Alhamdulillah hal itu dapat terwujud.

Bicara tentang peran saya dalam memberikan kontribusi untuk memenangkan duet Ansar-Marlin, barangkali tidak sepenting peran salah seorang staf khusus Gubernur Kepri yang beritanya santer di media saat ini.

Kendati demikian, saya termasuk orang yang diminta, membawa Ansar Ahmad, bersilaturahmi dengan Gubernur Sumut, Letjen TNI (Purn) Edy Rahmayadi yang juga mantan Panglima Komando Strategis TNI AD (Pangkostrad) dan Alhamdulillah pertemuan itu dapat terwujud. Berbagai masukan dan pesan berharga didapatkan Ansar dari seorang Edy Rahmayadi yang juga merupakan sosok yang saya teladani.

Sepanjang berada di Medan, banyak pernyataan yang saya tangkap dan rekam dari seorang Ansar Ahmad, termasuk pembicaraannya dengan Edy Rahmayadi, serta komitmennya untuk menjaga kekompakan dan keharmonisan duetnya bersama Marlin Agustina demi membawa Kepri ke arah yang semakin baik, jika kelak terpilih sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Kepri, hingga akhirnya mereka terpilih untuk memimpin Kepri sampai 2024 mendatang.

Jika saat ini muncul ketidakharmonisan antara Ansar Ahmad dengan Marlin Agustina, apalagi ini menyangkut komitmen politik, jelas saya punya kepentingan dan tanggungjawab moral untuk bersuara di ranah publik.

Di sini saya ingin menyampaikan, bahwa disharmonisasi yang terjadi di Pemprov Kepri saat ini, jangan semata melihat dari perspektif bahwa yang punya peran dalam urusan resuffle kabinet adalah seorang gubernur, bukan wakil gubernur, dengan segala macam dalil hukum dan aturannya.

Saya tidak menyalahkan itu semua. Tapi pesan yang ingin saya sampaikan adalah, bahwa dalam politik, juga ada etika dan komitmen. Dan kekuasaan yang melanggar etika serta komitmen politik, akan menemukan kehidupan yang di jalani saat ini, dan  bagaimana cara anda bersikap dalam kehidupan ini, kelak akan mempengaruhi kehidupan masa depan anda.***