Vaksin AstraZeneca
TRANSKEPRI.COM.JAKARTA- Sebanyak 168 orang menderita pembekuan darah langka setelah menerima suntikan vaksin Covid-19 AstraZeneca di Inggris. Sementara, 32 orang dilaporkan meninggal dunia akibat pembekuan darah ini.
Data tersebut disampaikan Badan Pengatur Produk Obat dan Kesehatan Inggris (MHRA) per 14 April 2021.
Bertindak atas saran regulator, pemerintah Inggris setuju untuk menawarkan kepada penduduk di bawah umur 30 tahun alternatif penggunaan vaksin lain karena khawatir tentang pembekuan darah."Berdasarkan tinjauan yang sedang berlangsung ini, sarannya tetap bahwa manfaat vaksin lebih besar daripada risikonya pada sebagian besar orang," kata MHRA, dikutip AFP, Jumat (23/4).
Dari 168 kasus dalam ringkasan terbaru, trombosis sinus vena serebri (CVST atau pembekuan darah di otak) dilaporkan dalam 77 kasus, dengan usia rata-rata 47 tahun.
Dari jumlah tersebut, terdiri dari 93 wanita dan 75 pria yang mengalami pembekuan setelah menerima vaksin AstraZeneca.Sementara 91 kasus lainnya memiliki "peristiwa tromboemboli besar" bersama dengan trombositopenia atau jumlah trombosit yang rendah dengan usia rata-rata 55 tahun.
"Saya berharap jumlah sebenarnya dari kasus per juta dosis vaksin menjadi jelas segera setelah laporan ini stabil, tetapi sudah jelas bahwa itu akan tetap menjadi peristiwa yang sangat langka," kata profesor pediatri Universitas Bristol, Adam Finn.
Inggris memiliki angka kematian tertinggi di Eropa akibat pandemi Covid-19. Sejak vaksinasi massal dimulai dengan vaksin AstraZeneca pada bulan Desember 2020, tingkat infeksi, rawat inap, dan kematian menurun drastis.
Sejumlah negara, terutama di Eropa menghentikan penggunaan AstraZeneca setelah muncul kasus pembekuan darah yang dialami para penerimanya. Beberapa kasus tersebut mengakibatkan penerima vaksin meninggal dunia.Berdasarkan data yang dirilis oleh Kantor Statistik Nasional, virus corona tidak lagi menjadi penyebab utama kematian pada Maret 2021. Covid-19 menjadi penyebab utama kematian ketiga di Inggris bulan lalu, turun dari posisi teratas untuk pertama kalinya sejak Oktober.
Indonesia juga sempat menunda penggunaan vaksin AstraZeneca. Namun, tak lama memberikan lampu hijau untuk mulai menggunakan vaksin asal Inggris tersebut.
Terlepas dari efek samping AstraZeneca, MHRA dan European Medicines Agency (EMA) menganggap vaksin tersebut masih aman digunakan. Kedua regulator pengawas obat itu menganggap belum ada bukti bahwa efek samping pembekuan darah disebabkan oleh suntikan vaksin AstraZeneca.
Selain AstaZeneca, Inggris juga menggunakan vaksin corona Pfizer/BioNTech dalam program vaksinasi nasionalnya. Sejauh ini, MHRA mengatakan tidak menerima laporan pembekuan darah dari para penerima vaksin asal perusahaan farmasi Amerika Serikat itu. (tm)