Kediaman warga Lingga yang mengalami depresi
TRANSKEPRI.COM.LINGGA- Satu keluarga di Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau mengalami depresi. Rumah keluarga itu beralamat di jalan Air Bedegam RT 03 RW 04 Kampung Nerakak Desa Sedamai Kecamatan Singkep Pesisir.
Dalam rumah dihuni oleh empat orang yaitu ayah (84 tahun) dan ibu (68 tahun) beserta kedua anaknya, yaitu Widi berusia 26 tahun serta Parida 34 tahun.
Saat awak media menyambangi rumah itu, Rabu 7 April 2021, suasana keluarga tersebut dalam keadaan seperti biasa. Tidak ada keanehan yang terlihat.
Dari keterangan warga sekitar, keempat keluarga tersebut, satu diantaranya atas nama Widi sudah dalam keadaan membaik.
“Semangat dalam menjalani hidup, dukungan dari teman dan tetangga, membuat saya pulih dari depresi,” kata Widi.
Diceritakannya, depresi yang dialami beberapa bulan yang lalu, saat dirinya pulang dari perantauan yaitu Batam. Ketika dirinya mendengar ibunya sakit, maka dia memutuskan untuk pulang ke kampung halaman dan merawat ibunya.
Sementara Parida merupakan kakak perempuannya dan kedua orang tuanya, masih mengalami depresi sampai saat ini.
“Depresi yang dialami Parida, karena sering mengalami kekerasan fisik oleh suaminya,” kata Widi.
Diketahui Parida berpisah (cerai) dengan suaminya. Tiga orang anak, saat ini diasuh oleh mantan suaminya, yang tidak jauh dari rumah Parida.
Lanjut Widi, dulu dia pernah bekerja menjadi Kadus (Kepala Dusun) di desanya. Hingga ia memutuskan untuk hijrah ke Batam dan bekerja menjadi petugas keamanan (security) di salah satu perusahaan Pertamina dan Bank swata.
“Semua sudah saya lakukan, demi kebutuhan keluarga,” sebutnya. Sampai saat ini Widi merupakan tulang punggung keluarganya.
Widi merasa kecewa terhadap aparatur di desanya, karena kurang perhatian kepada warga sekitar.
“Jangankan membantu, menjenguk keluarga kami pun tidak ada. Kami sekeluarga dianggap seperti gila,” ucapnya pada awak media.
Widi mengucapkan terima kasih dan memberikan apresiasi kepada pemuda di kampungnya, yang berinisiatif mengumpulkan dana sumbangan untuk membantu biaya pengobatan ibunya dengan metode rukiah.
“Alhamdulillah sumbangan dari pemuda sebesar Rp 700 ribu. Uangnya untuk membantu pengobatan ibu saya degan metode rukiah,” tuturnya.
Widi sangat mengaharpkan, kedua orang tuanya berserta kakaknya segera bisa sembuh dari depresi.
“Tapi saya bingung dengan cara apa bisa memulihkan mereka kembali. Kalau untuk berobat degan cara terapi atau ke psikolog, terus terang tidak mampu karena membutuhkan biaya,” katanya.
Disampaikan Widi lagi, kakak tertuanya
yaitu Erna 42 tahun, juga mengalami hal yang sama (depresi).
“Saya bersyukur suaminya setia merawat. Bahkan suaminya rela tidak melakukan aktivitas apapun demi kesembuhan istrinya,” tutupnya mengakhiri. (isd)